Runa duduk dengan gelisah, di hadapannya ada dua orang pria tampan, dan gagah. Tidak ada yang terlihat feminim di antara keduanya. Jadi Runa tidak bisa menilai siapa yang berperan sebagai istri di antara mereka. Begitulah mungkin tampilan gay masa kini pikirnya.
'Ataukah jaman sekarang, tidak ada lagi istilah suami istri bagi mereka.'
Tubuh gagah, dan perkasa, wajah tampan mempesona,tapi sayangnya tidak suka dengan wanita.
"Bagaimana Tuan Davis, Tuan Evans, apa kalian tertarik dengan dia?" Jerry Wilson, supir pribadi Tuan Davis adalah tetangga Runa, dialah yang membawa Runa ke hadapan dua pria itu.
"Hmmm, dia harus menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan dulu. Kalau dinyatakan sehat, baru kami membayarnya. Bagaimana Nona ... " Tuan Evans menggantung ucapannya, seakan bertanya siapa nama Runa.
"Nona Runa Zeta," sahut Jerry.
"Ya, bagaimana Nona?" Tuan Evans kembali bertanya.
Runa hanya menganggukan kepala, ia sudah pasrah saja. Asal ia bisa mendapatkan uang untuk pengobatan adiknya. Tidak terpikir bagaimana nanti kalau ia hamil, apa yang harus ia katakan pada adiknya.
"Baiklah, aku pikir lebih cepat, lebih baik. Aku akan membuat janji dengan dokter dulu, setelah itu aku akan menghubungimu, lewat Jerry."
Runa kembali menganggukan kepala, ia berharap bisa mendapatkan hasil bagus untuk pemeriksaan kesehatannya.
Jerry mengantar Runa kembali ke rumah sakit.
"Kau sudah yakin ingin melakukan inikan, Runa?" Jerry menatap Runa, ada keraguan di dalam dirinya, ia takut, Runa akan menyesal nantinya.
"Aku tidak punya pilihan, Jerry." Kepala Runa menggeleng pelan. Air mata jatuh di pipi Runa.
"Semoga ini bisa berhasil, aku harus kembali bekerja. Salam untuk adikmu ya," Jerry, pria tiga puluh tiga tahun itu menepuk lembut bahu Runa.
"Terimakasih Jerry."
Seulas senyum diberikan Runa untuk Jerry. Runa menatap punggung Jerry yang meninggalkannya.
***
Runa harus meninggalkan adiknya untuk sementara waktu. Karena harus menjalani beberapa tahapan untuk proses bayi tabung. Ia meminta ijin pergi pada adiknya, dengan alasan mendapat pekerjaan di luar kota.
Untuk sementara, Mommy Jerry bersedia menemani Reina, adiknya.
Runa berharap, ia bisa lolos untuk mengikuti program bayi tabung. Agar bisa mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit adiknya.
Alan Davis, dan Chad Evans yang langsung mengantarkannya, untuk menjalani pemeriksaan bersama dokter Ellard Smith.
Tahapan, demi tahapan pemeriksaan dilakukan. Sampai akhirnya, dokter Ellard menyatakan Runa sehat, dan bisa menjalani program bayi tabung.
Alan yang akan mengikuti program bayi tabung bersama Runa. Semua tahapan dalam proses bayi tabung sudah selesai di lakukan, surat perjanjian juga sudah ditanda tangani. Runa sudah diijinkan menengok adiknya di rumah sakit. Runa merasa lega, karena pada akhirnya, ia bisa tenang, karena biaya pengobatan adiknya bisa teratasi.
***
Runa melangkah memasuki rumah sakit. Ia tiba di ruang perawatan adiknya.
"Runa, cepatlah masuk," pinta Mommy Jerry saat melihat Runa membuka pintu. Runa masuk, dan mendekati ranjang.
"Reina." Runa menatap wajah pucat adiknya
"Aku merindukanmu, Kak. Kakak tak perlu bekerja terlalu keras, aku tidak ingin kakak sakit."
"Reina ...." Runa menggenggam jemari adiknya. Wajah gadis berusia tujuh belas tahun itu basah oleh air mata.
"Maafkan aku, karena hanya bisa menyusahkan Kakak saja." Reina terisak pelan, hatinya sedih. Meski ia tak tahu apa pekerjaan kakaknya, namun Reina yakin, kakaknya pasti bekerja dengan sangat keras, untuk biaya pengobatannya.
"Jangan bicara begitu, Reina. Kamu adikku satu-satunya. Kita hanya tinggal berdua, kita harus saling menguatkan."
Runa mengusap lembut kepala adiknya. Baginya, Reina adalah hal paling berharga di dalam hidupnya.
"Tapi, aku sudah menyusahkan Kakak dengan penyakitku ini. Kenapa Tuhan tidak langsung mengambil nyawaku saja, agar aku tidak harus menyusahkan Kakak."
Air mata Reina semakin deras mengalir.
"Ya Tuhan, Rei. Jangan bicara seperti itu. Aku sangat menyayangimu. Aku akan terus berusaha memberikan yang terbaik untukmu."
Runa menghapus air mata adiknya.
"Terima kasih, Kak."
Reina mengecup jemari Runa.
"Akan ada waktunya, aku tidak bisa menengokmu sesering biasanya. Karena aku tidak diijinkan Bosku untuk sering pulang. Aunty Jacklyn yang akan membantu menjagamu. Kamu harus menurut dengan Aunty ya."
Runa terpaksa mencari alasan yang masuk akal, karena tidak mungkin, ia jujur pada Reina. Kalau dirinya sudah menyewakan rahimnya, demi mendapatkan biaya bagi pengobatan Reina.
"Iya, Kak. Aunty Jack, terima kasih mau menemani aku di sini." Reina menatap Jacklyn.
"Kalian sudah seperti putriku sendiri. Kalian tahukan, aku hanya hidup berdua dengan Jerry, setelah istri Jerry meninggal bersama bayi di dalam rahimnya. Jerry juga jarang pulang, karena dia tinggal di rumah bossnya."
"Terima kasih Aunty Jack." Kedua orang gadis itu menatap Jacklyn dengan rasa terima kasih. Jackly meraih telapak tangan Runa, dan Reina.
"Orang tua kalian sudah seperti adikku. Banyak sekali aku berhutang pada mereka. Mereka orang baik, karena itu Tuhan lebih menyayangi mereka, sehingga cepat memanggil kembali ke sisiNya. Kalian jangan pernah sungkan padaku. Anggap aku Mommy kalian sendiri."
"Terima kasih, Aunty."
****
Sementara menjalani kehamilannya. Runa tinggal di apartemen milik Chad Evans. Tentu saja Alan sering datang ke sana. Runa berusaha untuk tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan di dalam kamar Chad.
Meski tinggal di apartemen Chad. Tapi mereka sangat jarang bertemu. Chad pergi sebelum Runa bangun, dan datang setelah Runa masuk ke dalam kamarnya.
Tapi, Runa tahu kalau Chad kerap pulang bersama Alan.
Seperti malam ini. Runa lebih memilih mengurung diri di dalam kamar. Ia mendengar suara pertengkaran Chad, dan Alan di ruang tengah.
"Jadi kau ingin menuruti kemauan orang tuamu? Kau ingin menikah, dan meninggalkan aku!?"
"Tentu saja tidak seperti itu. Aku tidak ingin menerima wanita yang mereka sodorkan. Aku tidak ingin hidupku disetir wanita, Chad."
"Lalu?"
"Aku rasa, aku bisa membawa Runa ke hadapan keluargaku. Memperkenalkan dia sebagai kekasih yang sedang mengandung anakku. Ini hanya untuk menutupi hubungan kita. Aku lelah terus-terusan di desak untuk segera menikah, Chad. Aku harap kau mau memahami maksudku."
"Apa yang akan kau katakan tentang Runa pada keluargamu? Bagaimana mungkin mereka bisa menerima Runa?"
"Tentu saja aku harus mengarang cerita, yang membuat mereka tidak akan bisa menelusuri asal usul Runa. Akan aku katakan, kalau Runa adalah gadis yatim piatu yang tak sengaja bertemu denganku."
"Alan, keluargamu tidak akan bisa menerima Runa!"
"Mereka harus mau menerima Runa, karena Runa hamil anakku. Yang akan menjadi anak kita berdua."
"Apa kamu akan menikahi Runa, lalu melupakan aku?" Tatapan Chad tajam menghujam pada Alan.
"Itu hanya sebuah pernikahan sandiwara, Chad. Karena aku hanya milikmu."
"Jangan ingkari janji kita, Alan."
"Tidak akan, Chad."
BERSAMBUNG