Layna Ayres bukan gadis remaja yang naif, dia sudah dua puluh enam dan dia sudah tahu apa maksud wanita itu.
Bukan untuk menjadi kekasih apalagi istri anaknya, hanya menjual diri, tidur dengan putranya untuk mengkompensasi sebuah tas super mahal.
Hanya saja, dia tidak siap mental tapi juga tidak bisa menolak. Orang biasa seperti dirinya tidak mengerti cara-cara orang kaya.
Bagaimanapun juga, dia hanya warga biasa, yang hidup sendirian di perantauan yang jauh dari rumahnya, sebuah desa kecil jauh di daerah barat.
Tas wanita itu bahkan mungkin bernilai seluruh harta keluarganya.
Dia benar-benar cemas. Ibu dan adiknya di kampung harus hidup dari gajinya sebagai karyawan biasa, apalagi mereka tinggal di atap orang lain. Dia tidak bisa melawan apalagi melarikan diri dari wanita yang begitu kaya dan memiliki kekuatan dan kekuasaan di tangannya.
Sedangkan dia, dia hanya wanita biasa, seorang anak perempuan dari keluarga sederhana, mungkin bisa dikatakan miskin. Dia tidak punya kekuatan ataupun uang untuk melawan. Bisa-bisa dia malah mendatangkan bencana pada keluarganya.
Layna Ayres melihat lelaki itu tiba-tiba berdiri dari kursinya menanggalkan dasinya, membatalkan dua kancing bagian atas kemejanya, dan berjalan mendekat sambil bermain dengan dasinya.
Adam Ridges memiliki bahu lebar, pinggang ketat, saat dia duduk dia sudah nampak tinggi, apalagi saat dia berdiri, badan tinggi dan kokohnya membuat ruangan yang besar tiba-tiba menjadi sempit.
Tatapan yang tak pernah lepas dari tubuhnya dan seringainya, membuat Layna Ayres ingin menyembunyikan diri, tapi dia benar-benar tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.
Semakin ia mendekat, semakin aroma cologne pria dewasa yang maskulin dan kuat menyerang hidungnya.
Layna Ayres memiliki penciuman yang lebih tajam dari kebanyakan orang. Sehingga dengan jarak mereka sekarang dia sudah merasa di kelilingi aroma pria yang dominan. Membuatnya kakinya lemas dan kepalanya pusing.
Layna Ayres menjadi kaku ketika lelaki itu berdiri di belakangnya, melempar dirinya ke meja dan tangannya memegang pinggangnya, mengurungnya diantara meja dan tubuh gunung bajanya yang keras.
Tidak tahu apakah tangannya terlalu panjang atau pinggangnya terlalu tipis, tetapi kedua tangan benar-benar bisa mengelilinginya.
Tangan besar itu hangat, membuat Layna merasa khawatir agak tidak nyaman dengan sensasi baru yang di terima tubuhnya.
Dia ingin berjuang tetapi kekuatan lemahnya seperti anak kucing kecil di lengannya yang kokoh dan kuat.
Adam Ridges merasakan perjuangannya dan dia tersenyum seperti rubah, dia menggunakan lebih banyak kekuatan dan dengan erat memeluknya ke dadanya "Kau berolah raga rutin?" tanyanya.
Tubuh wanita itu benar-benar baik. Pinggang rampingnya ketat, perut datar, dadanya meskipun besar kencang tidak berlemak, bokongnya nampak kecil saat dia mengunakan seragam, tapi dia perhatikan setelah dikupas penutup bagian luarnya itu bulat dan kokoh.
Tubuh Layna Ayres menjadi tidak nyaman ditempelkan pada tubuh keras orang asing, mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu dan sudah berada si jarak yang tak bisa di tanggung dan dalam keadaan yang tidak pernah dia bayangkan.
Meski dibatasi oleh pakaian lelaki itu, punggungnya masih merasakan panas tubuh seorang pria dewasa yang seksi dan panas, membuatnya ketakutan.
"Y-ya" dia tergagap, tubuhnya menjadi kaku ketika Adam melampirkan rambut panjangnya ke depan dan mulai mengelus punggungnya dengan lambat mengunakan buku jari telunjuknya.
"Apa yang kau lakukan?" Adam masih berbisik, matanya dan tangannya berkelana, seperti sedang memperhatikan suatu produk khusus dengan seksama.
"Du-Dua puluh sit up dan Push up setiap pagi"
Dengan konstitusi fisik Layna Ayres, tubuhnya menjadi sangat sensitif, terutama telinga, punggung, dan lehernya yang disentuh dengan tangan besar dan jugap nafas panas pria yang mengenainya.
Layna Ayres tersentak pada nuansa tangannya yang panas, berkeliaran memberikan sentuhan yang seperti bertujuan untuk mengetahui seluruh tubuhnya.
Pria ini sepertinya orang yang suka menyentuh, selalu menyentuh seolah dia tidak bisa melepaskannya. Punggung, leher, bahu, perut, pinggang, bahkan dia meremas bokongnya beberapa kali.
Tubuhnya menjadi lunak dalam sepersekian detik dibawah perawatan konstan itu. Wajah Layna memerah karena malu. Rasanya geli dan gatal, tapi dia tidak bisa melarikan diri
"Jangan... " Layna mencoba untuk berjuang dengan semua kekuatannya, dia tersadar melihat pintu masuk dengan gugup. Bagaimana jika seseorang tiba-tiba masuk?
Mereka masih berada kantornya, disiang bolong melakukan hal-hal tidak senonoh. Ketika dia mengangkat wajah, Layna merasa diguyur seember air dingin.
Ruang ini memiliki CCTV. Sial!!!
"Pintu dan... Sial, ruang ini memiliki CCTV!" Layna benar-benar tidak bisa menahan diri mengutuk rendah.
"Jangan bergerak acak" Karena gerakan Layna yang ceroboh, mulut pria itu mengeluarkan suara memikat rendah dan dalam yang penuh dengan magnet "Tidak akan ada yang bisa masuk kecuali atas izinku"
"Lalu, CCTV?" Layna Ayres pada dasarnya adalah wanita keras kepala. Tapi dia bisa berubah menjadi kelinci putih yang patuh dan berprilaku baik, tergantung situasi yang dia hadapi.
"Bagaimana menurutmu?" Adam Ridges berbisik menggoda di telinganya.Kumis berdurinya menyeret ke bawah lehernya.
Ketika dia mulai menciumi leher jenjangnya, sensasi itu membuat Layna merasa begitu gatal. Tindakan demi tindakannya membuat wanita kecil itu menggeliat dan mengecilkan lehernya.