Kacau

1040 Kata
Kacau. Itulah yang tampak di wajah Yasmin saat ini. Mata sembab dan memerah membuat penampilan wanita berusia 24 tahun itu terlihat berantakan. Namun, tetap tidak mengurangi kadar kecantikannya. Tubuh Yasmin tiba-tiba ambruk, tepat di ambang pintu rumahnya. Entah karena energi yang sudah terlalu banyak dia habiskan untuk menangis atau justru karena dia tidak cukup kuat untuk menerima kenyataan pahit yang kini tengah dihadapi. Hal itu sontak membuat Namira Ervina Tarigan, kakak kandungnya, seketika membalikkan badan ke arah sumber suara. Kebetulan saat itu dia sedang berdiri di ruang tamu sambil menata bunga hias di atas rak besi berwarna putih. Melihat sang adik yang sudah terkulai lemas, membuat wanita yang kerap kali disapa Nana itu berlari menghampiri Yasmin saat itu juga. "Dek, kamu kenapa?" Nana meraih tubuh dan memangku kepala Yasmin. Namun, dia berhasil dibuat panik saat mendapati sang adik yang sudah tidak sadarkan diri. Ditepuknya pipi Yasmin berulang kali, tetapi wanita itu hanya bergeming. Matanya tampak membengkak. Melihat hal itu, Nana dapat mastikan bahwa adiknya baru saja menangis, terlebih lagi saat dia menyadari sudut mata Yasmin masih basah meninggalkan jejak kristal bening di sana. Dia makin yakin bahwa telah terjadi sesuatu dengan sang adik, meskipun dia belum tahu persis masalahnya apa. "Maaas!" teriak Nana, berinisiatif untuk meminta pertolongan. "Mas Zacky!" panggilnya lagi kepada sang suami. "Ada apa, sih, Sayang?" tanya Zacky yang langsung bergegas dari kamarnya, setelah mendengar teriakan sang istri. "lho, Yasmin kenapa, Sayang?" Zacky tampak terlonjak saat mendapati Yasmin tergeletak tak berdaya di lantai. Tanpa ada aba-aba sebelumnya, pria berusia 30 tahun itu langsung menghentikan langkah, tepat di ambang pintu yang menghubungkan antara ruang tamu dan ruang tengah. Matanya sedikit terbelalak menatap kedua wanita yang tiga meter berada tepat di hadapannya. "Kamu jangan diam saja, bantu aku angkat dia, dong, Mas!" protes Nana tanpa berniat menanggapi pertanyaan sang suami. Zacky langsung mendekat, lalu mengangkat tubuh Yasmin dan membaringkannya di atas sofa panjang berwarna abu-abu yang sengaja di desain rapi di ruang tamu. "Yas, bangun!" Zacky menepuk pelan pipi adik iparnya, setelah dia memastikan bahwa Yasmin hanya pingsan. "Sayang, coba kamu ambilkan minyak kayu putih," pinta Zacky seraya mendongak menatap sang istri yang kini tengah berdiri di sampingnya. "Oke, tunggu sebentar!" Nana langsung berlari ke kamar untuk mengambil benda yang diminta sang suami. Hanya dalam hitungan detik, dia telah kembali membawa sebotol minyak kayu putih, lalu memberikan benda mungil itu kepada Zacky. Aroma minyak kayu putih menguar memenuhi ruangan, ketika Zacky menggosokkan benda cair itu ke tangannya, lalu mendekatkan ke hidung Yasmin. Namun, tetap saja tidak ada reaksi yang diberikan wanita itu. Hingga dia kembali mengulangi hal yang sama beberapa kali. Nihil. Yasmin tetap bergeming. Wanita itu seolah-olah sedang terlelap dalam buaian. "Mas, coba botol minyak kayu putih itu yang ditempel ke hidungnya!" Suara Nana seketika membuat Zacky tersentak, lalu menoleh sejenak. "Oke." Zacky langsung mendekatkan botol minyak kayu putih itu ke lubang hidung Yasmin dan kali ini usahanya berhasil. Tubuh Yasmin tiba-tiba berekasi. Hal itu terbukti saat mulut wanita itu sedikit mengeluarkan suara rintihan pelan. "Yas, kamu enggak apa-apa?" tanya Nana begitu antusias. Tentu dia sangat khawatir melihat kondisi sang adik yang tiba-tiba ambruk di depannya. "Sshh ...," desis Yasmin seraya meraih kepalanya seolah-olah sedang merasakan nyeri di sana, sementara matanya masih belum terbuka sempurna. "Mas, titip Yasmin sebentar. Aku mau bikin teh manis dulu," ujar Nana. "Oke, Sayang." Nana langsung bergegas ke dapur. Dia tidak bisa tinggal diam saat melihat kondisi adik kesayangannya seperti itu. Setidaknya dia bisa melakukan pertolongan pertama dengan membuatkan segelas teh manis untuk mengurangi rasa sakit di kepala Yasmin. "Yas, kepalamu sakit?" tanya Zacky saat Yasmin baru saja berhasil membuka matanya. Yasmin hanya menjawab dengan anggukkan pelan. Di waktu bersamaan, Nana kembali dengan membawakan segelas teh manis. "Yas, coba kamu minum ini dulu." Nana menyodorkan segelas teh manis itu kepada Yasmin. "Mas, tolong bantu angkat kepala Yasmin," titahnya kepada sang suami. Tanpa menanggapi perkataan Nana, Zacky langsung mengangkat kepala Yasmin hingga membuat wanita itu terduduk, meskipun tidak sempurna. Zacky menahan punggung adik iparnya agar tidak terjatuh kembali, sementara Nana membantu meminumkan teh manis itu kepada Yasmin. "Kamu dari mana saja, sih, Dek? Semua orang di rumah ini sibuk nyariin kamu. Bahkan sampai sekarang Ayah dan Ibu masih belum pulang karena nyariin kamu, entah ke mana. Eh, tiba-tiba kamu pulang dalam kondisi kayak gini ...." gerutu Nana sedikit memberi jeda. "jangan bikin orang rumah panik, dong. Kalau mau pergi ke mana-mana tuh bilang. Kamu 'kan lagi dipingit, seharusnya enggak boleh keluar rumah," cerocosnya sambil memegangi gelas yang menempel di mulut Yasmin. "Sudahlah, Sayang ... biarkan Yasmin istirahat dulu," sela Zacky, karena merasa tidak tega melihat Yasmin yang langsung mendapat serangan pertanyaan dari sang istri. Bisa-bisanya Nana menggerutui adiknya dalam kondisi seperti itu, pikirnya. "Kamu mau tidur lagi?" Yasmin hanya menggelengkan kepala sebagai tanggapan atas pertanyaan Zacky. "Ya sudah, kamu duduk saja di sini. Kalau makin pusing, sebaiknya kamu tidur." Zacky tampak membantu menyandarkan punggung Yasmin ke sandaran sofa. Setelah itu, dia memposisikan dirinya di sofa tunggal yang berhadapan dengan sofa tempat duduk Yasmin. "Sebenarnya apa yang sudah terjadi sama kamu, Dek?" tanya Nana setelah dia menaruh gelas teh manis itu di atas meja. Kini dia sudah duduk di samping Yasmin sambil memegang lengan adiknya itu. Pertanyaan itu sukses membuat pertahanan sang adik runtuh. Tangisan Yasmin pecah kembali di pelukan sang kakak yang usianya hanya terpaut 4 tahun dengannya. Bahkan kali ini tangisan Yasminlebih kuat daripada sebelumnya dan mungkin saja suaranya terdengar hingga ke luar rumah. "Lho, kok, malah nangis?" Nana memasang ekspresi heran saat bukan jawaban yang dia dapatkan. "Kamu kenapa, sih? Ada apa? Ada masalah?" tanyanya penasaran sambil mengelus punggung Yasmin secara perlahan. Mendengar sederet pertanyaan yang dilontarkan kepada Yasmin, Zacky langsung membulatkan tatapan kepada istrinya sambil menggelengkan kepala, sebagai isyarat agar Nana tidak bertanya dengan cara seperti itu. "Kamu ada masalah apa, Yas? Coba cerita sama Mas dan Mbak Nana," ujar Zacky dengan nada yang lebih lembut dibandingkan istrinya. Belum sempat Yasmin menjawab pertanyaan kakak iparnya, tiba-tiba terdengar suara derum mobil yang menggema di halaman rumah. "Sepertinya Ayah dan Bunda sudah pulang," lirih Nana seraya menoleh ke arah pintu. Secepat kilat Yasmin mengangkat wajahnya dari bahu Nana, lalu menyeka air mata yang sedari tadi menganak sungai di pipinya. Dia terlihat seolah-olah ingin menyembunyikan apa yang sudah terjadi pada dirinya. "Ada apa ini?" Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN