Bab 5
Biarkan semua mengalir dengan sendiri nya~
****
Lima bulan kemudian,,,,
Terlihat seorang gadis yang tengah duduk di sebuah halte tak henti-hentinya berdecak sebal.
Ia tak sendirian, disampingnya duduk seorang cowok yang katanya akrab dengannya.
Kini ingatan gadis berambut sebahu dan berlesung pipi itu sudah kembali, ia ingat segalanya dimasa lalu. Siapa dirinya? Bagaimana ia bisa mengalami kecelakaan hingga siapa Juan yang dari dulu selalu di bicarakan oleh teman-teman nya.
Dia Jingga, gadis itu masih sama seperti dulu. Ia masih suka dengan boneka panda dan juga gaya rambut yang tak pernah ia ubah.
Sengaja, Jingga tak mau merubahnya. Katanya jika Juan kembali, cowok itu tak lupa dengannya.
Namun sudah lebih dari satu tahun, bahkan Minggu depan adalah tepat dua tahun Juan pergi.
Jingga masih setia, ia masih menunggu Juan kembali. Meski cowok bandel itu tak pernah menghubungi Jingga begitupun sebaliknya. Namun, Jingga percaya jika suatu hari nanti ia akan bertemu dengan Juan walau hanya beberapa menit sekalipun.
"Alvaro ngapain masih disini? Hujannya udah reda, katanya mau pulang kalo udah reda?" Ucap Jingga.
Alvaro menatapnya "Masa calon pacar sendiri ditinggal?"
"Calon pacar apaan sih! Jingga gak mau jadi pacarnya Alvaro ya!" Sebal Jingga, karena sudah beberapa bulan belakangan Alvaro terus memanggil nya dengan sebutan itu.
Tentu saja tanpa sepertujuan Jingga, banyak teman-teman Jingga yang menggodanya akan hal itu. Bahkan Jingga sudah dikenal oleh siswa-siswi saentero sekolah. Tak terkecuali para guru.
Alvaro tersenyum "Lo dijemput lagi?"
"Iya!" Sahut Jingga judes.
"Gak usah judes-judes kali"
"Gak usah colek-colek. Kayak om-om tau gak!" Kesal Jingga karena Alvaro menoel pipinya.
Jingga bangkit dari duduknya, gadis itu belum berniat untuk melangkah.
Sebuah mobil berkecepatan diatas rata-rata melaju melewati nya dan menimbulkan cipratan air yang menggenang di jalanan.
Alvaro langsung melompat berdiri "Anjing Lo! Kalo gak bisa naik mobil gak usah punya mobil!" Jerit Alvaro.
Gadis itu mengelap seragamnya yang kotor "Alvaro apa-apaan sih! Gak usah ngomong kasar juga kali!" Kesal Jingga sebari Kembali duduk.
Alvaro ikut duduk di samping Jingga seperti semula "Lah kapan gue ngomong kasar"
"Itu, Anjing kan kasar" ucap Jingga.
"Kata siapa?"
"Ck, tadi Jingga baru ngomong!"
"Lah terus kalo gue bilang kucing, kasar juga gak?"
"Ya enggak, tapikan kenapa harus anjing kalau mau ngatain hal-hal yang buruk? Kenapa gak kelinci atau rusa gitu! Kan kasihan anjing jadinya selalu disangkut pautin sama hal-hal yang buruk"
Alvaro terkekeh "Lo lucu, Lo orang pertama yang tanya hal-hal yang gak penting kayak gitu tau gak"
"Ya udah kalo gak mau jawab gak usah ngatain Jingga juga!"
"Oke, nih gue jelasin. Kenapa anjing selalu disebut dalam hal buruk. Karena dia terlalu banyak bersuara makanannya banyak yang nyepelein dan dibuat mianan. Kenapa gak yang lainnya? Ya jelas, kalo gue bilang kupu-kupu kan kepanjangan, gak cocok pula" ucap Alvaro.
Gadis berkuncir kuda itu berdecak "Penjelasannya gak bermutu banget tau gak! Oh iya, liburan mau kemana?"
"Gue kerja lah kayak biasanya" sahut Alvaro tanpa ragu.
Oh iya, Alvaro memang dari keluarga kalangan tengah. Ia hanya punya seorang ibu dan seorang adik perempuan yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Ayahnya sudah bercerai dengan ibunya sejak Alvaro masih SMP. Alvaro tak masalah, ayahnya itu masih bertanggung jawab dengan kelangsungan hidupnya dan adiknya.
Setiap bulan, ia selalu mengirimi uang dan kebutuhan yang Alvaro butuhkan meski Ayah nya kini tak ber tempat tinggal di Indonesia.
Alvaro juga bekerja paruh waktu disebuah cafe sebagai office boy, gajinya lumayan bisa ditabung untuk tunjangan masa depan. Setidaknya, masa depannya harus cerah tak seperti masa lalunya yang suram.
Alvaro duduk di samping gadis berkuncir kuda itu "Gue mau nanya, tapi jawab jujur"
"Kapan Jingga gak jujur?" Ucap Jingga sebari mengayunkan kakinya layaknya anak kecil dan menggembungkan pipinya bosan.
"Kalo didekat gue Lo deg-degan gak?"
"Enggak, emang kenapa?" Sahut Jingga cepat.
Alvaro tersenyum tipis "Kok gue deg-degan ya kalo didekat Lo?, Rasanya tuh panas dingin"
Sontak, Jingga memalingkan wajahnya menghadap Alvaro "Alvaro sakit? Ke rumah sakit yuk!"
Terkekeh, itu yang dilakukan Alvaro setelah mendengar jawaban dari Jingga. Gadis berambut hitam dengan ciri khas lesung pipinya itu memang beda dari gadis pada umumnya.
Bahkan gadis itu tak pernah sekalipun berfikir buruk kepada orang lain, meskipun orang itu pernah menyakiti diri nya.
Lagipula, untuk apa memandang buruk orang?, Mereka yang membenci kita bukan kita yang membencinya. Jadi biarkan mereka menilai kita buruk, itu hak mereka. Apapun yang bermasalah dengannya akan selalu terlihat buruk. Itu kodratnya.
Tinggal kitanya saja, memilih melihat dari sudut pandang yang mana. Bisa jadi sudut pandang yang kita lihat itu buruk atau sebaliknya. Balik lagi, semuanya memang dari diri kita sendiri.
"Dokter gak bakalan bisa sembuhin penyakit gue. Lo lucu, gue tambah suka"
"Parah banget ya?"
Alvaro mengacak rambut Jingga pelan "punya otak digunain buat cerna situasi bukan cuma buat pelajaran doang" kekeh Alvaro.
"Kegunaan otak kan emang untuk mikir, kalo mau memahami situasi bisa pake hati. Itu jauh lebih baik. Jadi jangan ngomong kayak gitu, harusnya Alvaro yang mikir, jangan cuma gunain otaknya tapi gunain juga hatinya" ucap Jingga dengan nada sebal sebari menepis tangan Alvaro yang mengacak rambutnya.
***
Jingga tak henti-hentinya berdecak sebal. Tadi ia harus pulang sangat terlambat, itu karena Rasya tiba-tiba ada praktek jadi mau tidak mau Jingga harus menunggu cukup lama.
Untung dia tak sendirian, tadi Alvaro benar-benar menemaninya hingga mobil milik Rasya tiba dan membawa Jingga pulang.
"Udah dong ngambeknya, Abang minta maaf deh" ucap Rasya menarik-narik rambut adiknya yang tengah duduk disampingnya sebari memeluk boneka panda.
"Ck, apaan sih bang! Sakit tauk!" Kesal Jingga menepis tangan Rasya.
"Ya udah deh, mau apa? Nanti abang turutin"
Jingga tersenyum lebar lalu menghadapkan tubuhnya kearah Rasya yang duduk di sebelah kanannya "Janji?"
"Iya, Jingga mau apa? Abang turutin"
"Pergi ke pantai, besok kan hari Sabtu. Soal nya dari Jingga tidur lama sampe sekarang Jingga gak pergi ke pantai"
Rasya tersenyum "Sama Ari mau? Abang besok masih ada praktek di rumah sakit"
Jingga menyilangkan tangannya di depan dadanya "Ari pelit! Kalo Jingga pengen beli sesuatu pasti ngomel dulu"
"Nanti Abang kasih kartu kredit ke Ari, terserah deh mau beli apa aja"
"Beneran? Gak bohong?"
"Iya"
"Makasih Abang" seru Jingga sebari memeluk kakak laki-lakinya itu. Rasya membalas pelukan Jingga sebari tersenyum.
***
Gimana part ini?
Maaf kalo pendek.
Vottement dong...biar aku tambah seneng. Soal nya bikin anak orang seneng itu dapet pahala tau..Aamiin
See you next part
Slaman
sellaselly12