Bab 75

1219 Kata
Harmoni dan Dewa saat ini duduk di sebuah kursi dengan arah mata yang sama-sama melihat ke arah padang ilalang dengan tangkai yang mulai mengayun terkena hembusan angin. "Tempat apa ini?" tanya Harmoni pada Dewa. "Ini tempat di mana aku biasanya mentahbiskan waktu sendiri saat banyak masalah yang aku pikirkan," jelas Dewa menjawab pertanyaan yang Harmoni ajukan padanya. Gadis berambut panjang dengan riasan natural itu menoleh ke arah Dewa. Sorot mata Harmoni menandakan, seakan ia penasaran dengan pria yang berada di hadapannya ini. "Apa orang sepertimu juga memiliki masalah?" tanya Harmoni pada Dewa. "Tentu saja! kau pikir orang sepertimu saja yang memiliki masalah?" tanya balik Dewa pada Harmoni. "Masalah apa yang membuatmu sampai memiliki tempat pribadi seperti ini?" tanya Harmoni pada Dewa. "Apa kau sungguh ingin tahu?" tanya Dewa dengan sorot mata yang berubah menjadi lebih serius lagi. "Tentu saja! bukankah hubungan kita sudah lebih dari teman biasa? meskipun hanya sebatas sandi ...." "Kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih, jangan tambahkan embel-embel kata itu," sambung Dewa sengaja menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Harmoni. Pria itu menyampirkan helaian rambut Harmoni yang tak sengaja tertiup angin, sehingga menutupi bagian wajahnya, meskipun hanya sehelai saja, menurut Dewa hal itu pasti merasa tak nyaman pada gadis yang saat ini sudah menjadi teman kekasihnya. "Kelak, jika aku tak bisa melakukan hal ini padamu, kau harus selalu mengikat rambutmu, agar kau tak merasa risih seperti ini," jelas Dewa dengan tangan yang masih sibuk membenahi helaian rambut Harmoni. Gadis itu masih diam tak merespon ucapan Dewa karena yang ada dalam benaknya saat ini adalah kecemasan yang berlebihan pada pria itu. "Apa dia akan segera pergi dari bumi?" tanya Harmoni dalam diamnya. "Jason sebenarnya pria yang baik," celetuk Dewa yang membuat kesadaran Harmoni seketika kembali normal. "Apa kau bilang? Jason?" tanya Harmoni memastikan. "Ya, dia pria yang baik dan pastinya cocok untuk gadis yang baik pula," jelas Dewa pada gadisnya. Kening Harmoni mengkerut sempurna kala ucapan Dewa yang cukup mengganjal di pikirannya. "Kenapa dia berkata seperti itu? apa dia benar-benar ingin aku bersama dengan Jason?" tanya Harmoni dalam diamnya. "Bagaimana jika aku jatuh cinta padanya?" tanya Harmoni yang ingin tahu reaksi Dewa. Pria itu diam sejenak, sebelum akhirnya senyuman tampan terukir pada bibirnya. Dewa menyentuh pipi Harmoni dengan sangat lembut. "Jika kau memang mencintainya, kenapa tidak? bukankah suatu saat kita akan berada dalam jodoh masing- mas ...." Harmoni menutup mulut Dewa, gadis itu tak ingin mendengar akan sebuah perpisahan yang nantinya akan membuat hatinya terasa nyeri. "Jangan lanjutkan dan jangan bahas hal itu, aku hanya ingin kita menikmati kebersamaan kita, meskipun aku tahu hubungan ini hanya sebuah sandiwara tanpa ada cinta diantara kita berdua, tapi setidaknya, aku tak ingin membuat hubungan ini terkesan tak ada makna kebaikan yang tersisa saat aku dan dirimu sudah tak bersama lagi jadi, berhentilah membicarakan hal yang berhubungan dengan perpisahan," kicau Harmoni menyentuh punggung tangan Dewa. Deg deg deg Jantung Dewa sudah tak dapat berdenyut denyut semestinya, membuat perasaan pria itu saat ini ingin sekali membawa Harmoni ke planetnya, menjadikan gadis itu teman hidupnya karena Dewa sudah sangat sadar dengan apa yang ia rasakan saat ini. Detak jantung yang tak karuan ritmenya, perasaan hangat, dan perasaan ingin selalu berada dekat dengan Harmoni, bukan keterikatan antara kristal miliknya yang berada pada gadis itu, melainkan, sebuah perasaan yang memang benar-benar murni datang dari dalam hatinya. Dewa tersenyum pada Harmoni. "Aku tak akan membahas hal itu lagi," ujar Dewa mengabulkan permintaan Harmoni. Saat suasana haru terjadi, tiba-tiba ada suara dari balik gerombolan ilalang dengan tangkai yang masih bergoyang karena terpaan angin. Harmoni dan Dewa langsung melihat ke arah sekeliling daerah itu, tak ada apapun di sana. Dewa yang merasakan adanya keberadaan orang lain di sana, langsung berdiri membentengi Harmoni yang sudah berada tepat di belakangnya. "Keluarlah! jangan hanya bisa menjadi seorang pecundang!" teriak Dewa membuat Harmoni berdiri dari posisi duduknya. Gadis itu bersembunyi di balik tubuh Dewa yang tingginya tak sebanding dengannya. "Apa ada orang lain di sini?" tanya Harmoni pada Dewa. "Kau tenang saja! ada aku dan kau akan selamat," jelas Dewa dengan mata yang masih fokus menatap sekeliling tempat itu. Tepat dari arah tengah padang ilalang itu, tangakai ilalang tersebut bergoyang-goyang seperti ada seseorang yang melewati gerombolannya tanaman tersebut. Dewa yang sadar akan hal tersebut, langsung siaga dan membenarkan posisinya menjadi super siaga. Harmoni sadar akan perubahan yang terjadi pada Dewa dan jantung gadis itu mulai berdetak lebih kencang lagi kala ia merasakan ada hal yang tak baik mendekat ke arah mereka. Semakin lama, ilalang itu semakin bergerak lebih cepat dan lebih dekat dengan jarak Dewa dan Harmoni. Saat Dewa sudah siap dengan beberapa pukulan dan kekuatannya, tiba-tiba tangan Dewa terhenti untuk menyerang orang yang akan Dewa pastikan keluar dari padang ilalang itu. "Hai, Pangeran" sapa pria bermata biru seperti Dewa yang tak lain adalah Damian, sepupu Dewa anak dari Dalgon. Dewa semakin memundurkan tubuhnya, agar ia dapat berada lebih dekat dengan Harmoni. "Mau apa kau kemari?" tanya Dewa pura-pura tenang dihadapan Damian, padahal hati pria itu merasa tak tenang saat ini karena keberadaan Harmoni yang menurutnya tak aman bila gadis itu berada di tempat tersebut. "Jangan seperti itu, Pangeran! apa Anda tidak mau memperkenalkan, calon kakak ipar kepadaku?" tanya Damian yang tahu akan keberadaan Harmoni dibelakang tubuh Dewa. "Untuk apa aku harus memberitahu dirimu? hal ini tak ada hubungannya denganmu," ujar Dewa pada Damian. Senyum simpul yang terukir dari bibir Damian mengisyaratkan, jika pria itu memiliki tipu muslihat kali ini. "Sebenarnya aku sudah tahu siapa dia dan tanpa kau beritahu pun, aku sudah tak berminat mendengarnya darimu," jelas Damian langsung memperlihatkan watak aslinya pada Harmoni. Harmoni masih diam berada di belakang tubuh Dewa namun, rasa penasaran gadis itu sudah sampai ubun-ubun karena ia ingin tahu, sebenarnya apa yang terjadi saat ini dan siapa pria yang berbicara dengan Dewa. Damian melangkahkan kakinya satu langkah lebih dekat dengan Dewa dan lagi-lagi senyum penuh tipu muslihatnya ia haturkan pada pangeran planet Amoora yang tak lain, kakak sepupunya sendiri. "Karena mau tak mau memperkenalkan aku, aku akan memperkenalkan diriku sendiri pada calon istrimu." Damian menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan. "Baiklah! perkenalkan, saya Damian Abraham, putra dari Dalgon Abraham, sekaligus sepupu dari Dewa Abraham," tutur Damian cukup melantangkan suaranya di hadapan Dewa, agar Harmoni mendengar semua ucapannya kali ini. "Hentikan, Damian! apa kau sudah tak waras!" teriak Dewa membuat Damian menundukkan kepalanya tersenyum meledek. "Apa kau malu memiliki saudara seperti diriku?" tanya Damian pada Dewa. "Aku tak pernah berpikir seperti itu dan jangan bahas masalah keluarga kita di hadapan orang lain yang tak tahu menahu mengenai kerenggangan hubungan keluarga ini," tutur Dewa memperingati Damian. "Aku senang, jika kau masih menganggap aku saudaramu, tapi aku tak suka, jika semua penghuni planetmu menghujat ayahku!" teriak Damian yang langsung mengeluarkan sebuah api dari telapak tangannya dan mengarahkan api tersebut pada Dewa. Beruntungnya Dewa cepat tanggap, api itu bisa ia halau namun, Harmoni saat ini sudah terekspos karena api yang diarahkan oleh Damian sengaja di belokkan oleh pria itu ke arah lain, sehingga Dewa mau tak mau harus bergeser dan memperlihatkan Harmoni yang saat ini sudah dapat dilihat dengan jelas oleh Damian. "Wow! kau memang sangat cantik dan manis, Kakak ipar! seharusnya aku yang bertemu denganmu lebih dulu karena aku tak mungkin menyia-nyiakan gadis cantik seperti dirimu ini," sindir Damian pada Dewa karena Dewa sebentar lagi akan melewati tahap di mana ia akan kembali ke planetnya dan meninggalkan Harmoni.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN