Pria Tidak Bertanggung Jawab

1027 Kata
"Ada apa ini?" Suara bariton tampak memecah di ruangan itu, tepat ketika Yasmin berusaha menyeka air matanya. Tidak hanya Yasmin yang dibuat kaget, melainkan Nana dan Zacky juga ikut terlonjak mendengar suara tidak asing yang selama ini sangat mereka segani. Mereka langsung mengalihkan pandangan ke arah pintu yang masih terbuka lebar. Seorang pria yang memiliki tubuh tegap dan kekar dengan tinggi badan sekitar 180 cm, tengah berdiri di ambang pintu. Tampak janggut tipis yang tumbuh di sekitar pipi dan dagunya. Penampilan fisik yang membuat pria itu terlihat lebih muda dibandingkan usianya yang sudah mencapai 55 tahun. Di samping pria itu tampak seorang perempuan berusia 5 tahun lebih muda darinya. Mereka adalah Frans Tarigan dan Sri Ratna Galih, orang tua Yasmin dan Nana. Raut kemarahan terpampang jelas di wajah pria berdarah Batak itu. Ya, tentu dia sangat marah, karena beberapa jam lalu mendapati putrinya yang tiba-tiba menghilang dari rumah. "Kamu dari mana saja dan kenapa pulang dalam keadaan menangis seperti itu?" Frans menatap Yasmin penuh tanya. Ikatan batin antara anak dan orang tua memang tidak akan pernah salah. Sekeras apa pun Yasmin menyembunyikan masalahnya, tetap saja sang ayah bisa menebak bahwa dia tidak sedang baik-baik saja. Hal itu terbukti dari kekacauan yang Frans lihat dari wajah putri bungsunya. Mendapatkan pertanyaan demikian, tubuh Yasmin langsung bereaksi. Dia sedikit terlonjak dengan mata yang membulat sempurna. Namun, dia segera menundukkan kepala seolah-olah tidak berani menatap sang ayah dalam kondisi sedang marah seperti itu. Bingung. Entah dia harus memberikan jawaban apa atas pertanyaan ayahnya Sementara itu, Sri langsung menghampiri dan duduk di samping kanan Yasmin. Hingga kini Yasmin diapit oleh dua wanita hebat dalam hidupnya. "Kamu dari mana saja, Nak?" tanya Sri dengan nada sangat lembut sambil merapikan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Yasmin. Seketika Yasmin menoleh dan hanya menatap wajah sang ibu, tanpa memberikan jawaban apa pun. Hanya matanya yang tampak berkaca-kaca. Dia berusaha keras agar pertahanannya tidak runtuh di hadapan kedua orang tuanya. "Apa yang sudah terjadi, Nak?" Sri kemudian menatap sendu wajah Yasmin. Tentu karena dia tahu bahwa telah terjadi sesuatu kepada putrinya. "Kamu tidak menjawab pertanyaan Ayah?" Frans masih berdiri di tempat yang sama sambil menunggu jawaban dari Yasmin. "A-ayah ...." Yasmin menggantung ucapannya saat tiba-tiba air mata itu kembali luruh membanjiri pipinya. Sunguh dia sudah terlalu lelah untuk terus mencegah kristal bening itu agar tidak tumpah. "Ayah, maafkan Yasmin!" Yasmin langsung bangkit dari tempat duduk dan menghambur sujud di kaki sang ayah, sontak membuat ayahnya terkejut dan langsung menurunkan tatapannya. "Ayah, Yasmin mohon, maafkan Yasmin." Yasmin makin terisak dan menangis sekuat-kuatnya sambil mencium kaki sang ayah. Adegan mengharukan itu berhasil membuat Sri, Nana dan Zacky bangkit, lalu menatap Yasmin dengan iba. Sri langsung mendekat, lalu berusaha mengangkat tubuh Yasmin agar berdiri. Dia sungguh tidak tega melihat adegan mengharukan itu. "Nak, berdirilah. Kamu tidak perlu sampai seperti ini!" pinta sang ibu sambil terus berusaha mengangkat tubuh Yasmin. Yasmin bergeming. Tangisannya justru makin kuat. Sebanyak dia memutar pikiran, hanya sekadar untuk merangkai kalimat yang akan disampaikan kepada kedua orang tuanya. Sebanyak itu pula dia mengalami kegagalan dalam hal itu. Dia bukanlah wanita yang cukup pandai menyembunyikan perasaan sakit yang terus mengoyak seluruh jiwanya. "Yasmin, bangun!" Suara sang ayah seketika menyadarkan Yasmin. Dia kemudian mendongak menatap sang ayah dengan ekspresi sendu dan takut. "Bangun!" Lagi-lagi suara bariton dari seorang pengacara kondang itu terdengar menggema di seisi ruangan. Mendapat interupsi itu, Yasmin langsung bangkit dan berdiri di hadapan sang ayah sambil menundukkan kepala. "Apa yang sudah terjadi?" tanya Frans, bahkan tidak memberi Yasmin kesempatan untuk bernapas. Air mata Yasmin terus mengalir tanpa henti. Dia sungguh belum siap menatap raut kecewa di wajah sang ayah, pun dengan keluarga yang lainnya. Rasanya ingin sekali dia berlari ke tempat yang paling tinggi saat itu juga, lalu menjerit sekeras-kerasnya sekadar untuk melampiaskan rasa sakit yang tengah membebani dirinya saat ini. "Yasmin, jawab Ayah!" tegas Frans yang sudah tidak sabar mendengar jawaban dari Yasmin. Bukan tangisan yang sedang dia tunggu, melainkan alasan yang sudah membuat putrinya terluka seperti itu. "Ma-Mas Arya, Yah ...." Ucapan Yasmin tercegat begitu saja di dalam tenggorokan, saat dia sudah tidak kuasa menahan sesak di dadanya. "Kenapa dengan Arya?" Frans menatap serius wajah Yasmin, bahkan dia sudah memasang telinga dengan sempurna hanya untuk mendengarkan jawaban dari putrinya. "Mas-Mas Arya mem-membatalkan pernikahan ka-kami, Yah," lirih Yasmin dengan terbata-bata. "Apa?" Frans membeliak sempurna saat mendapatkan jawaban yang sangat jauh dari perkiraannya. Bahkan bukan hanya dirinya yang terkejut, Sri, Nana, dan Zacky juga ikut terkejut. Mereka tidak menyangka jika masalah yang tengah dihadapi Yasmin ternyata seserius itu. "Nak, apa yang kamu katakan?" tanya Sri langsung meraih bahu Yasmin dan menghadapkan wajah sang putri ke arahnya. "Mas Arya, Bu ...." Yasmin menangis makin kuat, setelah dia mengungkapkan kenyataan pahit yang mulai detik ini akan membawa masalah baru di keluarganya. Ya, tentu. Siapa yang akan menanggung malu, jika bukan keluarganya sendiri. Bagaimana mereka menghadapi setiap cemoohan dari para tetangga? Tentu tidak akan mudah bagi mereka mengalihkan pertanyaan orang lain yang menyangkut rencana pernikahan itu. Yasmin langsung menghambur ke pelukan sang ibu, sekadar ingin menumpahkan segala rasa sakit dan kecewa. "Dari awal, Ayah sudah katakan jangan berhubungan dengannya. Sekarang kamu lihat sendiri, kan? Bagaimana lelaki pujaan kamu itu? Tidak memiliki tanggung jawab sama sekali!" Frans tampak mengepalkan kedua tangannya seolah-olah sedang menahan amarah yang kian membuncah. "Bagaimana kamu bisa hidup bahagia, kalau menikah dengan lelaki yang tidak memiliki tanggung jawab?" geramnya yang sontak membuat hati Yasmin seakan-akan tertusuk benda tajam. Rasanya Yasmin tidak rela mendengar sang ayah menyebut mantan calon suaminya itu pria tidak bertanggung jawab. Walau bagaimanapun dia mengetahui betul bagaimana sifat Arya yang sangat baik dan penuh tanggung jawab. Untuk masalah yang sekarang tengah dihadapi, dia yakin bahwa Arya memiliki alasan yang tidak bisa diungkapkan begitu saja kepadanya. Dia percaya itu, meskipun pada kenyataannya itu memang menyakitkan. "Kalau sudah begini, siapa yang akan menanggung malu? Kamu?" Frans langsung mengalihkan pandangan ke arah Yasmin yang masih menangis di pelukan sang ibu, hingga membuat Yasmin sedikit terlonjak mendengar bentakan darinya. Melihat Yasmin yang terus-terusan menangis, Frans justru beranjak dari tempat itu tanpa berniat untuk menenangkan putrinya. "Zacky, tolong kamu hubungi Arya dan temui dia secepatnya!" pintanya saat dia melalui Zacky begitu saja. "Baik, Yah," lirih Zacky. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN