Bab 4

750 Kata
Bab 4 Apakah semua mimpi ku tak pernah berarti?~ **** Ari mengacak rambutnya "Mulai besok, Lo gue anter jemput" ucap Ari. "Kita gantian aja"  sahut Valent. "Jingga gak mau ngerepotin kalian. Lagipula, Jingga udah bisa jaga diri sendiri kok" Andi menghentikan kegiatan makannya, ia menegakkan duduknya lalu menaruh toples kembali ke meja. "Kalo Lo gak nurut malah tambah ngerepotin kita" ucapnya santai. Reza, cowok itu langsung mendorong kepala Andi keras "Ngomongnya pe'a, Lo mau dipenggal Juan?!" "Ya udah" kata Jingga. "Ya udah apa?" Alis Ari mengkerut. "Ya udah Jingga mau dianter kalian" "Oke, jadi yang mau antar jemput Jingga hari Senin siapa?"Tanya Valent. "Gue aja, gue gak ada kelas soalnya" ucap Reza. "Selasa gue ya, soalnya hari Selasa juga gak ada kelas gue" kata Ari. "Rabu elo ya Ndi" saran Valent. "Oke, gue mah kapan aja mau. Gue kan kuliah malem" sahut Andi enteng. "Gue Kamis aja. Hari Jum'at otomatis bang Rasya" ucap Valent lanjut. Jingga menggigit bibir bawahnya "Kalo bang Rasya sibuk gimana?" "Gue, kan gue udah bilang. Setiap hari pun gue mau" ucap Andi. "Makasih ya, maaf juga kalo Jingga selalu ngerepotin" suara Jingga semakin merendah. Gadis berkuncir kuda itu memainkan jari-jarinya, kepalanya ia tundukkan. Gadis itu juga menggembungkan beberapa kali pipinya sedikit bosan. Diluar sana, rintik air mulai membasahi jalanan. Angin berhembus tak terlalu kencang membuat pintu yang ber-cat senada terbanting beberapa kali karena tiupan angin. Jingga tak kaget, karena hal itu sudah beberapa kali terdengar. Meski tak terlalu kencang. Ari, Andi, Reza dan Velent tersenyum. "Kalian kenapa senyum-senyum?" Tanya Jingga. "Lo lucu, kalo lagi kayak gitu" ucap Ari sebari terkekeh. "Gue mau balik nih, besok ada kelas. Lagipula udah mau hujan juga" ucap Reza. Andi ikut bangkit "Gue juga deh, Lo mau ikut gak Lent?" Ucap Andi. Valent bangkit dari duduknya lalu memakai jaketnya miliknya "Lo mau balik gak Ri?" Tanya Valent sebari memakai jaketnya. "Yoi" "Ya udah, lagipula Jingga udah ngantuk. Mau tidur" "Kalo ada apa-apa langsung hubungi kita aja" "Iya, Ari gak usah khawatir. Bang Rasya juga sebentar lagi pulang kok" ucap Jingga. Empat cowok itu melambaikan tangannya sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu. Jingga juga mengantar neraka walau hanya diambang pintu. Ari berjalan santai menuju rumahnya yang berada tepat didepan rumah Jingga, padahal Jingga sudah pindah dari rumah yang dulu, Ari mengikutinya. Ia sebagai membeli rumah didepan rumah baru Jingga. Alasannya bahwa dia ingin menepati janjinya pada Juan, yaitu melindungi Jingga hingga Juan pulang nantinya. Andi dan Reza menaiki motor mereka masing-masing. Sedangkan Valent, cowok itu memakai mobilnya, katanya sih karna takut kehujanan nantinya. Memang benar, cuaca akhir-akhir ini tak bisa diprediksi kapan hujan. Kadang paginya cerah namun sorenya hujan deras begitupun sebaliknya. Banyak yang mengeluh soal itu, padahal segala sesuatu yang Tuhan berikan adalah sesuatu yang terbaik untuk umatnya. Bayangkan saja jika selama satu tahun penuh kemarau, tak ada air di sana-sini dan begitupun sebaliknya. Jingga menutup pintunya, mengunci nya dari dalam agar tak terbuka saat tertiup angin. Toh, lagipula Rasya sudah menegang kunci garasi. Jadi Rasya bisa keluar masuk semau yang ia inginkan. Setelah mengunci pintu dan menutup gorden jendela, Jingga berjalan menuju kamarnya yang memang ada di lantai satu. Keadaan kamarnya tak terlalu berubah dari kamar yang dulu. Boneka Panda masih terpajang di almari dan pinggiran kasur king size yang ber badcover panda. Tak lupa, jam dan boneka istimewa yang ia letakkan di meja belajarnya. Gadis itu duduk di kursi, seperti biasa. Gadis itu membuka kembali buku berjudul cover coklat itu. Baru satu kalimat, bibirnya sudah tersenyum Hari ke-250 Lo nyenyak banget sih tidurnya, kapan bangun? Lo gak capek tidur mulu. Gue capek nih nulis mulu!, Gue juga bingung mau nulis apa lagi. Gak ada yang perlu diceritain juga. Sehari-hari Andi, Reza, Yudi bang Rasya dan gue selalu nemenin elo disini. Oh iya, hari ini hari terakhir Yudi nemenin elo. Besok dia berangkat ke Medan ikut ayahnya karena dipindah tugaskan. Sebenarnya dia gak mau pindah, tapi ya mau gimana lagi. Orang tuanya gak ngasih izin buat dia tinggal sendiri. Udah ya sampe disini. Bay panda, jangan lupa baca ya.. Jingga menutup buku berjudul cover coklat itu lalu menyimpan nya kembali, ia berjalan menuju kasur king size milik. Membaringkan tubuh mungilnya lalu menarik selimut pandanya. Diluar masih hujan, syukurlah hawa dingin tak sampai ke dalam ruangan dimana Jingga berada. Mencoba untuk memejamkan matanya, tentu saja tak membutuhkan waktu yang lama bagi Jingga memasuki alam mimpinya. Ia sudah tertidur dengan tenang memeluk boneka Panda nya. *** See you next part ya.. Sorry kalo part ini pendek. Jangan lupa votement ya. Salman sellaselly12
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN