Sunny

1865 Kata
“Beritahu aku, apa yang harus aku lakukan sekarang?” July berdiri tepat di hadapan Dave yang entah dari mana saja ia sejak makhluk itu menyerang halaman belakang rumah July. Pria asing yang bicaranya tak jelas itu bak hilang ditelan bumi, lenyap begitu saja ditengah keributan yang membuat July panik luar biasa. Bisa-bisanya lelaki itu datang setelah semuanya berlalu dengan wajah yang terlihat begitu tenang. Sepertinya ia memang memiliki sebuah tempat persembunyian yang hanya ia yang tahu. Atau mungkin, memang ia mempunyai cara untuk berteleportasi dari tempat tersebut. Atau mungkin memang ia salah satu dari mereka karena pria asing ini tidak terlihat gugup atau gemetar bahkan takut sama sekali. Sangat berbeda dengan july yang terlihat begitu berkeringat dan masih tersenggal-senggal napasnya. Selama masih di dalam dunia permainan ini, segalanya akan masuk akal bagi July. Bahkan sejak pertama ia terdampar di tempat ini pun, lelaki itu sudah menemukan banyak hal yang tak masuk ke logika. Jadi, kalaupun ia menemukan lagi hal serupa, ia tidak akan geleng kepala sambil mengatakan bahwa apa yang terjadi adalah sebuah kemustahilan. Ingat sekali lagi, dunia ini adalah dunia di mana apapun bisa saja terjadi. Berbeda dengan dunia nyata di mana segala hal harus berjalan sesuai dengan logikanya. July benar-benar tak habis pikir. Andai ia bisa sesantai wajah Dave yang rasa-rasanya ingin sekali July melayangkan tinju padanya setelah ia tinggal pergi begitu saja, tapi sekali lagi. Mungkin ini memang dunia Dave, bukan dunia July. Pria asing itu sudah pasti lebih banyak tahu dibanding July yang sampai sekarang pun tidak mengerti bagaimana cara kerja dari permainan bertahan hidup yang ia pilih ini. “Kau tahu dia itu apa?” Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh July tadi, ia malah mengalihkan pembicaraan padah hal lain. Pria asing itu dengan santainya bertanya pada July yang memang belum banyak tahu. Pria berperut buncit itu melirik ke arah bunga matahari yang ada di dalam tabung akuarium. Bunga besar berwarna kuning yang sebelumnya membuat July terkejut bukan main. Bunga matahari itu bertangkai satu dan memiliki dua daun yang terlihat seperti tangan karena ada di samping kiri dan kanan. Mungkin bukan tangan karena tidak membentuk ruas-ruas jari, daun daun itu terlihat seperti sayap. Benar, sayap yang bisa mengepak-ngepak dan membawanya ke udara yang tenang dibanding daratan yang penuh dengan makhluk-makhluk tak punya otak. Benar juga. Pantar saja mereka senang memakan otak manusia, July mengangguk-anggukkan kepala. Setuju dengan pergulatan batinnya sendiri tentang pemakan otak yang tak punya otak itu. “Sejauh ini, bunga-“ July menghela napas sebelum melanjutkan perkataannya sambil melirik ke arah bunga matahari tersebut. “Yang bisa bicara.” Dave tersenyum mendengar ucapan July yang memang masih terlihat sedikit terkejut. Meskipun benar July sudah menemukan banyak hal hal di luar logika beberapa kali, tetap saja setiap ada hal baru yang tak masuk akal, ia akan terkejut. Sebagai manusia biasa, hal itu sungguh wajar terjadi. Tapi, sesuatu mengganjal pikirannya. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa cara bermainnya tidak sama seperti empat permainan sebelumnya. Ia tidak bisa menebak kapan ini akan berakhir atau apa yang harus ia lakukan dengan jelas. Tidak ada instruksi apa pun. Ia hanya terdampar di kamarnya yang telah dimodifikasi menjadi dapur yang mempunyai pintu ke arah belakang halaman rumah. Tidak ada perintah bagaimana ia harus membunuh para makhluk pemakan otak itu. Pun, bentuk mereka tidak sama seperti di permainan sebelumnya. Tidak seperti saat di Wallnut Bowling, di mana disediakan kacang kenari raksasa yang bisa ia jadikan senjata sampai mereka habis tak bersisa. Instruksinya begitu jelas dan saat ia berhasil membunuh semua makhluk itu, ia mendapatkan permata biru dan sekantung koin emas, lalu ia akan bangun dari tidurnya dan kembali ke dunia nyata, atau seperti saat ia harus memutar mesin slot raksasa yang ada di pinggir halaman belakang dengan tuas yang cukup keras dan mendapatkan tanaman demi tanaman yang bisa membunuh makhluk-makhluk pemakan otak yang bentuknya pun sama persis dengan apa yang ada di dalam video game dalam laptopnya, atau seperti ia ketika membuka pintu bertuliskan Whack the Zombie dan mendapatkan sebuah palu besar untuk memukul kepala-kepala mereka hingga mereka musnah tak bersisa. Dan yang paling terakhir, beberapa waktu yang lalu, di mana ia menemukan pistol begitu ia membuka pintu belakang dan terlihat portal dengan cahaya kebiruan, tempat di mana makhluk-makhluk itu keluar entah dari mana mereka sebelumnya. Semuanya kembali begitu July bisa membunuh makhluk-makhluk pemakan otak itu. July bisa terbangun di dunianya dengan uang yang melimpah. Tapi tidak kali ini. July tidak tahu kalau tombol kedua itu hanya akan membuat nya terjebak ke dalam situasi yang tak ia pahami sama sekali. Ia seperti pisau yang buta, tidak bisa melakukan apapun di dalam dimensi ini. Lelaki itu saja tak tahu kapan ini akan berakhir. Yang July tahu, makhluk itu, yang kini terlihat sama dengan dirinya itu akan menyerangnya terus menerus. Entah sampai kapan. July hanya ingin segera menyelesaikan ini dan kembali. Ia sudah terlalu lama meninggalkan Anne sendirian. Perempuan itu pasti sedang mencari-cari July, pikirnya. Ia pasti begitu khawatir. Dave lagi-lagi mengeluarkan senyuman yang janggal. Entah, sejak awal bertemu memang gelagat dari pria berperut buncit itu memang terlihat aneh. Namun, July tidak ambil pusing. Pria berperut buncit inilah satu-satu petunjuk yang mungkin Ia miliki. July masih memperhatikannya. Lelaki itu, setelah tersenyum dengan senyuman yang janggal pada July, Ia kemudian mendekatkan dirinya dan berkata, “Ia juga sama sepertimu.” Seketika bulu kuduk July berdiri. Kata-kata yang dibisikkan oleh Dave membuat bulu romanya meremang. “Maksudnya?” July kebingungan. Apa yang sama? Jelas-jelas sekarang ini letak mereka berdua itu berbeda. July yang dengan bebas berkelian. Tidak seperti tanaman bunga matahari besar itu yang hanya bisa terdiam dari balik akuarium kaca. Ditambah, July itu manusia. Berjalan dengan kaki, tidak di tanam dan menempel dengan tanah, tidak memiliki daun maupun bunga pada tubuhnya. July benar-benar tidak Terima kalau ia disamakan dengan mereka. Dengan tanaman-tanaman di dalam kapsul akuarium di hadapannya itu. “Dengarkan aku baik-baik, July,” ujar Dave lagi. Ya, meskipun dengan suara yang aneh tadi. Setidaknya yang bisa lelaki itu lakukan sekarang hanya menurutinya. Ia tidak tahu lagi harus melakukan apa selain menuruti lelaki itu. July mengangguk kan kepala. Lagi lagi hanya bisa menganggukkan kepala. Ia mulai memasang telinga bahkan sudah sejak beberapa waktu yang lalu tanpa harus menunggu perintah dari Dave si pria asing yang aneh itu. Ia memasang telinganya, barang kali mereka si makhluk-makhluk pemakan otak itu kembali datang dan mengejar July lagi. “Berapa uangmu dalam saku?” Ganti topik lagi. Kali ini pria berperut buncit itu malah menanyakan berapa uang milik July yang tersisa. Sebenarnya, July hampir hendak marah. Tapi, ia tahan. July hanya melirik tajam ke arah Dave yang terus memandanginya. “Hey, anak muda! Aku bertanya berapa uang yang kau punya?” Beberapa saat July memang sempat terdiam sambil mengingat-ingat, ia jelas tidak memiliki uang sama sekali, pikirnya. Selama ini, semua uang yang ia dapatkan dari permainan ini selalu masuk ke dalam akun bank dan tidak pernah ia gunakan untuk transaksi payless atau non tunai. Dan ponselnya pun tak dapat ia temukan di dalam dimensi ini. Sepertinya ia meninggalkan ponsel itu di atas kasur dalam dunianya yang nyata. “Sebentar,” ucap July terdengar ragu, sambil merogoh tiap saku baju dan celananya. Berharap bahwa ia akan menemukan sesuatu, setidaknya yang cukup untuk bisa mengikuti perintah Dave si pria aneh itu. ‘Ayolah, apakah aku punya uang di dalam sakuku? Satu sen pun tidak apa. Dia hanya menanyakan uang kan? Tidak mematok harga?’ July terus berdoa, semoga ia memang masih memiliki sesuatu yang tertinggal. Wajah lelaki itu seketika berubah menjadi sumringah yang tadinya terlihat harap harap cemas. Ia merasakan tangannya menyentuh sesuatu di dalam saku celana. Rupanya ia masih memiliki beberapa keping emas dan permata biru berukuran sebesar ibu jari. Ia pun entah, lupa bagaiamana ia mendapatkan uang uang tersebut. Tapi, jelas. Ia akan menggunakan uang uang itu sekarang. Setelah Dave memintanya, tentunya. “Aku punya ini, Dave! Aku punya ini!” ujarnya tidak dapat menahan rasa senang karena telah menemukan uang dari saku celananya sendiri. Dave si pria berperut buncit itu kemudian menjulurkan tangan. Berulah seakan July harus menyerahkan hal itu padanya. Anehnya, bak terhipnotis, Lagi-lagi July menurut-menurut saja seperti yang sudah-sudah, ketika lelaki itu membeli tiga buah bibit Marygold yang tak lain adalah bunga milik pribadi, yang ternyata bisa berbicara juga dan banyak mengatakan hal-hal yang tidak penting. “Kau bisa membebaskan Sunny sekarang, ia akan membantumu melewati hari demi hari untuk bertahan hidup dalam permainan ini,” ujarnya setelah menerima dan menghitung keping emas yang diberikan July padanya. “Sunny?” July mengerinyitkan dahi. Ia baru mendengar nama tersebut diungkap oleh Dave. Sejak tadi, ia hanya berbicara tentang sebuah bunga matahari raksasa berwarna kuring dengan daun lebar di kiri dan kanan. Ia tidak pernah menyebut-nyebut kata itu, Sunny. Pria berperut buncit itu tertawa. Kemudian ia melirik ke arah tanaman itu. Tanaman yang entah kenapa sekarang hanya seperti sebuah tanaman biasa. Ia tidak lagi berbicara, memprotes, atau apapun itu. Bahkan mata dan bibirnya tidak terlihat lagi, seperti kemarin. “Kau tahu apa saja yang kau perlukan untuk melawan mereka?” July menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memang tidak tahu. Toh, tidak ada instruksi khusus yang diberikan untuknya. Senjata? Seperti yang sudah-sudah? Tapi ia tidak mendapatkan instruksi sama sekali. Benar-benar tidak ada. Lelaki itu hanya dapat sebuah pistol, itu pun sisa permainan nya yang kemarin. Ia hanya secara tiba-tiba terdampar di tempat itu setelah ia menekan tombol yang sebenarnya membuahkan rasa penyesalan di d**a July. Andai saja lelaki itu tidak menekan tombolnya, mungkin ia sedang berbicara dengan Anne atau sedang tertidur dengan pulas di kamar, menikmati pundi pundi emas yang ia dapatkan sejak pertama bermain. Tidak seperti sekarang ini yang selalu diselimuti ketakutan, bahkan kalaupun itu hanya untuk tertidur. Mereka akan menggedor-gedor pintu itu sampai pada akhirnya mereka dapat menerobos masuk dan mulai memakan otak July, pikirnya. “Energi?” July mengangkat sebelah alisnya. “Kau ingat cara bermain permainan ini dalam video game mu?” Dave, si pria asing itu lagi-lagi bertanya pada July. Sepertinya pria berperut buncit itu memang senang sekali mengajukan pertanyaan. “Membeli sesuatu dengan energi matahari? Atau apa?” Dave mengangguk. Ia mulai menekan tombol yang sebelumnya July bahkan tidak sadar tombol itu ada di sana. Seketika, tabung akuarium itu turun kacanya. Seperti sebuah kaca mobil yang sengaja diturunkan penumpang agar orang itu dapat melihat situasi atau pemandangan di luar. Lagi-lagi, July tercengang. Entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Meskipun berkali-kali July menanamkan dalam kepalanya bahwa apapun bisa terjadi di tempat ini, ia tetap saja selalu merasa kaget dan terpukau dengan apapun yang ada di hadapannya, terlebih jika berkaitan dengan hal-hal ajaib seperti sekarang ini. Begitu akuarium itu dengan sempurna terbuka secara keseluruhan, muncullah percikan cahaya yang lagi lagi membuat mata July kesilauan. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali saking silaunya. Dari balik sinar itu, yang perlahan menghilang mulai dari atas ke bawah, terlihat tangan dengan jari yang gemulai, memiliki kulit yang eksotis. Tangan seorang gadis. “I-ituu...” Dave yang melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh July lagi-lagi tersenyum. Mungkin dalam hatinya Dave berkata, “Ya ampun, norak sekali kau, July!” Sementara, sinar itu semakin hilang dan dengan jelas menampilkan apa yang ada di baliknya. Seperti sebuah trik sulap di televisi. “Ka-kau?” July berbicara terpatah-patah, sampai gadis itu menyapanya terlebih dahulu, “Mari kita bersenang-senang, July!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN