Menikah?

1060 Kata
Pagi-pagi sekali Abim bangun, kepalanya pusing sekali dan mual menyerang. Perutnya terasa di aduk-aduk, tetapi tangannya berat sekali saat di tarik. Oh tidak, ada gadis yang tidur di lengannya.   Gadis itu mengenakan gaun pesta warna peach tidur di atas tangannya. Wajah damai nya serasa membuat rasa pusing di kepalanya menghilang. Obat penghilang rasa mabuk pun kalah manjur dengan wajah damai Gia. Bahkan senyum di wajah Abim tak henti-hentinya mengembang.   Percayalah jika dunia terasa seperti miliknya sendiri. Bahkan Abim tidak menyadari ada orang yang sudah memperhatikan dia sejak tadi dia membuka mata. Ayah dan ibunya entah kenapa dua orang itu selalu ada di depan pintu. Apa mereka tidak beranjak dari tempat itu sejak semalam?   “Bangun, mau sampai kapan kamu memandangi gadis itu? Memang nya orang tuanya tidak mencarinya?” suara menggelegar sang ayah membuyarkan lamunan nya dan membuat Abim salah tingkah.   “A… aku…”   “Sudah sana mandi dan makan siang. Tidak ada sarapan untuk kamu, sekarang sudah jam setengah satu.” ibunya masuk membantu memegang kepala gadis manis yang mungkin masih belum sadar jika ada orang lain masuk ke kamar itu juga.   Eemmmm   Gia mengerat kan pelukan nya pada Abim, lelaki itu hanya bisa tersenyum. Sedangkan ibunya kaget, dia tidak percaya kalau gadis cantik itu memiliki pola tidur yang sangat buruk.   “Biarkan dia tidur sebentar lagi. Aku juga masih mengantuk,” kata Abim mencari posisi tidur yang nyaman.   “Kamu mau foto kamu membawa anak gadis naik ke ranjang mu tersebar, son? Ingat, kamu punya pekerjaan. Jangan menjadi malas setelah kamu membawa perempuan naik ke ranjang mu.” mendengar apa yang di katakan ayahnya, nyali Abim menciut.   “Jangan pa, mau papa apa sekarang? Lihat, bukan aku yang menahan dia.” Abim menunjukkan betapa posesif nya pelukan Gia.   “Nikahi dia.” kata ayahnya mengejutkan.   “Dengan senang hati.” kedua orang tua itu tercengang mendengar jawaban putra sulungnya. Apa mereka tidak salah dengar? “Tunggu apa lagi? Sudah sana siapkan. Panggil pula orang tuanya biar semua tau kalau putrinya udah di bawa lari sama mantu nya dulu.”   Ancaman berbalik, bagaimana ayahnya tidak gelagapan? Ini sungguh mengejutkan. Memang keduanya dekat, tetapi mereka tidak percaya dengan pendengaran nya. Tetapi mereka tetap melangkah keluar dengan linglung.   “Tidakkah kamu dengar? Kita punya mantu lagi hihihi,” ibu Abim tampak sangat bahagia. Terlebih orang itu adalah Gia, gadis cantik yang biasa bermanja padanya sejak dulu.   “Ya ya, sekarang apa yang harus kita katakan pada orang tua gadis itu? Kita di awal sudah gagal menjadi besan karena Giska sakit parah. Dan sekarang?” ayah Abim masih saja linglung dengan apa yang ia dengar.   “Bilang saja seperti yang di katakan putramu. Dia memang hebat mencari menantu hihihi.” tidak ada penyesalan atau apa pun di wajah ibu Abim ini. Hanya bahagia akan mendapat menantu gadis cantik dan baik hati.   Di luar tengah berdebat bagaimana mengatakan pada orang tua sang gadis. Di dalam kamar Abim tidak berniat untuk mengambil lebih kesempatan yang ada. Tetapi Gia? Gadis itu terlalu berani di dalam tidurnya.   Entah dia mimpi apa sampai berani membuka kancing baju Abim satu persatu. Kemeja itu tersingkap dengan cepatnya saat tangan mungil itu mengusap d**a bidangnya. Geli bercampur dengan hasrat membuat Abim hanya bisa diam dan merasakan setiap sentuhan Gia.   ‘Sial sekali kau Gia! Aku tidak bisa menutup pintu dengan kamu memeluk ku seperti ini. Tapi sesuka hati kamu malah membuat si o***g bangun siang-siang begini.’ geram Abim dalam hati.   “Gia!” sudah tidak bisa di tahan lagi ketika tangan Gia semakin ke bawah. Perut adalah sisi sensitif yang paling peka terhadap sentuhan. Abim tidak bisa menahan lagi jika perutnya di sentuh seperti itu.   “Abang? Jangan berisik Gia masih ngantuk.” tidakkah dia sadar jika dirinya saat ini tengah meneriaki kakak iparnya?   Sedetik kemudian Gia membuka matanya lebar-lebar dan mendapati dirinya memeluk Abim sang mantan kakak ipar. Selain itu juga baju yang di kenakan oleh lelaki itu sudah berantakan. Tunggu dulu, itu artinya dia tidak mimpi sudah membuka baju Abim saat tidur. Baju Abim? Di dalam mimpi pun ada lelaki itu?   Oh tidak Gia, kamu mungkin sudah gila, tidak mungkin kamu….   “Kamu memperkosa aku, harus tanggung jawab.” suara serak terdengar baru bangun membuat Gia tersadar bagaimana dia berakhir di tempat tidur ini.   “Tapi abang sendiri yang memaksa Gia. Bukan salah Gia kalau begitu.” kilah Gia sebisa ia.   “Mungkin benar dengan apa yang kamu katakan, tetapi kenyataannya? Baju kamu masih utuh melekat pada badan mu, dan sebaliknya….” Abim menggantung ucapannya dengan menunjukkan keadaan dirinya.   Dada bidang dengan perut rata milik Abim, membuat Gia tidak kuasa untuk tidak menyentuh. Sekali lagi Abim menahan gerak tangan Gia yang di anggap semakin berani padanya. Biar bagaimana pun dia adalah lelaki normal yang bisa di bilang belum pernah tersentuh wanita sebelumnya.   Status duda nya di peroleh sebelum dia merasakan belaian dari sang istri. Tanpa kata Gia menarik tangannya dan segera turun dari ranjang besar milik Abim.   “Lihatlah, kau pun naik ke atas ranjang ku masih mengenakan sepatu. Tidak kan kau berpikir kalau aku tidak berbuat buruk pada mu? Tapi kenapa kamu tega memperkosa ku?” suara menggelegar Abim berganti rengekan dalam hitungan kata. Ini tidak bisa di percaya.   Hebat Abim, hebat. Gia membelalakkan matanya melihat kakak iparnya seakan menjadi korban pemerkosaan dirinya. Oh tidak, kenapa mimpi mencumbu kakak iparnya itu hadir di saat yang tidak tepat sih? Gia mengutuk dirinya sendiri, ini tidak masuk akal. Perempuan memperkosa laki-laki gagah berani seperti Abimana.   “Ya ya aku akan tanggung jawab. Kapan aku bisa menikahi kamu?” satu kata yang di ucapkan Gia membuat senyum lebar Abim mengembang.   “Sekarang, cepat sana mandi aku akan turun ke bawah melihat persiapan nya.” tidak curiga sama sekali, Gia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Sabun beraroma maskulin Abim membuat Gia mabuk kepayang, sudah lah lelaki itu banyak sekali trik nya. Gia hanya pasrah dan menikmati aroma sabun yang menenangkan itu. Peduli settan sudah dengan reputasinya yang memperkosa mantan kakak iparnya, masyarakat juga tidak akan tau kalau dia segera menikahi Abim. tunggu, Menikah? sekarang?  bagaimana bisa secepat itu? terus apa yang akan ia katakan pada keluarganya? seketika kaki Gia lemas seperti jeli.  "Bodoh banget sih kamu Gia? kamu baru saja menerima cincin dari Ibra, dan ini apa lagi? oh Tuhan, " ucap Gia yang baru menyadari apa yang tadi ia katakan. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN