Hubungan Byunggyu dan Wooseok membaik setelah kejadian 'ciuman' itu. Wooseok telah mengikhlaskan Nayoung untuk Byunggyu. Begitupun sebaliknya. Byunggyu telah mengikhlaskan Gaeun untuk Wooseok. Walau Wooseok bersikeras dia dan Gaeun hanya bersahabat.
Mengenai Bibi Nayoung? Ia sedang mengasingkan diri berkat pembalasan dendam dari Byunggyu. Foto-foto aibnya disebar oleh Byunggyu di TV, koran dan semua media massa. Foto Bibi Nayoung yang menerima suap, bermain serong bersama pria muda dan masih banyak lagi. Awalnya itu berpengaruh pada perusahaan Nayoung, tapi Byunggyu telah membantu menuntaskan masalah itu sehingga tak terjadi apapun pada perusahaan. Karena itulah ia menjadi calon menantu kesayangan di mata orang tua dan juga nenek Nayoung. Yeah, mereka tak tahu saja kalau yang menyebar foto-foto itu Byunggyu sendiri.
Nayoung menjadi semakin menyadari betapa menyeramkannya kekasihnya itu. Ya, kekasih! Ada apa? Apa itu masalah untuk kalian? Kalian menyukai kekasihnya juga? Mau mati ya?
"Kita kencan di kantorku, banyak hal yang bisa kita kerjakan di sana. Pasti menyenangkan!" saran Nayoung dengan wajah berbinar-binar.
"Tidak, kali ini ke hotelku. Aku ingin memeriksa apakah kinerja manajer yang sedang memegang kendali di cukup baik atau tidak." ucap Byunggyu dengan ekspresi datar.
"Byunggyu-ya~ ke kantorku saja ya? Ya? Tak ada yang kulakukan kalau kita ke hotelmu! Yah yah?" bujuk Nayoung.
Bomin terdiam di sebelah mereka. Apa dia tak mendidik anaknya dengan baik? Atau pasangan ini saja yang memang sedikit kurang waras? Kencan di kantor? Hotel? Eh memang sih kalau hotel sudah biasa bagi para pasangan-pasangan lain. Tapi dua orang ini malah ingin datang ke sana untuk alasan pekerjaan? Mereka mengatakan itu kencan? Mereka ini anak SMA atau bukan sih? Namjoo dan Bomin saling berpandangan. Namjoo mengangguk mengerti.
"Hei, berhenti!" jerit Bomin dan Namjoo yang menghentikan pasangan yang sedang berdebat ini.
"Ada apa Bu?" tanya Byunggyu.
Namjoo dan Bomin geleng-geleng kepala sambil berdecak. Seojun dan Taeoh? Jangan harap mereka ingin ikut dalam drama ini. Taeoh memilih melakukan panggilan Video dengan Yookyung dan Seojun pergi mengganggu di apartemen Lixuan. Jangan kira mereka sudah akur, karena Seojun memang benar-benar mengganggu Lixuan. Wooseok? Ia sudah pergi untuk menjenguk Gaeun.
"Kalian sebut pergi ke kantor dan ke hotel untuk urusan bisnis itu kencan? Kalian gila?" cibir Bomin.
"Ya Bu, mereka benar-benar tak tahu apapun tentang seni berkencan. Bahkan kalian saja kalah dariku yang masih anak-anak. Aku tahu segalanya tentang kencan melalui buku-buku yang pernah kubaca." ucap Namjoo bangga.
Byunggyu dan Nayoung saling berpandangan. Mereka mulai mencium aroma-aroma akan terjadi bencana.
"Pertama, apa kalian pernah makan malam romantis?" tanya Bomin.
Nayoung dan Byunggyu menggeleng bersamaan.
"Kencan di taman bermain?" tanya Namjoo.
Pasangan itu menggeleng lagi.
"Kalian benar-benar tidak pernah melakukannya? Baiklah yang mudah saja. Kencan di taman? Akuarium? Menonton film di bioskop?" tanya Bomin lagi.
Byunggyu dan Nayoung tak menjawab. Bomin dan Namjoo benar-benar tak habis pikir dengan mereka.
"Jadi selama ini Kakak dan Kak Nayoung berkencan di kantor? Hotel Ayah? Astaga aku bahkan tak yakin itu bisa disebut kencan!" ucap Namjoo.
Nayoung angkat bicara.
"Aku tak tahu kalau itu tak bisa dianggap kencan bagimu, tapi kami merasa baik-baik saja dengan itu." ucapnya yang ditanggapi anggukan semangat oleh Byunggyu.
"Tidak, kalian tak baik-baik saja! Sesekali kumohon jadilah pasangan yang normal. Aku tak tahu mengapa pasangan berIQ tinggi seperti kalian kaku begitu." ucap Bomin.
Nayoung dan Byunggyu saling berpandangan lagi. Menjadi pasangan normal? Byunggyu dan Nayoung itu sama-sama belum pernah berkencan dengan orang lain sebelumnya. Karena itu mereka tak tahu kencan yang normal seperti apa.
"Saranku, hari ini kalian pergilah berkencan. Masalah pekerjaan serahkan padaku dan Namjoo." ucap Bomin.
Kencan ala pasangan normal. Bila Bomin memaksa begitu Nayoung dan Byunggyu tak bisa berbuat apa-apa. Baiklah lagipula tak ada salahnya menjadi normal sesekali.
***
Wooseok menjenguk Gaeun. Gadis itu sekarang tinggal di rumahnya. Berjaga-jaga apabila ayahnya datang tiba-tiba sehingga Gaeun bisa bersembunyi. Tak mungkin bukan ayahnya Gaeun akan menerobos rumah Wooseok untuk mencari Gaeun?
"Aku datang, bagaimana tidurmu? Nyenyak tidak?" tanya Wooseok.
"Kau tak perlu datang setiap hari begini. Apalagi ini hari minggu. Aku tak apa-apa." ucap Gaeun.
"Tak bisa begitu. Kau tanggung jawabku sekarang. Lagipula aku sudah berjanji akan menjagamu bukan?" Wooseok menyengir kuda.
Gaeun tersenyum. Ia lalu mengambil barang belanjaan Wooseok dan menaruhnya di kulkas.
"Oh iya, Paman Byungjin akan segera pulang bukan? Sudah hampir satu bulan." tanya Gaeun.
"Begitulah, ia mengatakan akan mempercepat kepulangannya. Ia tak ingin meninggalkan Kak Bomin lama-lama." jawab Wooseok.
"Ah irinya, seandainya saja aku memiliki pasangan yang sesempurna Paman Byungjin seperti Kak Bomin. Aku pasti bahagia." ucap Gaeun iri.
"Siapapun akan merasa begitu bila jadi Kak Bomin. Paman Byungjin begitu memujanya walaupun awalnya Kak Bomin yang mengejar-ngejar Paman Byungjin." kekeh Wooseok.
Gaeun ikut terkekeh mengingat betapa keras perjuangan Bomin dulu.
"Seharusnya kau juga bisa bahagia seperti Kak Bomim bila kau menerima Kak Byunggyu." ucapan Wooseok membuat gerakan tangan Gaeun terhenti. Gadis itu terdiam di depan pintu kulkas.
"Wooseok-ah bukannya kita sepakat untuk tak membahas hal ini?" Gaeun menoleh pada Wooseok, "Hati tak bisa dipaksakan, kau tahu itu dengan jelas bukan?"
"Maaf." ucap Wooseok.
Gaeun mengangguk dan melanjutkan kegiatannya. Ia tak ingin membahas hal ini. Masalah perasaannya yang membuat persahabatan mereka berempat kacau balau. Ia akui karena ialah mereka semua sempat bertengkar dan merenggang. Gaeun sudah menyerah mengenai perasaannya. Ia tak ingin menyakiti siapapun. Tidak lagi.
***
Namjoo tadinya berniat menguntit Nayoung dan Byunggyu yang sedang berkencan jika saja ia tak diculik oleh dua bocah imut ke apartemen Lixuan. Ia dipaksa berjalan dengan sepatu s****n yang membuat kakinya benar-benar sakit.
"Pinggulmu Namjoo-ya! Pinggul!" bentak Seojun.
"Ya."
"Lebih anggun lagi! Ayolah kau ini manusia atau robot?" bentak Seojun lagi.
"Robot! Aishh diamlah! Kau pikir ini mudah?!" balas Namjoo.
"Berusahalah Namjoo-ya! Lombanya sebentar lagi, aku yakin kau takkan suka bila kita kalah!" ucap Lixuan menyemangati.
"Iya iya cerewet!"
Namjoo berusaha berjalan tanpa terjatuh. Ia berjanji bila ia menang nanti ia akan menggetok kepala Lixuan dan Seojun satu persatu dengan hak sepatunya ini.
"Lumayan, kau bisa berhenti sekarang." perintah Seojun.
Namjoo sontak jatuh terduduk ke lantai. Ia melepas sepatunya dan melemparnya ke sembarang arah. Sayangnya sepatu itu mendarat tepat di kening Xieyu sebelum jatuh ke lantai. Namjoo membulatkan bibirnya sambil membelalak. Xieyu menggeram dan mengambil sepatu itu. Namjoo meringis dan segera menghampiri Xieyu.
"Kakak tidak apa-apa? Biar kulihat keningmu!" Namjoo meringis, "Astaga bagaimana ini? Keningmu berdarah!"
Xieyu menghela nafas. Sabar ... Sabar ... Yang ada di hadapannya ini adalah anak kecil. Ia tersenyum manis.
"Tak apa Namjoo-ya, bisa tolong ambilkan kotak obat di sana?" pinta Xieyu.
Namjoo mengangguk cepat dan segera mengambil kotak obat dan memberikannya pada Xieyu.
"Maaf kak, bagaimana kalau aku saja yang mengobatinya?" tawar Namjoo.
Xieyu menghentikan kegiatannya membuka kotak obat itu. Xieyu terkekeh lalu mengangguk, "Baiklah bila kau bisa."
Seojun dan Lixuan yang melihat interaksi dua orang itu pun mengeluarkan aura membunuh. Lixuan melirik ke arah salah satu sepatu Namjoo.
"Seojun-ah bisakah kau memukulkan sepatu itu ke keningku?" pinta Lixuan.
Seojun menatap Lixuan tak percaya. Tapi ia tetap mengambil sepatu itu sambil menyeringai. Kesempatan seperti ini tak boleh disia-siakan bukan?
"Siap-siap ya? Satu ... dua ... tiga!" Seojun memukulkan hak sepatu itu ke kening Lixuan dengan keras.
"Arrrggghhh kenapa kau keras sekali memukulnya!" seru Lixuan kesakitan sambil memegangi keningnya yang berdarah.
"Kau yang memintanya bukan? Jangan salahkan aku!" Seojun tertawa puas.
"Namjoo-ya! Lihat apa yang Seojun lakukan padaku! Aku berdarah! Tolong obati aku!" pinta Lixuan.
Tak ada jawaban. Tawa Seojun semakin keras. Namjoo terlalu sibuk mengobati Xieyu jadi ia tak memperdulikan teriakan Lixuan. Lixuan diabaikan? Ini namanya sudah jatuh tertimpa tangga pula.
"Jika kau ingin mencari perhatian carilah cara yang cerdas sedikit. Sekarang kau sendiri yang mendapat akibatnya bukan?" ejek Seojun.
"Aisshh diam saja kau!"
***
Nayoung dan Byunggyu benar-benar mengikuti saran Bomim. Mereka pergi ke bioskop. Tapi sesampainya di sana mereka malah berdebat.
"Aku ingin menonton film romantis, ayolah satu kali ini saja! Ada film yang benar-benar ingin kutonton!" rengek Nayoung.
"Tidak mau, aku ingin film horor. Kau juga suka film horor bukan? Carilah pilihan yang bisa menguntungkan kedua belah pihak." ucap Byunggyu.
"Aku benar-benar ingin melihat film itu, ayolah! Aku berjanji bila kita kencan lagi akan kuserahkan semua pilihan padamu!" Nayoung terus merengek.
Byunggyu mendecih dan meninggalkan Nayoung. Nayoung panik, jangan-jangan Byunggyu ingin membatalkan kencan mereka?
"Oh Byunggyu kau mau kemana?" tanya Nayoung.
"Mengantri tiket untuk film yang ingin kau tonton itu. Memangnya kau bisa masuk tanpa tiket?" cibir Byunggyu.
Senyum pun mengembang di bibir Nayoung. Ia tak menyangka Byunggyu akan mengalah padanya.
Tak berapa lama, Byunggyu datang sambil membawa makanan ringan, minuman dan tiket film. Nayoung menatapnya heran dan mengambil sebagian barang bawaan Byunggyu.
"Mengapa kau membeli ini sendiri? Kau bisa memintaku bukan?" tanya Nayoung.
"Bukannya ini tugas pria saat berkencan? Lagipula tempatnya dekat dengan tempat pembelian tiket. Berikan tangan kirimu!" pinta Byunggyu.
Nayoung mengernyit heran, tapi ia tetap memberikan tangan kirinya. Byunggyu menggenggam tangan kiri Nayoung dengan tangan kanannya.
"Saat berkencan, biasanya pasangan kekasih selalu bergandengan tangan. Ayo masuk!" ajak Byunggyu.
Nayoung mengulum senyumnya dan mengangguk. Ia tak menyangka Byunggyu yang bermulut pedas itu bisa menjadi semanis ini. Ide Bomin untuk berkencan ala pasangan normal tak buruk juga.
"Byunggyu-ya, bagaimana kalau lain kali kita berkencan di taman bermain?" pinta Nayoung.
"Hm, terserah kau saja. Asal jangan ke akuarium." ucap Byunggyu.
"Kenapa?"
"Aku tak punya keberanian untuk datang lagi ke sana." ucap Byunggyu sambil mengingat saat ia berlari seperti orang gila untuk mencari Nayoung.
"Aku tak mengerti." ucap Nayoung heran.
"Sudahlah fokus saja ke filmnya!" Byunggyu menyandarkan kepala Nayoung ke pundaknya.
Nayoung terkekeh dan fokus ke film. Tangan mereka masih saling mengait satu sama lain.
*****
Makassar, 27 Juni 2016