Namjoo menghela nafas gugup. Sesekali ia merapikan gaunnya dan juga rambutnya. Ia mengintip dari tirai panggung. Para peserta lain berjalan dengan anggunnya di atas catwalk.
"Namjoo-ya!" panggil Guru Kang.
Namjoo menoleh, Guru Kang tersenyum padanya.
"Sudah hampir giliranmu, ayo bersiap-siaplah!"
Gigi Namjoo bergemeletuk sangking gemetarnya ia sekarang ini. Oh tuhan! Berilah ia kekuatan! Matanya melirik ke arah pintu keluar. Apa belum terlambat untuk kabur sekarang?
"Kau mau kemana?" tanya seseorang.
Namjoo menoleh dan membelalak. Mengapa Lixuan ada di sini? Bukannya hanya peserta saja yang diperbolehkan masuk ke ruangan ini?
"Kau di sini? Bagaimana bisa?"
"Apa Changwoo lupa memberitahumu? Satu kelas memang mendaftarkan satu peserta, maksudnya satu peserta laki-laki dan satu peserta perempuan." ucap Lixuan sambil tersenyum.
Namjoo tak tahu saja, keluarga Lixuan atas permintaan bocah itu tiba-tiba mensponsori acara ini agar Lixuan bisa berpasangan dengan Namjoo. Yeah, tentu saja sekolah setuju. Acara diperbesar bahkan banyak wartawan yang meliput acara ini.
Sebenarnya Lixuan khawatir pada Namjoo. Karena itu ia meminta keluarganya mensponsori acara ini dan membuat ia dan Namjoo berpasangan. Lihat saja gadis itu, sejak tadi tak berhenti mengepalkan tangannya hingga merah begitu.
Lixuan meraih tangan Namjoo dan melepaskan kepalan tangan itu. Namjoo mengerjap menatap Lixuan. Lixuan tersenyum melihat tangan Namjoo yang gemetaran.
"Tenang saja, aku ada di sini. Jika kau takut, berpeganglah padaku seperti ini." Lixuan mengaitkan lengannya dengan Namjoo.
"Tersenyumlah, jangan tegang. Bukannya kau selalu menjaga ekspresimu sesuai novel yang kau baca? Kita akan melangkah bersama-sama. Aku akan menjagamu, kau takkan jatuh." tambahnya.
Kamera mana kamera? Namjoo rasanya ingin melambai menyerah saja di depan kamera. Ucapan Lixuan membuat hatinya meleleh.
"Peserta nomor urut dua puluh dua!" panggil pembawa acara.
"Sekarang giliran kita! Ayo!" ajak Lixuan.
Namjoo mengangguk. Ia menggandeng lengan Lixuan lalu berjalan dengan anggun di atas catwalk. Tak terlihat sama sekali ketakutan atau kegugupannya tadi. Ia tersenyum lebar, berpose dan tersenyum tak memerdulikan blitz yang menyilaukan mata.
Bomin yang melihat itu diam-diam menyeka air matanya.
"Ada apa denganmu Bu?" tanya Taeoh yang melihat hal itu.
"Aku tak apa, melihatnya berjalan di atas catwalk sambil menggandeng tangan Lixuan membuatku berpikir Namjooku sudah dewasa. Hari ini mungkin mereka hanya berjalan di atas catwalk, tapi siapa tahu nanti mereka akan berjalan di atas altar pernikahan." ucap Bomin.
"Aisshh kau terlalu melebih-lebihkan, Bi. belum tentu yang akan berjalan di atas altar bersama Namjoo itu Lixuan!" protes Seojun tak terima.
"Lalu siapa? Dirimu? Hilangkan dulu mulut pedasmu dan ibumu! Kalau belum hilang takkan kuterima kau menjadi menantuku!"
Nayoung dan Byunggyu mengabaikan Seojun yang mulai berdebat dengan Bomin. Mereka memilih mengabadikan wajah bahagia Namjoo dan Lixuan.
"Mereka benar-benar serasi, sepertinya adikmu akan melangkahimu dan menikah lebih dulu dengan Lixuan." cibir Nayoung.
"Apa itu kode agar aku segera melamarmu?" balas Byunggyu.
Nayoung mendesis dan mencubit pinggang Byunggyu. Byunggyu mengaduh kesakitan. Astaga kekasihnya ini ganas sekali!
"Hei!"
"Jangan berisik! Giliran mereka sudah selesai." ucap Nayoung tak acuh.
Wooseok yang memperhatikan interaksi mereka hanya bisa tersenyum. Sekarang Nayoung sudah bahagia bersama Byunggyu. Mereka sangat mesra dan membuat dirinya iri. Gaeun yang ada di sebelahnya menggenggam tangan Wooseok karena mengetahui pemuda itu cemburu. Wooseok menoleh pada Gaeun sedangkan gadis itu pura-pura fokus ke depan. Wooseok terkekeh dan membalas genggaman Gaeun. Yeah setidaknya ia juga memiliki Gaeun disisinya.
***
Begitu turun dari catwalk, Namjoo langsung memeluk Lixuan sambil melompat kesenangan.
"Aku berhasil! Berhasil!" jeritnya.
"Eum iya iya kau berhasil." Lixuan memejamkan matanya dan membalas pelukan Namjoo. Kapan lagi Namjoo mau memeluknya atas keinginan sendiri seperti ini?
Namjoo melepaskan pelukannya. Ia tersenyum semanis gula pada Lixuan.
"Lixuan-ah, apa kau tahu apa yang ingin kulakukan sejak tadi?" tanya Namjoo.
"Apa?" tanya Lixuan penasaran.
Cup...
Lixuan terpaku begitupun semua orang di ruangan itu. Namjoo tertawa melihat wajah Lixuan. Tanpa Lixuan duga, setelah Namjoo menciumnya gadis itu mengambil sebelah sepatunya lalu ...
Pletak!
"Aww!"
"Rasakan sepatuku ini! Aku sudah berjanji melakukannya jika kita menang. Sekarang tinggal Seojun!" ucap Namjoo riang.
"Aku ke Seojun dulu! Tenang, ciuman itu khusus untukmu! aku takkan memberikannya pada Seojun." Namjoo mengedipkan matanya genit dan meninggalkan Lixuan yang masih terpaku.
Namjoo tertawa. Anggap saja ciuman yang tadi ucapan terimakasih Namjoo. Berkat Lixuan, ia tak harus menanggung malu karena terjatuh dari panggung.
"Ia menciumku? Kali ini bukan ciuman katak? Atau katak itu telah berubah menjadi Namjoo?" gumam Lixuan.
Bruk!
"Astaga Lixuan-ah!"
Lixuan ambruk ke lantai sambil memegangi dadanya. Jantungnya berdebar kencang. Sangat kencang memompa aliran darahnya agar naik ke wajahnya. Wajahnya sangat merah sekarang. Ia terkekeh seperti orang gila.
"Tak apa ia memukulku setelah mencium pipiku. Yang jelas ia menciumku~"
"Astaga! Lixuan gila karena dicium Namjoo! Tenaga medis! Panggil tenaga medis!" jerit Guru Kang.
Guru tega! Memangnya Namjoo hewan yang menularkan virus rabies apa sampai-sampai Lixuan gila karena dicium olehnya?
***
Sepulangnya dari acara itu, kejutan lain menyambut mereka. Mata mereka membola melihat siapa yang menunggu mereka di depan pintu apartemen.
"Ibu? Ayah?" Seojun menatap orang tuanya tak percaya.
Chaerim dan Jungmyeong menoleh.
"Astaga! My baby Seojun!" Chaerim menghampiri Seojun dan memeluk juga menciumnya berkali-kali.
Namjoo dan Lixuan saling sikut sambil menatap Seojun geli. Mereka menahan tawa mereka melihat wajah Seojun yang merah karena lipstik Chaerim.
"Hei, apa kau mau membunuh anakmu dengan ciuman? Lepaskan lepaskan! Kau tak lihat ia sesak karena kau?" omel Bomin.
Chaerim tersadar dan melepaskan Seojun. Seojun terbatuk sambil memukuli dadanya. Wuoo, ciuman dan pelukan ibunya memang mengundang maut. Seojun tak mengerti, bagaimana ayahnya bisa hidup hingga sekarang?
"Ayo masuk ke dalam! Kak Hyungseob~ bagaimana bulan madumu? Berhasilkah? Berhasil?" Bomin menghampiri Hyungseob dan menggandengnya masuk ke apartemen.
"Hei Park Bomin! Jangan tanya macam-macam kau kalau kau masih ingin hidup!" Chaerim menyusul mereka.
Byunggyu mengendikkan bahunya dan mengajak yang lainnya masuk ke dalam. Meninggalkan para anak-anak di luar.
"Kau lihat tadi Namjoo-ya?" Lixuan terkekeh, "Omo! My baby Seojun! Cup cup cup~" Lixuan menirukan gaya Chaerim.
"Hei, kau yang seperti ini yang ingin menikahi Namjoo? Ingin jadi sainganku? Ha! Yang benar saja!" cibir Lixuan.
Seojun mengepalkan tangannya hendak memukul Lixuan. Namjoo yang menyadari itu pun segera menghentikan Lixuan.
"Sudahlah, lagipula kita memang masih anak-anak. Ingat umur kita? Masih wajar bila Seojun diperlakukan seperti itu oleh Bibi Chaerim. Ayo masuk!" ajak Namjoo.
Lixuan mengendikkan bahunya dan mengikuti Namjoo. Tapi sebelum itu ia menjulurkan lidahnya mengejek Seojun. Begitu Lixuan dan Namjoo masuk ke apartemen, Seojun langsung mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Argghh semua karena Ibu!"
***
Hingga makan malam, Seojun tak mengatakan sepatah katapun pada Chaerim. Nayoung, Gaeun dan Lixuan telah pulang sejak tadi.
"Bomin-ah, kau beri makan apa anakku sampai-sampai dia pendiam begitu?" bisik Chaerim di telinga Bomin.
"Hei, kau menuduhku tak mengurus anakmu dengann baik ya? Dia biasanya sangat cerewet sampai-sampai kami berniat menyumpal mulutnya. Tapi semenjak kau datang tak tahu kenapa dia jadi pendiam." ucap Bomin tak terima disalahkan.
Hyungseob hanya geleng-geleng melihat kelakuan dua sepupu itu. Ia tersenyum menatap anak-anak.
"Kami dan Seojun akan kembali ke Jepang besok. Terimakasih telah merawat Seojun selama kami tak ada." ucapnya.
Seojun meletakkan sumpitnya dengan kasar.
"Aku selesai. Terimakasih makanannya." Seojun menunduk sopan lalu pergi ke kamarnya.
Semua menatapnya heran. Chaerim kembali menatap Bomin dan anak-anak.
"Aku serius, ada yang tahu ada apa dengannya?" tanya Chaerim.
Byunggyu mengendikkan bahunya, "Dalam hal ini hanya Namjoo yang bisa membantu."
Chaerim menatap ke arah Namjoo. Namjoo pun salah tingkah, ia berdesis dan mencubit paha kakaknya yang kebetulan memang duduk di sebelahnya. Byunggyu mengaduh dan menatap tajam adiknya.
"Yang harusnya membujuknya itu kau Kak! Ia sangat lengket padamu seperti lem!"
"Baiklah baiklah aku yang akan membujuknya! Puas?" Byunggyu berdecak dan melanjutkan makannya.
Namjoo sebenarnya juga khawatir pada Seojun. Apa ini akibat dari ucapan Lixuan tadi? Tapi mengapa Seojun semarah itu? Jangan bilang Seojun benar-benar menyukainya seperti Lixuan! Namjoo terlalu takut bila apa yang ia pikirkan tadi benar. Karena itu ia tak berani bicara dengan Seojun untuk sementara ini.
***
Tok ... Tok ... Tok ...
"Masuk." gumam Seojun.
Byunggyu masuk ke kamar Seojun. Seojun terkejut, ia kira yang datang itu ibunya atau Taeoh yang kebetulan sekamar dengannya.
"Ada apa Kak?" tanya Seojun.
"Kau tak ingin berpamitan pada Namjoo? Kau akan pergi besok. Nikmati waktumu sebaik-baiknya, butuh waktu lama untukmu agar bisa bertemu dengan Namjoo lagi."
Seojun menggeleng. Byunggyu duduk di sebelah Seojun.
"Bila aku bicara dengannya sekarang, aku takkan ingin meninggalkannya besok. Kau tahu bukan? Tentang perasaanku." ucap Seojun.
Byunggyu mengangguk. Suasana jadi hening. Biasanya Seojun yang selalu berceloteh sendiri bila ia bersama Byunggyu. Byunggyu meringis, ia menolehkan kepalanya dan tiba-tiba mendapatkan ide begitu melihat foto Taeoh terpajang di kamar ini.
"Seojun-ah," panggil Byunggyu.
"Hm?"
"Kau tahu apa yang membuat Namjoo menyukai Taeoh?" tanya Byunggyu.
Seojun berpikir sebentar, "Karena wajahnya? Atau karena pemikirannya yang sangat dewasa?"
Byunggyu menggeleng dan menyilangkan kedua tangannya di depan d**a membentuk tanda 'X'.
"Lalu apa?" tanya Seojun mulai penasaran.
"Kau tahu bukan kalau Namjoo m***m?"
Seojun mengangguk, lalu tiba-tiba matanya membelalak. "Jangan-jangan ...." Seojun melirik ke bawah.
Pletak!
"Sakit!" Seojun mengaduh karena Byunggyu menjitak kepalanya.
"Bukan itu bodoh! Namjoo tak semesum itu!" ucap Byunggyu membela adiknya.
"Lalu apa?" tanya Seojun.
Byunggyu tersenyum, "Otot perut."
"Otot perut? Perut Kak Taeoh berotot?" tanya Seojun tak percaya.
Byunggyu terkekeh dan mengangguk. Seojun menggumamkan kata 'wuooo'.
"Sixpacks! Taeoh belajar wushu sejak ia masih kecil karena itu ia mendapatkan itu." jelas Byunggyu.
"Hebat! Tapi ... Apa hubungannya denganku dan Namjoo?" tanya Seojun heran.
Byunggyu berdecak. Haruskah ia menjelaskan secara rinci?
"Selama kau di jepang, berlatihlah agar memiliki hal itu juga. Jadi saat kau kembali ke Korea, kau bisa memamerkannya pada Namjoo." ucap Byunggyu sambil menjelaskan rencana gilanya.
Seojun mulai berpikir keras. Byunggyu tertawa. Anak kecil memang mudah dibohongi. Ia melakukan hal ini hanya agar Seojun tak sedih lagi sekaligus Byunggyu ingin mengerjai Namjoo.
"Sekarang berpamitan lah pada Namjoo, minta padanya agar ia menunggumu. Jangan sampai bila kau kembali ke Korea ia sudah menikah dengan Lixuan." ucap Byunggyu.
Seojun mengangguk dengan semangat. Ia lalu berlari keluar kamar. Begitu Seojun keluar, Byunggyu langsung tertawa sekencang-kencangnya sambil berguling-guling di atas ranjang.
Ceklek...
"Kak Byunggyu, kau sedang apa?" tanya seseorang yang baru saja membuka pintu.
Byunggyu segera mengendalikan ekspresinya dan pura-pura berbaring.
"Tidak, aku tak sedang melakukan apa-apa. Eum Taeoh-ya apa kau ingin kuceritakan sebuah cerita lucu?"
***
Namjoo duduk-duduk di balkon apartemennya. Di dalam terlalu ramai karena ibunya selalu bertengkar dengan bibinya. Namjoo tak tahu apa yang terjadi di masa lalu antara ibunya dan Chaerim. Tapi pasti bukan hal yang baik.
"Namjoo-ya," panggil seseorang.
Namjoo menoleh dan mendapati Seojun yang menghampirinya.
"Boleh aku ikut duduk bersamamu?" tanya Seojun.
"Eum tentu saja! Sejak kapan kau jadi sopan begitu? Apa ini efek kedatangan ibumu jadi kau bersikap baik?" ejek Namjoo.
Seojun hanya tersenyum. Namjoo salah tingkah karena Seojun tak membalas ejekannya.
"Seojun-ah apa kau akan pergi dan tak kembali sampai-sampai kau jadi berubah seperti ini?" tanya Namjoo hati-hati.
"Tidak, aku akan kembali. Karena itu kumohon tunggu aku," pinta Seojun, "Aku akan kembali dan menjadi pria idamanmu. Tak peduli sesulit apapun itu. Aku berjanji!"
Wajah Namjoo memanas. Ah, sudah ia duga. Seojun memang benar menyukainya seperti Luhan. Sudah dua kali ia dibuat memerah karena ucapan bocah-bocah itu hari ini. Kenapa anak laki-laki sekarang pandai menggombal semua? Namjoo benar-benar heran!
"Astaga! Disini panas sekali! Wuooo aku rasanya ingin terjun dari balkon saking panasnya. Aku masuk dulu ya!" Namjoo segera kabur.
Yeah dia kabur, dia kabur sebelum ia benar-benar nekad lompat dari balkon ke bawah karena kata-kata Seojun. Tadi Seojun menyebut-nyebut akan menjadi pria idamannya bukan? Memangnya Seojun tahu kriteria pria idamannya seperti apa?
"Ah sudahlah! Itu tak penting! Astaga wajahku wajahku! Ahh panasnya!"
*******
Makassar, 06 Juli 2016