Saudara kembar Sashi itu memang tidak bisa ditebak sama sekali. Selalu bertindak sesuka hati dan tidak menerima jika disalahkan. Apa pun yang dilakukan Arusha adalah sebuah kebenaran. Astaga! Hal ini yang membuat Arusha sangat kesal.
"Sashi di mana? Aku yakin kamu membuat masalah dengan adik kembarku." Arusha menatap tajam ke arah suami Sashi.
"Anu ... Mas, ini kakaknya Mbak Sashi?" Heru menyela pertanyaan Arusha. "Mbak Sashi dibawa ke rumah sakit. Kepalanya bocor. Videonya sudah saya kirim pada Pak Sultan," lanjut Heru mengadukan apa yang dilihatnya tadi.
"Apa?!" Arusha tampak naik pitam mendengar ucapan sosok dengan kisaran usia empat puluh lima tahun itu. "Apa yang terjadi sama Sashi?" tanya Arusha menjambak rambutnya dengan kasar.
Arusha tidak akan bisa terima jika saudara kembarnya terluka akibat ulah seseoranh. Ia lantas mencengkeram kerah baju Aditya dengan kuat. Sorot matanya menampakkan kemarahan yang luar biasa. Aditya hanya menanggapinya dengan santai.
"Kalo sampai ada apa-apa dengan Sashi, aku nggak akan tinggal diam." Arusha langsung menampar adik iparnya dengan keras dan meninggalkan cap lima jari.
Semua orang terkejut saat melihat apa yang terjadi. Beruntung pihak kepolisian datang dan segera membawa Aditya. Mungkin, jika polisi tidak datang dengan cepat, Arusha akan menghajar Aditya habis-habisan. Saudara kembar Sashi memilih pergi ke rumah sakit setelah diberi tahu di mana rumah sakit tempat Sashi dirawat.
Sementara itu, Sultan sedang menahan amarah yang luar biasa setelah membaca pesan dari Heru. Akan tetapi, ia sedang tidak bisa datang ke rumah anak perempuannya itu. Sultan ada rapat mendadak dengan pihak klien. Rapat yang tidak bisa ditinggalkan dan sudah disepakati sejak lama.
"Bram, tolong awasi keluarga Santika. Jujur aku nggak ikhlas kalo sampai terjadi sesuatu yang buruk pada anak perempuanku." Sultan memerintahkan pada salah satu orang kepercayaannya.
"Baik, Pak Sultan. Untuk saat ini mereka semua dalam pengawasan kami semua," jawab Bram dengan penuh hormat.
Sial! Selalu saja ada masalah yang datang. Sultan berharap, Aditya mendapatkan hukuman yang setimpal. Ada banyak keinginan papa sambung Sashi itu membuat Santika dan keluarga besarnya jatuh bangkrut. Akan tetapi, hal itu pasti akan memancing amarah Sashi.
Hari sudah siang dan sekarang Sashi baru saja siuman. Ia ditemani oleh Arusha dan Amelia. Mereka tidak sengaja bertemu saat di lobby rumah sakit. Mirna pun bisa pulang dan mengawasi rumah Sashi.
"Sash! Alhamdulilah kamu udah sadar. Aku takut," kata Arusha langsung memeluk sang adik.
Hubungan mereka sangat dekat karena kembar identik. Arusha merasa sakit ketika Sashi juga sakit. Kadang, mereka yang kembar identik tidak bisa berpisah dalam waktu lama. Aneh, tetapi itulah fakta.
"Aku baik-baik saja, Ru. Nggak selemah itu," jawab Sashi sambil berusaha menahan rasa sakit luar biasa pada kepalanya.
"Baik-baik saja gimana? Kamu mendapatkan sembilan jahitan di kepala. Itu nggak baik-baik saja, Sash." Arusha tidak suka jika sang adik menutupi masalahnya.
Amelia hanya diam saja sejak tadi. Ia tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Santika sahabat baiknya dan Amelia-lah yang menyetujui perjodohan itu. Lantas, mengapa Sashi mendapatkan perlakuan kasar seperti ini?
Ada banyak hal yang dilewatkan karena Sashi tidak pernah membahas tentang rumah tangganya bersama Aditya. Sashi seolah baik-baik saja dengan Aditya. Amelia kali ini berpikir sejak kapan ada masalah kekerasan dalam rumah tangga mereka. Video di media sosial itu bahkan menjadi sangat viral.
"Mel, bisa bicara sebetar?" Arsyila mengejutkan Amelia.
Tidak ada yang tahu sejak kapan kakak mendiang Arsa itu datang ke rumah sakit ini. Arsyila seolah tahu apa saja yang menimpa Sashi. Entahlah, semua masih sangat membingungkan untuk Amelia saat ini. Arsyila seorang pengusaha online yang hebat dan sukses.
"Mbak? Sejak kapan di sini? Trus tahu dari mana Sashi di sini?" tanya Amelia saat mereka ada di depan kamar rawat Sashi.
"Itu nggak penting kapan aku datang, Mel. Hati-hati sama Santika, dia bukan wanita baik-baik. Sashi udah jadi korban." Amelia mengembuskan napas saat Arsyila kembali memperingatkannya.
Sejak awal memutuskan bersahabat dengan Santika, Amelia merasa tidak ada yang salah dengan besannya itu. Santika tampak wanita baik yang berjuang untuk ketiga anaknya tanpa suami. Santika telah menjanda sejak ketiga anaknya masih kecil. Kematian merenggut suami Santika yang memisahkan mereka.
"Mbak, bukan nggak percaya sama ucapan, Mbak. Tapi, aku masih memikirkan bagaimana hal ini bisa terjadi," kata Amelia yang hingga detik ini masih bingung dengan apa yang menimpa Sashi.
"Sashi itu perempuan baik, rasanya tidak cocok menjadi menantu Santika. Kamu cek lagi di sekitar kompleks tempat tinggal mereka coba. Bagaimana tabiat Santika dan Aditya juga dua anak perempuan lainnya," kata Arsyila memberikan clue agar Amelia menyadari seperti apa Santika itu.
"Mbak, aku memang sangat terkejut dengan apa yang menimpa anakku. Tapi, aku mohon, jangan memperburuk keadaan dengan mengadu domba antara aku dan Mbak Santika. Aku tidak ingin menambah masalah lagi." Amelia memang sangat lugu, tetapi Arsyila menganggapnya sangat bodoh.
Arsyila mengembuskan napas panjang dan berpikir bagaimana cara terbaik membuat Amelia sadar. Santika pasti hanya ingin harta dari keluarga Amelia. Siapa yang tidak kenal dengan Sultan Anggara? Santika jelas hanya mengincar harta papa sambung Sashi saja.
"Bukan mengadu domba, Mel. Aku hanya ingin kamu mencari tahu bagaimana tentang Santika yang tinggal di kompleks perumahan itu," kata Arsyila yang tidak kehilangan kata-kata agar sang adik ipar sadar bagaimana sifat asli Santika.
"Mbak ...." Amelia tidak melanjutkan ucapannya karena melihat kedatangan Santika dengan wajah murung.
Arsyila ikut menatap ke arah pandang sang adik ipar. Astaga, artis papan kardus rupanya punya keberanian datang ke tempat ini. Lihat, wajah itu seolah menapakkan rasa bersalah yang luar biasa. Entah bagaimana dengan isi hati wanita ular itu.
"Punya nyali juga buat datang?" Sindiran pedas keluar begitu saja dari mulut Arsyila yang sangat membenci Santika.
"Aku hanya ingin menjenguk menantuku," kata Santika dengan mata berkaca-kaca.
Santika kali ini berakting dengan sangat habat. Aksinya mengeluarkan air mata busuk di depan Amelia sukses membuat Amelia percaya jika sang sahabat benar-benar menyesal telah melakukan kekerasan pada Sashi. Amelia memeluk sang besan untuk menenangkannya. Santika terpaksa mengambil langkah seperti ini agar mendapatkan simpati dari Amelia dan Sultan.
"Mbak, nanti bisa jelaskan setelah Sashi keluar dari rumah sakit. Saya juga tidak mau masalah ini sampai melebar ke mana-mana," kata Amelia yang memang tidak suka membesar-besarkan masalah.
Babak ini mungkin dimenangkan Santika, tetapi Arsyila tidak akan tinggal diam. Ingin sekali membongkar kedok wanita ular di depannya itu. Hanya saja, waktu dan tempatnya tidak tepat. Santika sesekali mengusap air mata yang mengalir. Aktingnya luar biasa hebat saat ini.
"Saya khilaf karena sedang dalam masalah. Pagi itu, Sashi tidak mendengarkan ucapan saya. Saya marah dan ...." Santika tidak melanjutkan ucapannya karena beranggapan jika Amelia akan paham ke mana arah pembicaraan mereka ini.
"Ya, Mbak. Kemarin Papanya anak-anak ada rencana mau membahas ini." Aataga, padahal itu masih sangat rahasia.
"Oh, ya? Kapan?" tanya Santika panik karena harus mempersiapkan jawaban untuk Sultan Anggara.
Aryila hanya menyimak semua obrolan itu dan merekam secara diam-diam obrolan mereka berdua. Tentu rekaman itu bisa digunakan suatu saat. Santika bukanlah wanita yang bisa diremehkan saat ini. Ia ahli dalam memutar balikka fakta yang ada.
Arsyila tidak mau jika nantinya Amelia justru menjadi pihak yang disalahkan oleh banyak orang. Bisa saja hal itu menimpa adik iparnya itu. Amelia bukan orang yang bisa mempersiapkan segalanya. Berbading terbalik dengan Sultan yang pandai mempersiapkan segala hal dalam waktu singkat.
"Lantas siapa saja nanti yang akan datang?" Pertanyaan Santika justru membuat Arsyila mengulum senyum. "Ada orang-orang yang tidak berkepentingan akan datang. Saya takut masalah ini akan semakin keruh. Padahal hanya masalah keluarga biasa," lanjut Santika yang menyindir Arsyila dengan tidak langsung.
"Ini bukan masalah biasa, Santika. Kalo anak adikku sampai gegar otak ringan itu apakah masalah biasa? Tidak. Itu masuk penganiayaan sedang," kata Arsyila memojokkan Santika dan sukses membuat besan Amelia tidak berkutik sama sekali.
Belum apa-apa saja Santika merasa jika masalah ini adalah hanya sekedar masalah biasa. Sudah jelas, mereka orang seperti apa. Mereka bisa saja menjelma menjadi korban. Sashi-lah yang akan disalahkan.
Kini Arsyila hanya tinggal berharap bagaimana Sultan akan mengambil sikap. Memberikan Santika kesempatan adalah kesalahan yang sangat fatal. Sashi-lah yang akan menjadi korban. Mungkin saat ini hanya luka kepala, entah luka apalagi yang akan timbul besoknya.
"Aku sedang bertanya dengan besanku. Lantas kenapa kamu merasa harus menjawab pertanyaanku?" tanya Santika dengan ketus dan tidak bersahabat.
"Sudah, Mbak. Saya tidak tahu kapan acara itu akan dilakukan. Yang jelas, Mas Sultan sedang sangat sibuk saat ini," kata Amelia merasa risih dengan pertengkaran dua wanita di depannya itu.
Amelia langsung masuk ke ruangan rawat Sashi. Ia malas mendengarkan perdebatan Arsyila dan Santika. Amelia tahu mereka tidak cocok. Istri Sultan tidak tahu apa masalah yang membuat mereka berdua selalu bermusuhan. Amelia memang bukan orang yang gemar cari tahu masalah orang lain.
Sementara itu, Aditya kini ditahan oleh pihak berwajib. Diam-diam ada sosok yang datang dan menjadi penjamin. Sosok yang beberapa waktu lalu pernah dikencaninya itu. Aditya pun kali ini bebas bersyarat. Sang wanita juga membayar pengacara sekelas Bara Bagaskara yang terkenal selalu sukses untuk menyelesaikan masalah.
"Nggak usah memikirkan masalah ini, Mas. Nanti kita pikirkan bagaimana. Yang penting kita senang-senang saja dulu," kata sang wanita yang saat ini bergelanyut manja di lengan kekar Aditya.
Aditya tidak punya pilihan lain saat ini. Ia juga merasa sangat tertekan dengan semua keadaan. Aditya menjadi orang yang paling dicari keberadaannya. Astaga! Kekuatan uang memang luar biasa.
"Aku hanya tidak yakin jika Sultan Anggara tidak ikut campur," kata Aditya yang merasa sangat cemas saat ini.
Mereka tidak sadar jika ada yang diam-diam melihat mereka berdua. Laki-laki itu hanya tersenyum melihat kebodohan Aditya. Sosok itu juga mengambil gambar dua orang bodoh itu. Aditya tidak akan lolos kali ini.