bc

Berawal Dari Kantin Sekolah

book_age18+
1
IKUTI
1K
BACA
HE
heir/heiress
bxg
lighthearted
mystery
brilliant
campus
highschool
disappearance
like
intro-logo
Uraian

Inggar, Mario, David dan Dendy, sudah berteman sejak lama, bahkan dari zaman mereka duduk di bangku SMP.

Tapi siapa sangka satu di antara mereka ternyata merupakan seorang pemain watak yang luar ulung. Tak disadari oleh siapapun jika salah satu diantara keempat anak muda itu ada yang menjadi otak pemerkosaan dan pembunuhan terhadap calon istri Inggar.

Siapakah sang pemerkosa dan pembunuh ulung itu?

Seberapa pelik kah pembongkaran kasus tersebut, mengingat sang dalang intektual sangat cerdik dan licin. Mampu berkamuflase dalam segala bentuk dan situasi.

Jawabannya hanya ada di sini. Jangan lupa masukan cerita yang unik, sederhana dan penuh debaran ini ke dalam rak ceritamu. Berikan ulasan dan komentar jika memang menurutmu layak untuk diulas.

chap-preview
Pratinjau gratis
1) Bertemu Cewek Astral
“Vid, gua cabut dulu ya!” Aku pamitan pada David. “Eh, Bro, lu serius gak main dulu ke rumah si Dendy?” tanya David sebelum menaiki motorku. “Kagak lah, udah sore!” balasku sambil membuka bagasi motor dan menyimpan sebagian barang bawaanku. “Ya elah, udah kaya anak gadis emak aja lu, Gar. Baru juga jam tiga, udah dibilang sore!” timpal Dendy yang ternyata sudah berdiri di samping David. “Gua mau belajar, bentar lagi kan semester, Bro!” jawabku sambil nyengir kuda. “Pret! biasanya juga pulang malam lu! Ayolah kawan, kita makan dulu di rumah gua!” Iming-iming Dendy langsung membuatku menyeringai.  “Thanks, Bro. Sorry gua cabut duluan, oke!” ucapku seraya mengangkat sebelah tangan semi menghormat pada dua sahabatku yang terkenal dengan julukan 2D itu. Mereka masih berdiri di depan pintu masuk gedung lapangan futsal yang biasa kami sewa untuk berolah raga. Sebenarnya pulang duluan karena memang perutku sudah sangat lapar. Tapi jika makan di rumah Dendy, sudah dipastikan akan langsung mabar dan pulang tengah malam, atau malah nginep di sana. Karena kaum cacing dalam perutku makin gencar memainkan orkestranya dan sepertinya tidak bisa diajak lagi kompromi, aku pun segera memarkir motor kesayanganku di samping tenda sederhana tempat Mang Mumuh jualan lontong sayur. Seingatku Mang Mumuh sudah berjualan di sini sejak aku masih sekolah SD.  "Biasa Mang, sambalnya dikit aja," ucapku pada Mang Mumuh yang terlihat sangat semringah menyambutku sore itu.  “Darimana Gar, tumben sore amat?” tanyanya. “Abis latihan futsal. Ini juga tumben sepi amat, Mang?” Aku pun balik bertanya. “Udah sore, bentar lagi juga tutup, tinggal beberapa porsi lagi, Gar.” “Syukrlah kalau udah mau habis, Mang.” “Almadulillah, hari ini lumayan rame. Kebetulan tadi siang ada rombongan kunjungan kerja ke kampus. Sebagian pesertanya ada yang mampir ke sini!” terang Mang Mumuh antusias sambil menyodorkan lontong sayur dan segelas teh dingin ke hadapanku. Ketika sedang enak-enaknya menyuap, tiba-tiba. JEBRET! Suara pintu mobil dibanting keras, refleks aku dan semua orang yang ada di sekitarku menolehkan wajah melihat arah sumber suara itu. Terlihat seorang cewek dengan pakaian yang agak minim, keluar dari sebiah Pajero Sport warna putih. Sepertinya dia memang sengaja membanting pintu mobilnya untuk menarik perhatian semua orang. Horang kaya mah bebas mau ngapain juga, bahkan dimana pun juga. "Bang, lontong sayurnya satu. Pedes pake bangeeeeet!" seru cewek cantik berpakaian minim dengan nada yang teramat ketus.  Aku menduga usianya sama denganku, walau wajahnya tampak merah padam menahan amarah, namun masih terlihat cukup cantik. Sepertinya dia baru selesai berantem dengan pacaranya yang bawa mobil tadi. Atau mungkin juga dia cabe-cabean yang dibayar gak sesuai kesepakatan oleh pelanggannya yang membawa Pajero itu. Bukan suudzon, tapi kalau melihat cara berpakiannya, dia memang layak disebut cabe-cabean kelas kakap. "Suka pedas ternyata, pantesan galak banget," sapaku asal bunyi dengan tanpa menolehkan wajah ke arahnya. BRAK! Tiba-tiba cewek itu menampar meja di depannya, "Sok tahu, lu!" bentaknya sambil memelototi aku yang sedikit melongo karena terperanjat atas reaksi cewek yang benar-benar asli galak ini. Wait! Jangan kaget dulu, cewek galak itu justru asik banget. Setidaknya itu menurut David, sahabatku yang paling edan se-Nusantara. David sudah sangat berpengalaman menghadapi cewek galak. Susanti yang sudah setahun ini jadi incarannya, memang cewek yang galaknya pake banget, tapi baik dan asiknya juga minta ampun. Bisa aja kan cewek aneh yang ujug-ujug ngegebrak meja ini juga masuk dalam jajaran cewek galak tapi baik dan asik pake banget. "Geser lu sana! Kaya bangku punya moyang lu aja!" ketusnya lagi sambil mendorong bahuku saat pesanannya sudah terhidang di depannya. Mang Mumuh hanya mengangguk dan tersenyum ke arahku, seolah memberi kode ‘Yang waras, mohon ngalah aja!’  Jauh api dari panggang. Sepertinya cewek ini sama sekali beda dengan Susanti. Dia gak ada asik dan baik-baiknya. Cantiknya memang selangit, tapi cara makannya aja langsung ngebikin aku bad mood. Persis seperti orang kelaparan sehabis dikejar Satpol PP. Ampun dah, cewek secantik ini, makannya kayak bebek. Dan dia sudah pasti langsung tercoret dari daftar cewek yang mesti dikejar cintanya. Walau kecantiknya selangit, juga bodynya mengalahkan biola, aku wajib tetap mencoretnya. No way for you girl! Untungnya lontong sayurku sudah habis. Tanpa banyak basa-basi, setelah membayar aku pun segera keluar dari tendanya Mang Mumuh. Cewek kelaparan yang galak harus segera dijauhi, kalau dia masih kelaparan, bisa-bisa aku yang dikunyahnya. Hihih, ngeri, Bestie! "Heh! mau kemana lu?" Cewek aneh itu tiba-tiba berseru sambil menarik tanganku yang menjinjing tas ransel berisi pakaian dan sepatu futsalku. "Ya balik lah!" balasku ketus seraya menepiskan tanganku dan pegangannya. "Enak aja lu mau balik. Bayar dulu makanan gue. Jangan pelit jadi cowok, entar gua doain jomlo seumur-umur baru tahu rasa, lu!" seegahnya dengan mata yang masih tetap melotot. ‘Eh busyet, ini cewek udah kere, nyolot lagi. Laga doang naik Pajero, lontong sembilan rebu doang kagak bisa bayar!’ umpatku dalam hati seraya balas memelototinya. Namun, daripada timbul huru-hara yang akan menggemparkan dunia maya, aku pun mengalah dan merogoh kantong untuk mengambil sisa-sisa recehku. Mang Muuh kembali tersenyum dan mengangguk, entah apa yang dia ucapkan dalam hatinya. Aku pun cepat-cepat keluar dari sana menuju motorkku agar segera menjauh cewek astral itu. Sebelum dompet dan tasku menjadi korban berikutnya. Beruntungnya aku masih punya sisa receh bekas ke toilet saat di gedung futsal tadi. "Jack, tunggu!" seru cewek yang ingin aku musiumkan itu sambil beranjak dari duduknya, lalu bergegas mendatangiku yang masih berdiri dekat motorku. “Jack!” ucapnya pelan dan hampir saja aku menampar mulutnya karena dengan seenak jidatnya mengganti namaku dengan, ‘Jack.’ “Apaan sih lu!” jawabku ketus. Sepertinya memang tidak perlu bersikap ramah pada cewek yang tingkat kegalakannya mengalahkan anjing tetanggaku ini. "Lu ke sini bawa apa? mobil, motor atau naik angkot?" tanyanya seraya mengelap bibirnya yang masih blepotan dengan bumbu lontong sayur yang sudah dimakannya. Dasar cewek super jorok! Padahal Mang Mumuh sudah menyediakan tisu di mejanya. "Aku bawa motor, Rose!" balasku dengan nada yang lembut dan kalem, menirukan gaya dan aksen 'Jack' Leonardo De Caprio saat memanggil kekasihnya dalam film Titanic. Si cewek ajaib malah mengedarkan pandangannya ke berbagai arah, sama sekali tak merespon jawabanku. Benar-benar cewek berakhlaq minus. Entah apa yang sedang dicarinya. "Tunggu di sini, Jack. Gue mau beli helm dulu buat lu, oke!" ujarnya sambil berlalu pergi menuju sebuah kios yang menjual helm. ‘Gila! buat apa dia ngebeliin gua helm. Apa dia gak ngelihat di motor ada helm yang masih baru?’ tanyaku dalam hati sambil memandanginya yang dengan santainya masuk ke kios penjual helm. Sebenarnya aku ingin segera meninggalkannya, namun karena ada janji akan dibelikan helm, maka terpaksa menunggunya, siapa tahu ucapannya benar. Tak berapa lama dia sudah kembali keluar dari kios dengan menenteng helm. Cewek dari planet antah berantah itu kembali mendatangiku sambil cengar-cengir memperlihatkan helm warna marun dop, kesukaanku.  "Jack, antar gue pulang, oke!" ucapnya sambil memakai helm yang dibawanya. Glek! Aku hanya bisa menelan ludah. Ternyata helm yang dibelinya bukan buatku. ‘Bener-bener cewek gak punya ahlaq, kenal kagak, udah berani ngemodusin. Bilangnya mau beliin gua helm, gak tahunya minta diantar pulang doang. Sialan!’ Aku hanya bisa mengumpat dalam hati karena kecewa. Sejujurnya, aku mulai sedikit curiga dan agak ketar-ketir. Gimana kalau cewek ini justru penculik brondong ganteng sepertiku. Atau jangan-jangan dia justru komplotan begal motor yang nyamar jadi selebriti. Kasus demikian banyak terjadi akhir-akhir ini. "Jack, kok lu malah bengong aja sih? Anterin gue pulang, cepetan!" perintanya sontak membuyarkan kecurigaanku. "Eh anterin kemana?" "Lu ikuti aja instruksi gue, gak jauh kok. Lu tahu gak kompleks perumahan Finang Regency?" tanyanya enteng. “Finang Regency?” tanyaku memastikan. Seingatku, perumahan itu jaraknya lumayan jauh dalam kota. Kalau gak salah Maura rumahnya di sana, makanya setiap hari dia dianter jemput sama sopirnya. “Kagak mau!” sanggahku setelah menimbang-nimbang, daripada ketemu Maura, lebih kacau dari diculik cewek ini. "Ayo cepetan jalan! kalau diam aja, gue teriakin maling lu!" ancamnya yang sontak membuatku sedikit mati gaya dan mati langkah. Cewek astral ini benar-bnar bagian dari begal itu dan demi keamanan jiwaku, maka aku pun mengalah. ‘Dosa apa yang hamba lakukan hari ini? Perasaan tadi subuh dan dzuhur, shalatku cukup khusyuk. Tapi mengapa aku harus dapat ujian seberat ini?’ Walau dengan hati yang mulai sedikit kalang kabut, aku pun segera naik ke motorku. Setelah duduk dengan sedikit bergetar, segera kunyalakn mesin. Dia merapikan posisi duduknya di belakangku. Dan mataku sedikit terbelalak, karena dia yang memakai rok pendek duduk diboncengnya sembarangan. ‘Gila! ni cewek bener-bener sableng. Sepanjang jalan, paha sama kakinya sudah pasti jadi pusat perhatian semua orang. Mau jariah maksiatkah dirimu wahai cewek astral?’ tanya dalam hati.  Setelah membaca doa tolak bala dan mantra pengusir godaan setan, aku pun memacu matickku dengan kecepatan sedang. Kemudian menaikan perlahan-lahan ketika kondisi jalan lengang dan aman. Seperti yang kuduga sebelumnya, semua mata tertuju pada cewek yang sedang kubonceng. Bisa jadi mereka menduga aku menculik cabe-cabean dari pinggir jalan. ‘Sialan! Gimana kalau ada guru atau teman yang ngeliat? Bisa bisa geger dunia persekolahan dan ujung-ujung agua dijembur sama Bu Nike!’ Untuk yang kesekian kalinya, aku hanya bisa pasrah sambil menggerutu dalam hati sambil dag-dig0dug menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. ^^^

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.2K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Desahan Sang Biduan

read
54.0K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook