Ws1. Dicari Luijten

1076 Kata
"Layna!" Teriakan nyaring seorang gadis bergema di lorong, membuat para pekerja berhenti sejenak untuk mengangkat kepala, dan melirik sumber suara dengan ekspresi samar. "Layna Ayres! Tahukah Kau seorang lelaki tampan, super sexy, plus super-super kaya sedang mencarimu!" teriak pemilik suara yang sama berbicara tergesa-gesa. Layna Ayres yang tengah linglung membersihkan lantai dapur tidak mendengar dengan jelas perkataan salah satu teman kerjanya itu, Laura Sander, meski gadis itu telah berteriak. "Apa katamu?" sahut Layna Ayres bertanya "Pelan-pelan, kenapa kau terburu-buru? Siapa yang mengejar? Apakah kau memenangkan lotre?" lanjutnya setelah melihat wajah Laura yang penuh kebahagiaan, dan tidak ada tanda-tanda dikejar rentenir. "Cepat! Cepat! Cepatlah ikut denganku dan juga bersihkan dirimu!" tanpa menjawab Laura menarik lengan Layna. "Ada apa denganmu?" tanya Layna bingung. "Cepatlah Layna! Mengapa kau begitu lamban!" gerutu Laura hampir berteriak, inilah yang dinamakan kaisar tidak terburu-buru, sedangkan kasim cemas sampai mati. "Laura tunggu! Bicara perlahan! Dan tidakkah kau melihat rambutku acak-acakan?" protes Layna sambil menarik lengannya yang sakit. "Eh?" Laura mendadak berhenti menarik-narik Layna. Lalu ditatapnya Layna dari ujung kepala hingga ujung kaki "Mengapa aku lupa! Cepat sisir rambutmu, dan sebaiknya ganti pakaianmu juga." ujarnya menyarankan. Layna memejamkan mata dan mendesah "Laura, bisakah kau jelaskan apa yang sedang terjadi! Kau membuatku pusing." Laura menatap Layna dengan jengkel "Seorang lelaki tampan dan kaya sedang mencarimu. Biar Ku beritahu, bahkan manajer super sombong kita mesti menerimanya secara langsung. Bahkan dia tersenyum. Ya ampun, Aku belum pernah melihatnya tersenyum begitu ramah dalam seribu tahun. Membuatku merinding. Katakan padaku, apa kau gadis kaya yang tersembunyi? apakah dia saudaramu? atau pacarmu? jika dia pacarmu bisakah kau memintanya mengenalkan kenalannya padaku? Jika dia saudaramu, kau bisa mengenalkan padaku!" jelasnya begitu antusias dengan imajinasi yang berlebihan dan serangkaian pertanyaan yang tidak diperlukan Layna untuk menjawab. Layna Ayres menahan keinginan memutar matanya, pantas saja Laura, si nona super sombong dan sok segalanya, tiba-tiba menjadi begitu antusias terhadapnya. Setelah membersihkan diri sedikit, bersamaan mendengar ocehan si antusias Laura, Layna Ayres bertemu dengan wujud manajer super judes yang benar-benar tersenyum kepadanya. "Mengapa Kau lama sekali?" tegur Manajer, tapi tidak ada kemarahan sama sekali di wajahnya yang serius dan garang sepanjang tahun. Ekspresi ini, tampilan ini, sama sekali tidak normal. Siapa wanita di depannya? Dan dimana dia? Tanya Layna Ayres dalam hati sambil melirik sekeliling. Dan Layna juga merasa manajer di depannya semacam ilusi, hingga Manajer super galak itu menambahkan "Jangan membuat Tuan Luijten menunggu" katanya. Layna merasa dirinya telah berubah bagai perahu, yang didorong sepanjang jalan, hingga mereka sampai ke ruang tunggu VIP. Layna Ayres mengetuk pintu dengan tidak tergesa-gesa, karena dia tahu Tuan Luijten itu sama sekali tidak ada hubungannya dengannya. Setelah mendapat izin dari dalam, Layna mendorong pintu masuk dan melihat Leon Luijten benar-benar ada di sana. Ketika Layna baru akan menyapa, dilihat lelaki itu berdiri dan bergegas ke arahnya. Bibirnya di tutup bibir lelaki itu tanpa aba-aba, nafas panas pria dengan bau alkohol samae menebus masuk ke dalam mulutnya dan lidah licin mengaduk fleksibel, berkelok-kelok disekitar lidah Layna. Layna Ayres merasa nafasnya dicuri seseorang, dan dia kekurangan oksigen. Segera dia mengangkat kaki dan menginjak kaki Leon Luijten dengan keras. "Luijten kau gila!" Teriak Layna ketika bibir terlepas dari bibir Leon Luijten dengan nafas terengah-engah, dia melototi lelaki itu dengan garang, bahkan wajahnya memerah karena marah. "Jangan marah, Layna sayang." ujar Leon Luijten membujuk, tapi wajahnya penuh seringai, lalu dia berjalan santai menuju kursi, mengambil gelas dan meneguk minumannya, sama sekali tidak takut dengan kemarahan Layna "Tapi kalau kau marah, sangat-sangat marah, sehingga berencana memukulku habis-habisan dengan tangan super mungilmu untuk mengeluarkan amarahmu, maka aku menyarakan kau untuk melampiaskan saja amarahmu pada Sior, kalau-kalau dia berniat keluar dari persembunyiannya" tambahnya setelah meneguk habis minuman dalam gelasnya. Sior adalah salah satu saudara lelaki sambung Layna yang berbeda ayah dan ibu, tapi mereka dekat seperti saudara kandung. "Oh! Bagus sekali! kau bertengkar dengan Sior dan di sinilah kau menjadi gila dan memilih aku sebagai sasaran untuk dilecehkan!" dengus Layna Ayres, melihat kemarahannya tidak dianggap serius, dia merasa lebih baik duduk dan memakan makanan penutup mewah yang di sajikan khusus untuk seorang miliuner muda Leon Luijten. "Melecehkanmu?" tanya Leon Luijten dengan sebelah alis terangkat "Kau salah paham terhadapku, Sayang. Aku jelas-jelas melakukan sebuah salam pertemuan." "Sungguh salam pertemuan yang begitu luar biasa, Mr. Luijten" kata Layna Ayres menyindir "Pantas saja Sior bersembunyi darimu. Apakah kau selalu melakukan salam pertemuan yang begitu luar biasa terhadap sekretaris-sekretaris pirang super sexymu?" lanjutnya bertanya memojokkan. "Kalian benar-benar bersaudara! Sior maupun kau mengunakan tuduhan yang sama, dan menggunakan nada yang sama untuk menuntutku." Ujar Leon mengumumkan "Apakah aku tampak begitu bernafsu di mata kalian? Lihatlah sekarang, kau yang memiliki tubuh seperti Aphrodite, berdiri di depanku, berada di ruangan yang sama denganku, dan jika kau tidak percaya, aku bisa membuktikan sekarang juga, kau sama sekali tidak bisa membuat berdiri. Sungguh kalian terlalu meremehkan aku" Layna Ayres memiliki keinginan kuat memutar bola matanya dan menampar wajah tampan di depannya. Haruskah sebuah pembuktian ketahanan akan dorongan diri sialannya harus dikaitkan dengan menginjaknya? "Aku sudah berkali-kali mengatakan padanya bahwa pirang sexy sialan itu sama sekali tidak menarik bagiku. Katakan padaku, apa lagi yang harus aku lakukan? ketika aku mengusulkan untuk menganti seluruh sekretarisku menjadi pria, dia marah-marah, dan bersikeras mengunakan sekretaris wanita. Haruskah aku mengunakan kasim untuk menjadi sekretarisku?" lanjut Leon Luijten mengutarakan semua kekesalannya. "Kasim juga pria" kata Layna Ayres mengkoreksi. "Benarkah? Dikatakan kasim bukan pria atau wanita." Ujar Leon tak percaya "Cepatlah, katakan dimana Sior?" desaknya. "Apa aku tampak sebaik itu?" tanya Layna Ayres cemberut. "Jangan marah. Ayo, aku akan mengajakmu makan enak, kau bisa memilih tempat" kata Leon Luijten membujuk dengan pesona uangnya. "Apakah aku terlihat seperti seorang wanita yang akan menjual keberadaan saudaranya hanya untuk sebuah makan malam mewah?" tanya Layna Ayres menolak, mengangkat kepalanya dan melototi Leon Luijten dengan main-main. "Tiga kali?" tawar Leon Luijten. "Tidak dan tidak akan" Tolak Layna Ayres lagi, masih pura-pura enggan "Jangan menggodaku Tuan Luijten, aku tahu kau sangat-sangat kaya, tapi aku tetap berpegang teguh pada semangat persaudaraan" "Lima kali" "Maafkan aku Luijten, tapi..." "Sepuluh kali" "Deal!" Kata Layna Ayres setuju sangat cepat bahkan hampir melompat dan berteriak "Jangan salah paham,bukan maksudku menjual berita tentang saudaraku, tapi sayang sekali kan jika aku tidak membantu dia menghabiskan uangmu yang bahkan tujuh turunan lima belokan tidak akan habis" Sama sekali tidak ada persaudaraan dihadapan janji makan mewah! Apalagi janji makan oleh seorang Leon Luijten. Layna Ayres tersenyum sangat bahagia, seolah-olah dia telah mendapatkan rejeki nomplok, tapi apa yang tidak dia ketahui keputusan pengkhianatnya bakal membuatnya amat menyesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN