Bab 6

1367 Kata
 Bab 6  Jika aku sudah tau kamu tak akan kembali, maka seharusnya aku tidak akan meminta mu untuk pergi ***** Sabtu pagi, Jingga benar-benar akan pergi ke pantai bersama Ari. Katanya sih Ari tak ada kelas jadi ia bisa menemani Jingga seharian sekalipun. Cowok itu tengah duduk di sofa rumah Jingga sembari memainkan ponselnya, ia menunggu tuan rumah yang tengah mandi. Rasya sudah berangkat pagi-pagi sekali tadi setelah sholat subuh ia langsung berangkat. "Maaf ya Ari, Jingga lama" ucap Jingga sebari berjalan kearah Ari. Gadis itu tampak sederhana, ia tak memakai make up yang berlebihan. Gadis itu hanya memakai lipblam yang sangat cocok dengan wajahnya yang memang sudah putih. Bahkan gadis itu hanya memakai kemeja putih yang ia padukan dengan auther cream. Rambut hitamnya ia biarkan terurai. Gadis itu mengenakan snikers putih dengan kaus kaki berwarna senada, ia juga membawa tas selempang berwarna cream. Terlihat sangat imut. "Langsung berangkat?" Tanya Ari bangkit dari duduknya. "Iya" "Naik mobil atau motor?" "Mobil aja, Jingga pake dress gini" "Ya udah, Lo gak pake topi?" "Gak ah, kan gak panas" "Sekarang emang gak panas, nanti siang pasti panas" "Tapi Jingga gak mau pake topi" "Ya udah, ayo berangkat. Biar gak kesiangan" Jingga mengangguk lalu berjalan mengekor dibelakang Ari menuju mobil milik cowok itu. Jingga duduk di samping Ari yang memegang kemudi, gadis itu juga tak lupa memasang sabuk pengaman lalu menaruh tas selempang nya di jok belakang. Tersenyum puas karena keinginannya akan tercapai. "Jangan ngerepotin gue!" Ucap Ari sebari fokus menyetir. Jingga memajukan beberapa centimeter bibirnya sebal "Ih, siapa juga yang mau ngerepotin?! Jingga kan udah gede" "Lo masih SMA, itu artinya belum gede" "Tau ah, sebel pasti ujung-ujungnya kesitu, udah ketebak!" Kesal Jingga. "Ceilah, gayalo sebel. Gue turunin di sini, paling biasanya nangis" "Gak usah ngancem-ngancem ya! Jingga gak suka!" Ari tak menjawab, ia memilih diam dan mengalah. Sedangkan gadis itu tengah memandangi jalanan dari balik kaca mobil disampingnya. "Kalo Jingga pengen nyusul Juan boleh?" "Boleh, kalo ada yang nemenin" "Ari mau gak nemenin Jingga?, Lagipula Jingga kan gak bisa bahasa Inggris" "Pake translater kan bisa" "Beneran boleh? Kalo boleh, Jingga mau cari translater terus langsung nyusul Juan. Lagian Jingga juga udah punya pasport kan?" "Emangnya sewa translater gak mahal" Jingga menghembuskan nafasnya panjang "mahal lah,, makan nya biar irit uang, Ari mau gak nemenin Jingga?" "Kapan?" "Besok!" Ari menginjak pedal rem secara spontan membuat tubuhnya dan tubuh gadis mungil di samping nya itu sedikit terhuyung kedepan. Untung dibelakang tak ada mobil yang tengah melaju. "Ari kenapa?" "Gak papa" ucap Ari sebari kembali menjalankan mobilnya. "Lo udah liburan?" "Belum sih, liburan mulai Minggu depan. Tapi Minggu ini juga gak ada pelajaran, kan baru selesai tes" "Gue pikirin" Jingga tersenyum bahagia, lalu kembali memandangi pemandangan yang kini sudah mulai terlihat hutan bakau dan hamparan pasir. Jingga yakin bahwa sebentar lagi dirinya akan melihat laut yang indah. Benar saja, tak ada sepuluh menit. Mobil yang ia tumpangi telah sampai ditempat yang di inginkan gadis itu. Gadis itu tersenyum lebar sebari langsung berlari keluar mobil tak memikirkan nasib tas yang ia bawa dari rumah. "Dasar pelupa" kekeh Ari lalu mengambil tas selempang milik sahabatnya itu. Berjalan mengikuti Jingga yang sudah berjongkok didepan ombak yang berlarian. Gadis itu terlihat sangat bahagia. Ari berdiri tak jauh dari Jingga. Sudah beberapa gambar ia ambil dari mulai Jingga yang berlari, jongkok hingga tersenyum bahagi sebari bermain air. "Jingga" panggil Ari dengan nada yang ia buat tinggi. Gadis itu menengokan wajahnya "Kenapa?" "Sini, gue pengen punya foto Lo" ucap Ari. Jingga berlari kecil "Wahhh,,, benaran? Ya udah cepat fotoin Jingga" ucap Jingga menegang tangan Ari. Ari tersenyum puas dengan hasil jepretannya, meski terlihat candid, namun Jingga terlihat sangat bahagia dengan senyuman lebar yang tengah memegang tangannya. Gadis berambut hitam sepinggang itu berlari lagi menemui ombak. Ari tersenyum tipis. Sampai kapan ia akan bersama-sama seperti ini?. Cowok itu tak memperdulikan beberapa pasang mata yang memandanginya dengan tatapan aneh atau percakapan mereka yang membicarakan dirinya terdengar karena terbawa angin laut. Manusia memang begitu, mereka cenderung menceritakan apapun yang sekiranya benar menurut mereka. Padahal, hal itu belum pasti bahwa itu memang kebenaran nya. Manusia juga tak mau memikirkan akibat yang mereka timbulkan nantinya. Yang mereka pikirkan adalah kesenangan mereka saat itu. Itulah salah satu sifat manusia, suka gosip tapi tak mau di gosipin. Kadang bingung sendiri. **** Dilain tempat, Terlihat seorang cowok dengan wajah tampan, tinggi badan yang bisa dikatakan tinggi. Hidung mancung, alis tebal dan rambut hitam itu tengah memasukkan beberapa pasang pakaiannya kedalam tas selempang hitam yang berukuran sedang. Dia Juan, cowok yang memiliki mata elang itu tersenyum tipis sebari melihat bingkai foto yang ia pegang. Disana, ada foto dirinya bersama kekasihnya-Jingga. "Gue balik, semoga lo masih nunggu gue balik" ucapnya lirih lalu memasukkan bingkai foto itu kedalam tas miliknya. Suara ketukan pintu membuat nya menghentikan sejenak kegiatannya untuk membuka pintu "Maaf menganggu, anda akan berangkat kapan?" Tanya Seorang wanita dengan wajah putih, rambut pirang dan terlihat sangat rapih dengan baju hitam putih khas pelayan. Oh iya, selama di Inggris. Juan tinggal di apartemen yang disewa ayahnya. Memang tak terlalu besar namun sangat nyaman. Letaknya ada di lantai 26. Dari dalam kamar nya itu ia dapat melihat pemandangan yang sangat menakjubkan. "Nanti malam" ucap Juan tanpa basa-basi dengan nada dinginnya. "Oh, baiklah. Kalau begitu, besok kami akan membuang barang-barang yang tidak anda bawa" "Hem" ucapnya lalu langsung menutup pintu kembali. *** "Jingga, lo gak bosen main pasir mulu kayak anak kecil?!" Jerit Ari yang berdiri tak jauh dari Jingga berada. "Enggak!" ucap gadis yang kini sudah memakai sebuah topi milik cowok yang tengah duduk di gazebo tak jauh dari Jingga Gadis itu sangat betah bermain di pantai, tadi ia sempat makan siang lalu kembali bermain pasir di tepi pantai. Menurut Jingga cuaca hari ini sangatlah bersahabat. Tak terlalu panas juga tidak mendung. Angin bertiup meniup rambut panjangnya. Tadi Jingga juga sempat bermain dengan anak-anak kecil. Namun anak-anak kecil yang tadi sudah pulang, mungkin karena sudah sore. Ari berjalan mendekat kearah gadis yang tengah asyik bermain pasir di tepian. Tak lupa, cowok itu juga membawa gitarnya. Jingga tersenyum manis kearah Ari setelah menyadari bahwa Ari berjalan mendekatinya. Cowok itu duduk di samping gadis berambut hitam yang kini tengah menghadap ke lautan lepas. "Nyanyi dong, biar gak bosen" ucap Jingga dengan tangan yang sibuk bermian pasir. "Duduk dulu, sini!" Sahut Ari, sebari menepuk-nepuk tempat di sampingnya bermaksud meminta agar gadis itu duduk dengan benar. Jingga menurut "Mau nyayi apa?" "Lo mau nya apa?" "Jingga gak tau. Gimana kalau, lagu yang di pikiran Ari sekarang." "Oke" Ari mulai memetik gitarnya, Jingga meluruskan kakinya, sekarang akhirnya ia bisa meluruskan kakinya setelah bertahun-tahun ia ingin sekali meluruskan kakinya. Fiersa Basari - Garis Terdepan Bilur makin terhampar, Jingga memejamkan matanya sejenak, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya sebari mendengarkan alunan lagu yang di nyanyikan Ari. Tak lama, hanya beberapa detik, Jingga kembali membuka matanya kembali. Dalam rangkuman asa, Kalimat hilang makna, Logika tak berdaya, Ditepian nestapa, Hasrat terbuka sunyi, Entah aku bernacu, entah kau tidak peka. Ku mendambakanmu mendambakan ku. Bila kau butuh telinga tuk mendengar, Bahu tuk bersandar, Raga tuk berlindung, Pasti kau temukan aku di garis terdepan, Bertepuk dengan sebelah tangan. Ari melirik kearah gadis di sampingnya yang kini sibuk melihat langit, tanpa sadar. Seutas senyum tipis terukir dibibir cowok itu . Tentu saja, tangannya tak henti memetik gitarnya. Kau membuatku yakin, malaikat tak selalu bersyap. Biarsaja menanti, tanpa batas tanpa balas. Tetap menjamak cahaya di angkasa yang sulit tangkapi yang suka terkapar. Ku mendambakanmu mendambakan ku. Bila kau butuh telinga tuk mendengar, Bahu tuk bersandar, Raga tuk berlindung, Akulah orang yang selalu ada untukmu Meski hanya sebatas teman, Kuyakinkan kau temukan aku di garis tedepan, Bertepuk sebelah tanga... Jingga bertepuk tangan riang setelah Ari menyelesaikan lagunya. Ari bangkit "Ari mau kemana?" "Pulang, udah sore. Nanti dimarahin bang Rasya kalo pulangnya malem" Gadis itu ikut bangkit lalu menepuk-nepuk roknya karena banyak pasir yang menempel. "Ya udah, lagian Jingga juga udah capek" ucapnya. Ari tersenyum tipis, ia berjalan dibelakang gadis itu sebari membawa gitarnya. Untung saja suasana pantai sudah sepi jadi tadi tak terlalu banyak yang melihat dan mendengar nya menyanyi. ****** Gimana nih? Kasih vottment kalian dong... Comment yang banyak biar aku semangat nulis nya.. Btw Juan udah ada tuh..wkwkwk Salman sellasellly12
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN