2. Izin

1388 Kata
Jeslyn mempertimbangkan keinginan Robert yang ingin bertemu dengan Damien, karena biar bagaimanapun memang benar apa yang dikatakan oleh Robert jika dirinya juga masih memiliki hak dan kewajiban pada Damien karena Robert adalah daddynya. Maka kini Jeslyn memberanikan diri untuk berbicara dengan keluarganya. ‘’Aku ingin mempertemukan Damien dengan Robert,’’ ucap Jeslyn membuka pembicaraan ketika dirinya mengumpulkan orang tua dan kakaknya di ruang keluarga. ‘’Apa kamu yakin? Robert tidak berhak untuk bertemu dengan Damien setelah apa yang dia lakukan padamu, Sweetheart!’’ jawab Nelson yang terlihat marah setelah mendengar apa yang Jeslyn katakan. ‘’Tapi Robert juga daddy Damien, sehingga dia juga memiliki hak yang sama denganku dalam mengurus Damien,’’ jawab Jeslyn mencoba meyakinkan kakaknya. ‘’Apa yang dia katakan padamu,’’ ucap Arthur dengan intonasi suara yang dingin, membuat Jeslyn seketika gugup, tapi dirinya tidak boleh egois pada Damien. Putranya itu juga berhak mendapatkan kasih sayang orang tuanya secara lengkap, karena Robert sendiri masih hidup. ‘’Robert ingin bertemu dengan Damien. Dia tidak masalah ingin di perkenalkan sebagai siapa asalkan bisa bertemu dengan Damien,’’ jawab Jeslyn dengan jujur. ‘’Katakan jika dia temanmu, jangan bilang jika Robert sialan itu adalah daddynya!’’ sahut Nelson dengan kesal. ‘’Tapi kakak jelas tau jika aku tidak pernah berbohong pada Damien,’’ timpal Jeslyn tidak suka. ‘’Mommy setuju jika Robert bertemu dengan Damien. Karena kita semua tidak boleh bersikap egois dengan Damien. Dia berhak mendapatkan kasih sayang daddynya. Damien jelas ingin seperti teman-temannya yang memiliki sosok daddy di sampingnya. Robert mungkin bersalah pada Jeslyn, tetapi dia tidak bersalah pada Damien,’’ ucap Jennifer yang mulai ikut menimpali. ‘’Apakah kamu siap menghadapi resikonya? Robert jelas tidak akan melepaskan Damien begitu saja ketika dia nantinya bertemu denga putranya. Damien jelas berbeda, aku yakin jika Robert kelak akan menginginkannya suatu saat nanti.’’ Kini semua menatap serius ke arah Arthur karena apa yang dia katakan juga ada benarnya. ‘’Damien masih terlalu kecil untuk menanggung dendam orang dewasa. Kita tau fakta yang sebenarnya, Robert memang jelas bersalah di masa lalu. Tetapi kita tidak harus menghukumnya dengan menjauhkan Robert dari darah dagingnya sendiri. Di sini aku tidak ingin memihak pada Robert, aku hanya ingin memperjuangkan hak Damien sebagai seorang anak yang berhak mendapatkan kasih sayang ayahnya dan juga Robert yang masih memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab pada Damien, karena Damien putranya.’’ Kini suasana semakin panas ketika apa yang diucapkan oleh Arthur dan Jennifer terasa benar meskipun bertolak belakang. Mereka mulai memikirkan kemungkinan Robert yang akan mengambil Damien di kemudian hari, namun tetap tidak bisa mengabaikan fakta jika Robert memang masihlah orang tua dari Damien sehingga Damien memiliki hak untuk tau siapa daddynya dan mendapatkan kasih sayangnya. ‘’Selama kamu siap menerima seluruh konsekuensinya, maka lakukan saja. Karena kita juga tidak bisa mengambil hak Damien secara egois dengan terus menjauhkan mereka,’’ ucap Arthur akhirnya. ‘’Ketakutan kita masih dalam bentuk praduga, karena Robert sendiri belum tentu juga akan mengambil Damien darimu, Sayang.’’  Jennifer memberikan senyum teduhnya, menenangkan perasaan Jeslyn yang mulai terasa bimbang. ‘’Tapi aku tetap tidak setuju, Robert tidak seharusnya mendapatkan pengampunan secepat itu,’’ sahut Nelson masih dengan ekspresi kesalnya. ‘’Aku tidak pernah memaafkannya, Kak. Aku hanya ingin memberikan apa yang seharusnya Damien dapatkan,’’ jawab Jeslyn dengan putus asa. ‘’Lagi pula dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Aku akan menghancurkanya jika dia berani berbuat di luar batas. Aku masih cukup baik dengan tidak menyentuhnya hingga saat ini,’’ jawab Arthur dengan serius. ‘’Baiklah, jadi aku bisa menyimpulkan jika Robert memiliki izin untuk bertemu dengan Damien?’’ tanya Jeslyn sembari tersenyum lega. ‘’Dengan terpaksa,’’ jawab Nelson dengan cemberut. ‘’Kamu masih akan tetap menjadi paman Damien yang paling di sayang,’’ timpal Jennifer sembari tertawa. Melihat raut kesal putranya justru membuat Jennifer tertawa geli. Padahal mereka sedang dalam keadaan yang panas. Arthur seketika beranjak dari ruang keluarga yang di susul oleh Jennifer di belakangnya. Karena Jennifer paham jika ini saatnya mereka untuk berbicara. Arthur berjalan menuju balkon kamar mereka dengan Jennifer yang diam sembari mengikuti di belakangnya. ‘’Aku tidak pernah suka jika Jeslyn akan berhubungan dengan seorang pun dari bagian Hamilton,’’ ucap Arthur membuka suara. Jennifer yang melihat tangan Arthur yang terkepal di samping tubuhnya, lalu mendekati suaminya itu lalu mengusap lengannya dengan lembut. ‘’Kita bukan Tuhan yang berkuasa memberikan balasan atas apa yang sudah dia lakukan pada putri kita. Kita akan menang jika kita bisa bisa memberikan pengampunan. Tetapi jika tidak mampu memberikan pengampunan, setidaknya berikan dia kesempatan,’’ jawab Jennifer sembari memeluk Arthur dari samping. ‘’Aku sudah cukup memberikan kesempatan pada Gilbert dan istrinya,’’ jawab Arthur singkat. ‘’Jangan lagi menatap masa lalu, semuanya sudah berakhir. Damien yang bertemu dengan Robert bukan berarti menjadi awal untuk orang tuanya. Mereka telah lama berpisah, jalinan mereka telah terputus. Maka tidak ada lagi yang perlu kita khawatirkan. Pikirkan Damien, dia bocah yang kurang beruntung karena tidak memiliki sosok daddy di sampingnya.’’ ‘’Tetapi seharusnya hanya dengan kita sudah cukup!’’ sahut Arthur dengan kesal. ‘’Sosok orang tua tidak akan pernah bisa digantikan oleh siapa pun. Aku juga yakin, jika Damien selama ini juga mendambakan sosok daddynya.’’ Jennifer tersenyum mendengar Arthur yang mendengus kesal. ‘’Tidak seharusnya kita egois pada Damien, tetapi membayangkan Robert yang akan bertemu dengannya membuatku khawatir,’’ ucap Arthur dengan gelisah. Sosok pria yang biasa terlihat begitu tegas dan berwibawa itu, kini terlihat cemas. Hanya karena cucu kesayangannya yang akan bertemu dengan seseorang yang dia benci. ‘’Semua akan baik-baik saja. Karena Tuhan sudah menentukan siapa jodoh Jeslyn nantinya, kita manusia tidak memiliki hak untuk menentangnya,’’ ucap Jennifer yang kini memeluk Arthur dengan erat.  Karena pelukan Jennifer selama ini sangat berpengaruh untuk meredakan Arthur yang tengah emosi. ‘’Aku beruntung memilikimu.’’ Arthur mencium kening Jennifer dengan lembut sembari membalas pelukan istrinya itu sama eratnya. Jika aku mendapatimu keluar dari batasmu, maka jangan salahkan aku jika memilih untuk menghabiasimu, mantan menantu! -o0o- Jeslyn menatap bocah berusia 4 tahun yang kini tengah tertidur sembari memeluk boneka beruangnya. Setelah kembali dari mansion Addison, Jeslyn segera kembali ke penthousenya, karena Damien pasti tengah mencarinya. Memang setelah memutuskan kembali ke New York, Jeslyn menolak untuk kembali tinggal bersama kedua orang tuanya di mansion Addison, dirinya merasa sudah sukup dewasa sehingga memiliki kewajiban untuk mandiri. Jeslyn sendiri juga sudah biasa hidup mandiri selama 5 tahun saat persembunyiannya. ‘’Kamu ingin bertemu dengan daddy?’’ ucap Jeslyn sembari mengusap pipi Damien yang tertidur. Entah mengapa melihat Damien yang saat ini tengah tertidur membuat Jeslyn merasa bersalah. Jenifer benar, dirinya akan terlalu egois jika melarang Robert untuk bertemu dengan putranya. Semua ini bukan perkara Jeslyn yang memenuhi permintaan Robert, melainkan usaha Jeslyn untuk memenuhi hak Damien. Kedua orang tuanya lengkap, maka sudah seharusnya dia juga mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya, bukan hanya dari dirinya saja. Gerakan tangan Jeslyn mengusik tidur Damien sehingga bocah itu terbangun sembari mengucek kedua matanya. ‘’Mommy,’’ ucap Damien dengan suara serak. ‘’Iya ini Mommy, tidurlah lagi.’’ Jeslyn kembali mengusap punggung Damien. Bocah ini malah beranjak untuk bangun dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan Jeslyn. ‘’Mommy lama,’’ rengek Damien. ‘’Maaf, Mommy pergi sebentar. Kamu tidak merepotkan Bibi Rose, kan?’’ ucap Jeslyn yang di jawab gelengan kepala oleh Damien. Karena rasa kantuk yang menyerangnya, Damien berbicara sembari memejamkan matanya. ‘’Tidurlah di posisi yang benar, Mommy akan menemanimu,’’ ucap Jeslyn lalu mengangkat tubuh Damien dan membenarkan posisi tidurnya. Jeslyn lalu ikut naik ke atas ranjang dan ikut berbaring di samping putranya. ‘’Maaf jika Mommy sibuk,’’ ucap Jeslyn sembari mencium kening Damien cukup lama. ‘’Damie sayang Mommy,’’ jawab Damien lalu memeluk tubuh Jeslyn erat dan menyembunyikan kepalanya di d**a Jeslyn. ‘’Damie ingin bertemu dengan daddy?’’ tanya Jeslyn dengan suara tercekat. ‘’Mommy bilang daddy sibuk. Kita tidak boleh mengganggu daddy,’’ jawab Damien membari membuka matanya singkat untuk mendongak menatap Jeslyn lalu kembali menutup. Ucapan Damien berhasil membuat d**a Jeslyn terpukul, Damien terlalu sabar hanya untuk membuatnya tidak merasa kecewa, padahal putranya masih sangat kecil untuk berusaha memahaminya. ‘’Daddy sudah tidak sibuk. Daddy ingin bertemu dengan Damie. Apakah Damie mau?’’ tanya Jeslyn dengan matanya yang berkaca-kaca. Jeslyn lalu memberikan banyak kecupan di puncak kepala Damien. ‘’Mau,’’ jawab Damien dengan lemah sebelum kembali terjatuh ke dalam mimpinya. Maafkan atas keegoisan kami padamu, Sayang. Kamu tidak seharusnya ikut menanggung kemarahan Mommy. Kamu memiliki hak untuk bertemu daddy, bermain bersamanya dan diberikan apa pun yang kamu minta. Damie sama seperti yang lain, Damie juga memiliki daddy
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN