Pertanyaan "Pak Althaf mau bertanggungjawab, kan?" itu terdengar retoris.
Tentu saja Althaf mau, tapi, ada segelintir gurat cemas di wajahnya. "Bagaimana saya harus bertanggungjawab? Menggeret kamu dari Darrel?"
"Anda benar, saya salah menanyakan itu." ucapnya dengan perasaan bodoh.
Senyum Lana kecut. Hubungannya dengan Darrel masih beku, dan ia telah lantang menolak bulan madu. Seandainya benar ia hamil, Darrel pun pasti enggan menerima.
Lana merasa berdiri di ujung tanduk, namun entah mengapa, juga merasa siap untuk terjun. Ia gigit bibirnya kuat-kuat.
Althaf mendesah lelah. "Saya nggak suka kamu bicara begitu. Berapa kali saya harus tegaskan?"
"Maaf."
"Dan jangan ucapkan maaf lagi, kamu nggak salah. Di sini, bukan cuma kamu yang ambil keputusan—tapi kita."
Althaf dengan soro
