5. Lamaran Mendadak

1314 Kata
Sejak hari dimana Aby mengirimkan pesan ke Asa pada saat sepulang ia diantarkan Fahri. Aby pun kerap kali mengirimkan pesan-pesan yang menurut Asa tidak penting yang dijawabnya meskipun dengan singkat. Dan jangan lupakan sikap Aby yang seperti ingin dekat dengannya membuat Asa risih, contohnya waktu mereka mengadakan les privat di caffe waktu itu Aby sepertinya tak mendengarkan penjelasan Asa malahan laki-laki itu memandangi Asa dengan tatapan berbinar-binar yang semakin membuat Asa risih. Kelakuan Aby yang semakin berani dengannya seperti mencari kesempatan dalam kesempitan ketika mengajak Asa pulang bersama alasannya ada materi yang belum ia mengerti membuat Asa semakin jengah dengan adik tingkatnya itu. Ingin sekali Asa mencakar wajah Aby yang ketika meminta pulang bersamanya memasang wajah sok polosnya itu tetapi Asa masih terus bersabar saja menghadapi Aby yang membuatnya risih itu. Ia tidak mau nantinya ada artikel tentang 'seorang mahasiswi mencakar wajah adik tingkatnya hingga membuatnya luka-luka karena kelewat gemas' kan gak banget kalau sampai ada artikel seperti itu. Tetapi hari ini Asa sangat heran karena tak melihat batang hidung Aby sama sekali 'kemana anak itu?' pikirnya. Karena biasanya Aby selalu merecokinya setiap hari entah itu berangkat ataupun pulang kuliah. Bukannya Asa merasa kehilangan dengan tak munculnya Aby disekitarnya ia sangat senang sungguh, tetapi heran juga laki-laki itu tiba-tiba saja menghilang mendadak bahkan ia sama sekali tidak mengirimkan Asa pesan seperti biasanya. "Hayo ngelamunin apa?" Asa tersentak kaget ketika Iza, Aya dan Fara muncul dihadapannya dengan tiba-tiba. "Astaghfirullah, kalian ini ngagetin aja Untung gue gak ada riwayat penyakit jantung," kesal Asa. "Ya habisnya lo dari tadi ngelamun mana tau kedatangan kita, ngelamunin apa sih?" Fara duduk disamping Asa diikuti Iza dan Aya. "Gak ngelamunin apa-apa kok, gue cuma bingung aja tumben anak kepedean itu gak ngerecokin gue lagi." Ketiga teman Asa memicing kearahnya membuat Asa memandang mereka aneh. "Apa?" tanyanya. "Cieee yang kangen sama si berondong." Kompak mereka bertiga. "Dulu katanya gak suka sama si berondong itu." "Katanya gak mau dekat-dekat sama dia." "Risih dekat-dekat dia." "Dia itu kekanakan, belum dewasa belum-.." "Ih kalian apaan sih? Lagian siapa yang suka sama dia? Orang gue cuma penasaran aja. Lagian kalau dia gak ganggu gue lagi gue malah senang kok, akhirnya kehidupan damai gue bisa kembali lagi seperti semula." Asa tersenyum senang membayangkan kehidupannya yang akan damai, tentram, dan aman sentosa tanpa ada gangguan dari Aby 'si anak kepedean' lagi membuat temannya melongo seketika. Mereka dengan serempak memegang dahi Asa memastikan apakah sahabatnya ini sakit atau tidak karena yang mereka lihat Asa daritadi senyum-senyum sendiri seperti orang gila. "Gak panas," gumam mereka. "Apa kerasukan jin iprit ya?" celetuk Fara Asa mencubit tangan Fara yang mengatainya kerasukan jin. "Sembarangan." "Ya habisnya lo aneh senyum-senyum sendiri." "Ya gue senang aja karena si anak kepedean itu akhirnya gak ganggu gue lagi." lagi-lagi Asa tersenyum, membuat ketiga temannya itu memandangnya aneh. "Memang dasar aneh ya lo, si Aby hilang bukannya khawatir eh malah senyum-senyum gaje gitu. Eh orang senyum gitu tuh kalau lagi jatuh cinta lah ini sahabat kita ini ck ck aneh ya lo." Aya menggelengkan kepalanya heran dengan keanehan Asa. "Ye, terserah gue yang penting happy." Asa mengangkat kedua bahunya acuh. "Beneran lo gak khawatir sama si berondong?" tanya Aya "Ngapain gue khawatir? Dia udah gede ini." "Ah masa?" mereka bertiga kembali menggoda Asa membuat Asa jengah dengan kelakuan sahabatnya yang sepertinya sangat senang menggodanya. "Kalau gak percaya udah lah." kesal Asa lalu pergi meninggalkan mereka. Asa ingin cepat-cepat pulang kerumah ia ingin segera merebahkan tubuhnya diatas tempat ternyamannya selama ini yaitu kasurnya. Setelah menunggu beberapa menit Go-jek pesanannya pun sampai, ia pun menyuruh tukang ojek itu menjalankan motornya menuju rumah. * * * Setelah membayar ongkos dan berterimakasih kepada tukang ojek itu, Asa memasuki pelataran rumahanya. Seketika ia mengernyitkan dahinya ketika melihat sebuah mobil hitam berada dihalaman rumahnya. Ini bukan mobil Ayahnya karena setahunya jika Ayahnya sudah pulang pasti langsung memasukan mobilnya kedalam garasi. Ia mengalihkan pandangannya kearah garasi mobil yang terdapat tiga mobil berbeda merek dan warna. Artinya Ayahnya sudah pulang. Tapi ini mobil siapa? Tidak mungkinkan Ayahnya kembali membeli mobil. Menghilangkan rasa penasaran Asa memasuki rumahnya, sebelumnya ia mengucap salam. Dan saat memasuki rumahnya Asa membelalakkan matanya tak percaya ketika melihat seorang laki-laki tengah duduk tepat di depan keluarganya yang sepertinya mereka tengah membicarakan hal yang serius. Semua orang yang ada di ruang keluarga menoleh kearah Asa ketika menyadari keberadaan gadis itu. Bunda Asa memyunggingkan senyum lalu berjalan kearahnya. "Nak ada yang mau mengkhitbah kamu, Bunda seneng deh akhirnya anak Bunda sebentar lagi mau menikah." "Ap-apa?" seketika pendengaran Asa mendadak tuli mendengar penuturan sang Bunda yang masih mengembangkan senyumnya. "Itu Nak Aby mau mengkhitbahmu, gimana jawaban kamu? Kamu terima kan?" Seketika dunia indah Asa mendadak runtuh menjadi serpihan debu saat mendengar apa yang Bunda nya katakan Aby si berondong mau mengkhitbahnya? Tolong katakan bahwa ini mimpi!! Asa memandang Aby yang tersenyum manis kearahnya dengan tatapan tajam. Bisa-bisanya anak kepedean itu melamarnya tanpa bicara dengannya terlebih dahulu. Yang ditatap malah semakin melebarkan senyumnya membuat Asa semakin kesal dibuatnya. Asa melihat adiknya tersenyum menggoda kearahnya membuat Asa melayangkan pandangan yang tajam dan menusuk kearah sang adik. Lyana-adik Asa yang mendapat tatapan seperti itu dari sang kakak pun merubah raut wajahnya takut sang kakak akan memberi perhitungan kepadanya. "Asa mau ke kamar dulu Bun," ucap Asa datar lalu tanpa ba bi bu ia menaiki tangga menuju kamar membuat Aby menghela nafas pelan. Aby berfikir mungkin Asa tak akan menerima pinangannya melihat sikap Asa yang selalu acuh dan ketus ketika berbicara dengannya. Sebenarnya ia tak seberani ini untuk melamar Asa hanya saja ketika ia menyadari Fahri-sang kakak sepertinya menaruh rasa kepada Asa, ia tak mau sampai keduluan oleh sang kakak. Ia cukup tau diri jika Fahri lebih baik darinya mengingat Fahri adalah dosen di tempatnya dan Asa kuliah apalagi mengingat Fahri lulusan S2 dan sekarang menjadi CEO diperusahaan sang Ayah semakin membuat nyali Aby menciut. Tetapi ia sangat menyayangi Asa ah tidak lebih tepatnya ia telah jatuh cinta dengan Asa ia tak mau Asa dimiliki pria manapun terutama kakaknya. Anggaplah ia egois, terserah karena menurutnya cinta itu egois harus memiliki. Ia tak percaya akan kata-kata jika cinta itu tak harus memiliki. Nyatanya banyak orang yang bunuh diri akibat patah hati ditinggal nikah sang pacar. Ia tak mau kehilangan Asa. "Maafkan Asa ya nak Aby? Nanti coba Bunda bujukin Asa dulu." Lamunan Aby terbuyar ketika mendengar suara Suci. "Iya gak apa-apa kok Bun Aby juga ngerti, Asa pasti sangat terkejut dengan kedatangan Aby tiba-tiba." Aby mencoba memaksakan senyumnya kearah orang tua dan adik Asa. "Bunda keatas dulu ya?" Aby mengangguk. Putra-Ayah Asa menepuk bahu Aby mencoba memberikan semangat. "Kamu harus kuat ya menghadapi sikap Asa, sebenarnya dia itu orangnya manja hanya saja dia bisa menjadi ketus dan jutek kepada orang yang belum benar-benar dikenalnya." "Iya Yah Aby ngerti, mungkin Asa butuh waktu untuk menerima pinangan Aby." "Asal kamu tau dulu Bundanya Asa juga gitu sok jutek dan cuekkin Ayah awal pertama kenal, eh waktu Ayah mau pergi Bunda Asa nangis-nangis gak mau Ayah tinggal." Putra setengah berbisik kearah Aby takut putri kecilnya yang cerewet itu mendengar ucapannya. Ia yakin jika Lyana mendengar perkataannya ia langsung mengadukannya kepada sang Bunda. Alhasil ia akan dihukum oleh Suci dengan tak memberinya jatah selama sebulan. Itu sungguh sangat menyiksa dirinya. "Ayah sama Kak Aby ngomongin apa bisik-bisik?" tanya Lyana. "Urusan laki-laki kamu mana tau." Lyana mengerucutkan bibirnya kesal mendengar ucapan Putra lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya sesekali menghentakkan kakinya dengan kesal. Putra hanya tertawa melihat kelakuan Lyana yang tergolong sangat manja. Padahal sebentar lagi ia lulus SMA dan akan memasuki bangku perkuliahan. Aby hanya diam menatap tangga yang tadi Asa lalui menuju kamarnya. Ia berharap semoga Asa bisa membuka pintu hatinya supaya menerima dirinya. Semoga... Semoga saja...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN