Bab 1 | Bertemu Mantan
Hari yang sangat panas ini, seorang gadis cantik itu merasa sangat malas untuk pulang ke kost–annya sendiri. Padahal biasanya ia paling semangat saat akan pulang ke kostnya, karena ketika berada di kostnya gadis itu bisa beristirahat dengan tenang. Akan tetapi, entah kenapa hari ini merasa berbeda.
"Sai, serius nih nggak mau nemenin gue nongkrong?" tanya gadis itu memastikan sesuatu pada temannya.
"Iya, serius. Gue disuruh pulang cepat hari ini sama Nyokap gue, Zanaya. Lagian lo tumben-tumbennya ngajakin gue nongkrong, biasa kalau gue ngajak aja lo selalu kasih alasan buat nolaknya," balas Saila.
"Abis nggak tau kenapa sekarang gue rasanya males banget pulang ke kost, sedangkan lo tau gue nggak punya temen lain di sini selain elo, Saila,"ujar gadis cantik itu. Gadis itu adalah Zanaya Aleyzava Mahardika, mahasiswa semester enam di sebuah kampus elit yang ada di Bandung.
"Ya lo tinggal pergi ke mall aja sendiri, gampang lo padahal. Lo sendiri yang buat ribet. Udah ah gue mau pulang," katanya sebelum pergi meninggalkan Zanaya sendirian di depan gerbang kampus.
Dengan langkah gontai, Zanaya memutuskan berjalan kaki saja ke kostnya karena jaraknya pun sebenarnya tidak terlalu jauh.
Belum sampai di depan kostnya, Zanaya terdiam saat ada seseorang memanggil namanya. Gadis itu merasa familiar dengan suara itu.
"Zanaya," panggil laki-laki yang usianya tidak jauh berbeda dengan Zanaya.
Zanaya menoleh ke belakang, memastikan siapa yang memanggilnya. Benarkah orang yang ia kenal atau tidak.
"Romeo," cicitnya pelan.
"Iya, ini aku Romeo. Aku kira kamu sudah lupa sama aku," ujarnya sambil tersenyum. Berbeda dengan Zanaya yang menanggapinya dengan malas. "Pengennya sih gue lupain lo, tapi ternyata nggak segampang itu," kata Zanaya dari dalam hati.
"Kok diam aja? Malah ngelamun lagi," ucap laki-laki yang bernama Romeo itu. Romeo Adipramana Dewangkara itu adalah nama panjang laki-laki itu.
"Siapa yang ngelamun sih, orang nggak kok," elak Zanaya.
"Masih aja suka ngelak, ngapain kamu di sini Zana?"
Zanaya memicingkan matanya menatap Romeo, yang tidak lain adalah mantan kekasihnya sewaktu SMA. "Harusnya gue yang tanya lo ngapain di sini? Kalau gue sih lagi jalan mau pulang ke kost gue."
Romeo mengangguk pelan. "Owh, ternyata kamu ngekost di daerah sini. Jangan bilang kamu juga kuliah di kampus sekitar sini."
Zanaya mendengus kesal, sial ia merasa sudah keceplosan. Karena dari jawaban yang ia berikan, Romeo jadi mengetahui tempat tinggalnya bahkan tempat kuliahnya. Sedangkan gadis itu sadar betapa rese-nya sang mantan kekasih.
"Kenapa malah ngelamun lagi sih, Zan? Emang ngelamunin apa kamu tuh?" tanya Romeo sok manis.
"Nggak ada yang ngelamun, males banget gue ladenin orang nggak jelas kayak lo Meo. Mending gue lanjut jalan pulang," kata Zanaya meninggalkan Romeo. Namun, tanpa mengatakan apapun Romeo malah mengikuti Zanaya dari belakang.
Zanaya langsung berhenti berjalan, ia melototi Romeo. "Ngapain sih ngikutin orang? Apa jangan-jangan lo sengaja ke sini buat ngikutin gue ya?"
Romeo memberikan senyuman manisnya pada sang mantan kekasih. "Zanaya cantik. Oke, gue emang sengaja ngikutin lo karena mau anterin elo pulang ke kost dengan selamat. Tapi kalau lo bilang, gue sengaja ke sini buat ngikutin lo ya jelas enggak mungkin. Gue aja nggak tau lo ada di Bandung, gue sendiri baru ada di Bandung baru hari ini sama Tristan—sepupu gue. Kebetulan aja gue liat elo, ya gue samperin-lah. Dari awal gue enggak pernah anggap elo itu musuh, enggak tau kalau elo," jelasnya panjang lebar.
Karena Zanaya menggunakan kata elo-gue, Romeo memutuskan untuk mengikutinya saja. Toh, hubungan mereka hanya sebatas mantan saja.
Apa yang dikatakan oleh Romeo memang kebenarannya, setelah lulus SMA ia memang tidak tahu bahwa Zanaya akan kuliah di Bandung. Sedangkan ia selama ini berada di luar negri bersama orang tuanya, baru kembali beberapa hari lalu tetapi langsung diajak ke Bandung oleh Tristan.
Romeo dan Zanaya memang berpacaran saat SMA, itupun hanya beberapa bulan saja saat kelas tiga. Mereka putus karena Zanaya yang memutuskan, gadis itu mengira Romeo berselingkuh dengan Yuni— teman sekelasnya.
Padahal itu jelas tidak benar, Yuni memang sengaja menjebak Romeo agar terlihat berselingkuh dengannya. Yuni menyukai Romeo sejak lama, tetapi Romeo tidak pernah melihat ke arahnya. Zanaya sebenarnya bukan orang yang bodoh gampang percaya bahwa Romeo selingkuh, tetapi traumanya akibat kelakuan Ayahnya dulu membuatnya tidak bisa berpikir panjang.
Zanaya tetap bersikeras Romeo berselingkuh, berdasarkan bukti yang ia punya. Tentu bukti itu semua adalah buatan Yuni.
Romeo pun berusaha keras meyakinkan Zanaya, agar tidak sampai putus. Zanaya tidak mau peduli lagi pada hubungannya dengan Romeo, sejak awal ia sudah sangat ketakutan saat akan menjalin hubungan. Namun, waktu itu Romeo bisa meyakinkannya untuk berpacaran dengan pria itu.
Ayah Zanaya yang bernama Zahfi, saat ia masih kecil memang pernah menyelingkuhi Bundanya. Bahkan sampai menikahi selingkuhannya, Zanaya sampai sekarang tidak pernah lupa kejadian itu padahal Zahfi dan Vanya sudah kembali bersama setelah bercerai selama satu tahun lebih. Hal itulah yang membuat Zanaya menjadi trauma berkepanjangan soal laki-laki dan hubungan.
Zanaya sudah yakin untuk putus, ia tidak percaya dengan segala penjelasan yang Romeo berikan. Lama-lama Romeo lelah juga, ia merasa perjuangannya untuk hubungan mereka tidak dihargai oleh Zanaya. Jadi akhirnya ia bersedia untuk putus.