Sashi berangsur pulih dan sore ini sudah diizinkan untuk pulang. Sultan kali ini ingin agar anak perempuannya tinggal di rumah. Alasan karena khilaf dan sudah dimaafkan Sashi membuat Aditya bisa bebas. Kali ini mungkin Aditya bisa lolos dari Sultan.
Sultan belum menerima video sosok sang menantu bersama dengan wanita lain. Astaga! Mereka sangat licik kali ini. Sashi juga tidak menjawab dengan tegas perihal permintaan maaf itu. Sultan tentu akan mencari tahu siapa orang yang membiayai Aditya dengan menyewa sosok Bara Bagaskara.
"Sash, kali ini dengarkan, Papa. Kamu tinggal di rumah kami. Aditya boleh ikut. Kalo masih pulang ke rumah itu, Papa, nggak bisa jamin kamu akan baik-baik saja setelah ini," kata Sultan yang tidak ingin jika putri mendapatkan perlakuan kasar.
Ada Santika saat ini dan Sultan sama sekali tidak menatapnya. Papa sambung Sashi itu sangat membenci Santika karena menganiaya Sashi. Bahkan wanita itu meminta maaf atas semua kesalahannya. Apa yang dilakukan seolah hal yang sangat wajar.
"Pa, semua akan baik-baik saja. Aku janji, hal tersebut tidak akan terulang lagi." Sashi menjawab ucapan Papa sambungnya. "Masalah ini terjadi dalam rumah tanggaku. Sudah menjadi prinsipku, tidak akan lari dari semua masalah," kata Sashi dengan sangat menyakinkan.
"Baiklah, jika kamu seperti itu." Sultan tidak mau berdebat lagi dengan anak sambungnya itu.
Sultan langsung beranjak dari duduknya karena tidak mau lebih emosi lagi. Santika merasa menang saat ini. Kasus ini tidak akan dibahas oleh keluarga menantunya lagi. Ada kelegaan di wajah Santika saat ini.
"Ma, Mas Aditya ke mana? Kok nggak ikut jemput Sashi dari rumah sakit?" tanya Sashi dan sukses membuat Santika gelagapan karena tidak siap.
Santika langsung mengambil ponsel dan mengirimkan pesan pada putra keduanya itu. Astaga, pesan yang dikirim hanya centang satu saja. Entah ada di mana suami Sashi itu. Padahal sudah dibebaskan oleh seseorang.
Pengakuan Aditya, ada salah satu koleganya yang memberikan pinjaman uang agar bisa menyewa pengacar Bara Bagaskara. Santika yang bodoh itu pun langsung percaya begitu saja. Ia tidak mau berpikir secara logis bagaimana anak-anaknya mendapatkan uang. Santika hanya sibuk dengan dirinya sendiri.
"Tadi, udah Mama telepon pagi-pagi pas dia baru saja berangkat ke kantor. Mama terlambat bangun jadi nggak sempat bicara," dusta Santika dengan lancarnya dengan wajah sangat meyakinkan.
"Oh, ya? Bukannya nomor ponsel Mas Aditya mati, maksudku nggak bisa dihubungi sejak dua hari yang lalu. Apa Mas Aditya punya nomor lain yang nggak aku ketahui?" tanya Sashi membuat Sultan terkejut di balik pintu kamar Sashi.
Sultan sengaja tidak langsung pergi meninggalkan rumah sakit ini. Ia masih tidak bisa percaya pada Santika. Bisa saja saat mereka berdua, wanita ular itu mengintimidasi Sashi. Akan tetapi, rupanya Sashi mengetahui sesuatu.
"A-apa maksud kamu? Nomor Aditya masih sama. Dia hanya punya satu ponsel dan satu nomor ponsel saja," jawab Santika gugup karena tidak menyangka jika sang menantu tahu kebohongannya.
"Sudahlah, Ma, Mas Aditya dua hari nomornya tidak aktif." Sashi menegaskan maksud ucapannya itu.
Santika kali ini tidak bisa menjawab ucapan sang menantu. Sejak dibebaskan bersyarat, Aditya tidak tinggal di rumah. Anak keduanya itu mengaku ingin menenangkan diri. Dusta! Aditya ada bersama dengan orang lain.
Sementara itu, Amelia menemui Bara Bagaskara yang merupakan suami dari teman baiknya--Diana. Mereka berteman sejak SMA hingga saat ini. Dua sahabat itu bahkan bekerja sama dalam bidang kuliner. Mereka mempunyai usaha restoran bersama.
"Diana, aku mohon, tolonglah, bantu bicara pada Mas Bara. Ini menyangkut anakku," kata Amelia sangat memohon.
"Mel, aku nggak bisa bantu banyak kalo urusan pekerjaan Mas Bara. Suamiku sangat jarang mau membuka siapa yang bayar," kata Diana dengan jujur karena memang tidak pernah membahas masalah ini dengan sebelumnya dengan Bara.
"Biar saya jawab. Tidak apa-apa, lagi pula Amelia bukan orang lain." Bara pun mengatakan siapa yang mentransfer uang tersebut ke rekening pribadinya.
Bara Bagaskara memang baik hati. Ia memberitahukan jika uang tersebut berasal dari seorang wanita. Wanita itu juga sedang dicurigai tersangkut masalah kriminal, hanya saja, sepertinya terselubung. Bara mau menerima kasus Aditya bukan karena uang, tetapi ingin tahu tentang masalah yang memang sudah lama ingin dipecahkan.
"Mel, kamu harus hati-hati, awasi Santika. Jangan sampai keluarga besar Sultan ikut terseret masalah masa lalu besan kamu." Ucapan Bara Bagaskara membuat Amelia kali ini terdiam seketika.
Arsyila sudah sejak lama memberikan kode, tetapi Amelia tidak pandai menangkap kode itu. Rupanya satu per satu aib Santika kini terbongkar. Ucapan Bara seperti membuat Amelia tersadar akan satu hal; masa lalu rumah tangganya yang kelam tidak mudah dihapus dalam ingatan orang-orang tertentu. Ada yang merasa menjadi korban dan ada yang menikmati dari kisah lalu itu.
"Terima kasih, Mas Bara, setelah mendengar ini, mungkin saya dan Mas Sultan akan terus memantau Sashi. Saya tidak mau anak saya menjadi korban," jawab Amelia yang saat ini wajahnya berubah menjadi pucat pasi.
Amelia pun berpamitan dan segera meninggalkan rumah Diana. Kepalanya rasanya berdenyut karena mendengar fakta. Sebuah fakta jika ada keterkaitan antara Santika dan Agung dalam masalah pembunuhan Salina dulu. Astaga! Rumit, Amelia tidak menyangka jika masalah itu serumit ini.
Hari sudah sore, Sashi sudah berada di rumah. Aditya tidak ada di rumah. Santika mulai cemas dan harus memikirkan bagaimana menjawab pertanyaan sang menantu. Mungkin Tami bisa digunakan sebagai alasan saat ini.
"Kamu istirahat saja dulu, Sash. Nanti kalo misal mau makan kita order online saja. Kamu lagi sakit dan baru saja keluar dari rumah sakit." Bukan bentuk kepedulian Santika melainkan menunjukkan siapa yang harus menyiapkan makanan di rumah ini.
Bukan tidak mau atau keberatan, tetapi kadang Sashi merasa lelah. Ia menantu di rumah ini, tetapi tidak mendapatkan hak layaknya seorang menantu. Lebih tepatnya seperti seorang pembantu gratisan. Urusan pekerjaan rumah tangga dibebankan pada Sashi.
Anggapan tidak bekerja dan tidak menghasilkan uang, Santika berpikir jika Sashi adalah beban di rumah ini. Meski berasal dari keluarga kaya, tetapi jika tidak menghasilkan uang maka tidak berguna. Otak Santika hanya berisi uang dan uang saja. Rasa kemanusiaannya telah lenyap sejak lama.
"Gampanglah, Ma. Yang penting, Mama bisa makan. Jangan pusingkan aku mau makan apa," kata Sashi sambil mengembuskan napas kasar dan duduk.
Lelah hati dan pikiran sudah Sashi rasakan hingga detik ini. Kejanggalan tentang sang suami juga sudah membuat Sashi mulai curiga. Aditya bisa membayar pengacara sekelas Bara Bagaskara yang membuat Sashi terkejut. Sashi bisa menghitung berapa pendapatan perusahaan sang suami.
Bukan maksud untuk menghina atau merendahkan, hanya saja rasanya sangat janggal. Bara Bagaskara bukanlah pengacara yang bisa dibayar murah atau menerima bayaran cicilan. Tidak, ada harga yang harus dibayar jika menyewa jasa suami sahabat sang mama. Sashi memutuskan untuk membersihkan badan dulu semoga saja setelah ini bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan.
"Sashi nggak bisa diganggu. Kalo kalian mau jenguk besok pagi saja." Ucapan ketus itu masih bisa terdengar dari kamar Sashi setelah selesai mandi.
Entah siapa yang datang ke rumah ini dan membuat Santika sewot. Gegas, Sashi segera menyisir rambut dan merias wajah ala kadarnya. Ia ingin tahu siapa yang datang. Ternyata, Bu Mirna juga tetangga yang lain datang untuk menjenguk Sashi.
"Lah? Itu Sashi. Tukang bohong emang Bu Santika itu. Bilang saja kalo takut semakin besar aib yang akan terbuka," kata Bu Sulastri yang memang tidak cocok dengan Santika sejak lama.
"Bohong?" Santika merasa tidak terima. "Kamu tanya sama Sashi, dia tadi pamit mau tidur. Lantas aku bohong dari mana? Kalo dia mendadak mandi, aku juga nggak tahu," lanjut Santika yang merasa tidak terima dengan tuduhan tetangga yang datang.
"Sudah, lebih baik kita duduk dulu. Alhamdulilah jika Sashi sudah sehat dan pulih. Nggak main-main loh, habis kena tamparan dan tendangan, eh, kepalanya dibenturkan oleh Aditya. Eh, rupanya tersangka bisa jadi bebas bersyarat. Pasti yang berbicara uang," sindir Bu Mirna dengan tajam.
Napas Santika kembang-kempis mendengar sindiran itu. Sekali pun ucapan Mirna benar, Santika tidak suka mendengarkannya. Ia lebih suka jika tetangga diam dan tidak ikut campur. Santika tidak suka jika ada orang lain yang mengusiknya.
"Kalian, lebih baik pulang. Pintunya ada di sana," kata Santika mengusir halus tetangga yang hendak menjenguk dan berbincang dengan Sashi.
"Kami mau datang bertemu dengan Sashi bukan dengan Bu Santika. Benar begitu Ibu-Ibu?" Mirna tidak mau kedatangannya sia-sia.
Kesempatan kali ini, Mirna ingin membuat Santika marah dan penyakit darah tingginya kambuh. Wanita yang telah melahirkan Aditya itu dianggap sombong oleh tetangga. Padahal, kekayaan Santika tidak seberapa jika dibandingkan dengan keluarga Sashi.
Santika tidak punya pilihan lain dan terpaksa mempersilakan sebelas orang yang datang. Sashi merasa tidak enak hati pada tetangga. Ia tidak mempunyai apa pun untuk disuguhkan selain air minum. Astaga! Santika bahkan tidak punya inisiatif untuk membuatkan minum untuk tamu yang datang.
"Mama cari ke rumah sakit ternyata kamu sudah pulang," kata Amelia yang sore ini datang menyusul ke rumah Santika.
Suara Amelia mengejutkan Santika yang berada tak jauh dari ruang tamu. Santika langsung mencari muka dengan menemui Amelia dengan ramah. Ia sadar jika masalah di antara mereka belum seutuhnya padam. Mungkin Amelia akan diam, tetapi tidak menjamin semua akan baik-baik saja.
"Mbak Amelia, datang kok nggak ngabari?" Entah pertanyaan basa-basi atau memang dari hati Santika.
Amelia tampak mengembuskan napas dan tidak menjawab pertanyaan sang besan. Amelia langsung mengeluarkan kardus dari dalam plastik besar. Kardus itu berisi banyak makanan. Tak lama, Amelia pun meminta izin untuk membuatkan minum untuk tetangga Sashi.
Suasana mendadak tegang, tidak biasanya Amelia diam membisu saat datang ke rumah ini. Amelia pun segera ke dapur dan membuatkan minuman dingin. Tiga belas gelas minuman dingin telah tersedia dan langsung dibawa ke ruang tamu oleh istri Sultan. Suara mobil di depan mengejutkan mereka semua.
"Tami ... kamu ...." Sashi terkejut saat melihat kedatangan adik iparnya bersama dengan seseorang.