Lama hingga Tony bisa mengendalikan perasaannya. Ia tetap terduduk di halaman gedung itu, terus memandang kosong. Sementara itu air matanya sudah mengering. Beberapa orang yang melihatnya, dan teman- teman musisinya menepuk bahu Tony sedikit seraya bertanya, “Hei, Tony! Kenapa duduk di situ?” Tony hanya menggeleng. Ia tersenyum sedikit lalu mengangkat tangannya, mengisyaratkan ia tidak apa- apa. “Apa kau baru saja dirampok?” tanya salah satu temannya itu dengan wajah was- was. Tony menggeleng lagi. “Tidak aku tidak kenapa- napa. Kalian pulang saja.” Tony bangkit dari duduknya dan mengibas- ngibas celananya sedikit. “Sampai jumpa.” Teman- temannya hanya terpaku keheranan melihat tingkah Tony, yang sudah berjalan menjauhi mereka. “Hei, tadi pacar Tony ‘kan kesini. Apa mungkin mereka put

