Langit serasa runtuh, dan jantung Julie seakan jatuh dari rongga dadanya. Ellis masih terisak- isak memeluk Julie yang berdiri mematung, seakan baru tersambar petir. “Katakan Ellis,” gumam Julie, “Katakan sekali lagi. Benarkah itu?” Ellis melepaskan pelukannya pada Julie, lalu perlahan mengangguk. Anggukan Ellis terasa seperti keputusan yang mutlak, yang membedakan sedetik yang lalu dengan detik ini. “Mana Nenek?” tanya Julie panik, “Kenapa, bagaimana bisa?” Julie mengguncang Ellis yang terus meratap. “Nenek masih baik- baik saja tadi pagi!” “Itu yang akan kusampaikan padamu, Julie,” sahut Ellis, tersendat- sendat. “Kusangka tadinya Nenek tertidur. Tapi saat kubangunkan, beliau tidak merespons. Kupanggil dokter karena kukira mungkin Nenek sakit. Tapi dr. Wilkins bilang, Nenek, Nenek su

