bc

love me not

book_age16+
3
IKUTI
1K
BACA
lighthearted
serious
mystery
scary
spiritual
like
intro-logo
Uraian

Namaku Alvaro Aldebaran, bisa dipanggil sayang. Karyawan biasa disuatu perusahaan besar, salah satu kelebihanku adalah aku tampan. Mau aku beritahu rahasia, aku adalah sang penakluk wanita. Bisa dikatakan gaji yang aku dapatkan tiap bulannya akan habis untuk pacar-pacarku, aku juga cepat bosan. setidaknya 2 hari sekali aku berganti wanita dan mencarinya tidaklah susah hanya dengan kedipan mata mereka akan terpesona padaku. Bohong? Mana mungkin seorang Alvaro berbohong.

chap-preview
Pratinjau gratis
bab 1
Bab 1 Alvaro Namaku Alvaro Aldebaran, bisa dipanggil sayang. Karyawan biasa disuatu perusahaan besar, salah satu kelebihanku adalah aku tampan. Mau aku beritahu rahasia, aku adalah sang penakluk wanita. Bisa dikatakan gaji yang aku dapatkan tiap bulannya akan habis untuk pacar-pacarku, aku juga cepat bosan. setidaknya 2 hari sekali aku berganti wanita dan mencarinya tidaklah susah hanya dengan kedipan mata mereka akan terpesona padaku. Bohong? Mana mungkin seorang Alvaro berbohong. "Alvaro, ini kau kerjakan dan serahkan padaku sebelum makan siang" ujar atasanku membuatku menganggukan kepala, aku ini karyawan yang rajin tapi aku sedikit malas. "siap pak" "hai, Desi cantik" sapaku pada Desi yang duduk disebelahku, kami hanya berbetasan dinding dimeja. Ah, lihatlah dipanggil cantik saja dia merona. "bisa tolong aku tidak cantik?" tanyaku sambil mengedipkan mataku. Double Kill, sekarang Desi sudah meleleh seperti es krim yang terkena sinar matahari. "kapan kau akan menyerahkan nya pada pak Adam?" senyumku mengembang dan mengelus rambut Desi, "setelah makan siang" "baiklah, aku akan membantumu" "terima kasih sayang" ujar ku sambil mengembangkan senyum andalanku, sambil mencubit pipinya. "sama-sama" Aku kembali kemejaku, dan senyumku langsung lenyap dalam sekejap. Inilah salah satu keuntungan menjadi pria tampan. Aku merasa beruntung memiliki anugrah wajah tampan yang diberikan Tuhan padaku. Aku meregangkan otot-ototku ketika jam makan siang telah tiba, saat nya untuk mengisi asupan gizi. "Alvaro" panggil Desi membuatku mengembangkan senyum dan menoleh padanya. "iya Des?" "ini sudah selesai" ujarnya memberikan berkas yang harus aku berikan pada pak Adam. "terima kasih Des, kalau kau tidak ada aku tidak tahu harus bagaimana" ujarku mulai berdramantis. Desi terkekeh dan tersenyum malu. "kau bisa saja" katanya membuatku melihat sekelilingku. "sebagai gantinya, ayo aku temani makan siang. Aku yang traktir" ujarku membuat wajah Desi memerah. "kau saja, aku..." "aku tidak terima penolakan Des, tunggu aku. Aku akan memberi ini pada pak Adam, setelah itu kita makan siang bersama. tok..tok.. "Selamat siang pak, ini berkas yang bapak inginkan" ujarku memberikan berkas pada pak Adam, Lihatlah gaya pak Adam membaca berkasnya, mungkin semua atasan seperti itu. "baiklah" "saya permisi pak" Aku keluar dari ruangan pak Adam dan mengembangkan senyum pada Desi, "ayo kita pergi" ujarku sambil merangkulnya, "Alvaro, kau terlalu dekat" ujarnya gugup membuatku menggelengkan kepalaku. "masa? Biarkan saja Des" jawabku terus merangkulnya menuju kantin, tentu saja aku si pria tampan ini selalu diperhatikan oleh wanita-wanita. Lihatlah semua mata tertuju padaku. "kau mau makan apa?" "sama saja sepertimu" "baiklah" ujarku memesan makan siang untuk ku dan juga Desi, sebenarnya makan dikantin kantor itu gratis hanya saja ada kantin yang menjual makanan yang lainnya. Mau makan makanan kantor boleh, mau beli juga boleh. Mana yang baik nya saja. Karena Desi sudah membantuku bukankah aku harus membalasnya dengan mentraktirnya. Aku bukan pria yang berhutang budi dengan seseorang, jadi aku harus segera membalasnya. "boleh aku duduk disini?" tanya seorang wanita yang tidak aku kenal, aku melirik Desi dia merasa tidak nyaman. "maaf, tapi sekarang kami sedang makan berdua. Lain kali saja ya" jawabku sambil mengedipkan sebelah mataku. "tentu saja, ini nomor ponselku. Hubungi aku" "baiklah" * Sekarang aku sudah diapartemenku dan berbaring sambil menatap langit-langit kamarku, hari ini sangat melelahkan membuatku ingin segera beristirahat, tapi mataku tidak mau berkompromi. Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon sebelum itu aku mengambil wine, aku meminum wine ku sambil menatap langit malam. Tidak ada bintang yang menemani bulan malam ini, wajar saja karena hujan baru saja berhenti. Aku menghidupkan ponselku dan seperti biasanya banyak sekali pesan yang masuk, tidak ada pesan yang menarik bagiku. Aku kembali mematikan ponselku dan meletaknya lagi kedalam kantongku. Mataku melihat yang menarik, dibawah ada seorang gadis yang menghajar 2 orang pria kekar yang ingin mencopetnya. Tangguh sekali gadis itu, aku membatin. Dua pria itu bahkan terkapar dalam hitungan menit saja, aku tersenyum gadis itu menarik sekali. Aku kembali meminum wine ku dan mataku terus melihat gadis itu yang sekarang berjalan kearah apartemenku. Atau jangan-jangan gadis itu berada diapertemen yang sama denganku. Aku menggelengkan kepalaku, jangan-jangan kami berjodoh. Tanpa sadar senyumku mengembang jika benar gadis itu berada diapertemen yang sama dengan ku, gadis itu memiliki pesona sendiri yang membuatku tertarik. Aku kembali memandang langit ketika gadis itu sudah tidak terlihat lagi, aku memagang dadaku yang sekarang berdetak kencang. Jatuh cinta yang sebenarnya. Aku memijit pangkal hidungku, antara mau keluar apartemen atau tidak untuk menemui gadis itu. Tapi, detik kemudian aku kembali meminum wineku dalam sekali teguk. 'kalau jodoh pasti bertemu lagi' Masa bodoh dengan bertemu lagi nanti, aku langsung keluar dari apartemenku untuk bertemu dengannya. Setidaknya untuk berkelanlan, atau meminta nomor ponselnya. Aku masuk kedalam lift, berharap gadis itu masih belum masuk kedalam apartemennya. Aku sampai dilantai dasar tapi tidak menemukan gadis itu, ah. Seharusnya aku lebih cepat. Keluhku kesal. Dengan langkah lesu aku kembali naik kelantai atas dimana aku tinggal disana, ketika lift terbuka gadis yang tadi kulihat keluar dari lift. Kenapa dia kembali? Atau dia sudah tahu kalau aku mencarinya, jangan konyol. Aku tidak jadi masuk kedalam lift dan mengikuti gadis itu keluar dari perkarangan apartemen. "ini cukup tidak" ujarnya memberikan amplok pada gadis lain, mungkin temannya. "terima kasih, huhu" ujar gadis yang menerima amplok dari gadisku. "aku hanya meminjamkannya, minggu depan kau harus mengembalikannya. Terlambat akan menjadi 2 kali lipat" 'waw' "baiklah, aku pergi dulu" "hm" Ternyata dia teman gadisku, aku langsung melangkah masuk kedalam perkarangan apartemen ketika gadisku berjalan menujuku. Tidak lucu bukan, aku ketahuan sedang memperhatikannya. "lantai berapa?" ujarku gugup ketika gadisku juga masuk kedalam lift. "sama denganmu" jawabnya sambil menunjuk tombol 8. Aku menganggukan kepala dan tidak berbicara lagi, sial. Kenapa aku jadi gugup begini. Oh, ayolah Man ada apa dengan mu sebenarnya. Pikiranku terus ingin berkenalan dengannya tapi aku menjadi gugup sekali. "aku Alvaro, kau penghuni baru? Aku tidak pernah melihatmu" ujarkuu berusaha semaksimal mungkin untuk membuat suaraku netral "Aletha, sepertinya kau yang penghuni baru. Aku sudah disini 5 tahun" jawabnya membuat senyumku mengembang. Yasss, aku mendapatkan namanya. Aletha, sangat cantik sama seperti orangnya. "benarkah, aku baru 4 bulan ini tinggal disni" Dia hanya menganggukan kepalanya lalu keluar dari dalam lift begitu saja, oh ayolah. Aku ini tampan, setidaknya kita bisa mengobrol sebentar. Tapi Aletha meninggalkanku, satu-satunya gadis yang menolak pesonaku. Bab 2 Sudah punya kekasih Alvaro masuk kedalam apartemennya, senyumnya tidak hilang dari wajah tampannya. Jangan lupakan Alvaro juga memegang dadanya yang sekarang berdetak kencang karena Aletha. Aletha, nama yang indah untuk wanita cantik sepertinya. "aku benar-benar jatuh cinta padanya, aku harus mendapatkannya" ujar Alvaro pada dirinya sendir sambil berbaring diatas kasurnya. Alvaro menatap langit-langit kamarnya sambil membanyangkan hubungannya dengan Aletha, bahkan Aletha masuk kedalam mimpinya tanpa Alvaro minta sekalipun. Sementara di apartemennya Aletha sekarang sedang berendam air hangat, badannya terasa sangat lengket karena habis melatih teakwondo anak-anak sampai remaja, sebenarnya Aletha bukanlah guru taekwondo hanya saja hari ini ia menggantikan ayahnya yang tidak lain adalah pelatih asli. Berhubungan Aletha adalah anak satu-satunya dan dari kecil sudah diajarkan taewondo dan jenis bela diri yang lainnya oleh ayahnya, Aletha menguasai bela diri. Aletha menghela nafas kesal karena lengan atasnya memar karena 2 pencopet itu tadi, itu semua karena Aletha pulang dengan dress selutut sehingga dia tidak bisa bergerak dengan bebas, Setelah berendam diair hangat Aletha tidak langsung mengganti pakaiannya, ia memakai jas mandinya lalu menghidupkan laptopnya. Aletha membunyikan jari-jarinya sebelum ia mulai mengetik dilaptopnya, pekerjaan Aletha adalah penulis tapi tidak jarang ada yang mengetahui Aletha adalah seorang penulis termasuk kekasihnya. Yang orang-orang tahu tentang Aletha ialah anak dari pelatih teakwondo dan anak dari pemilik butik. Mereka tidak salah, karena sekarang pun Aletha menghandle salah satu cabang butik keluarganya. Butik itu milik ayah dan ibunya, tapi ibunya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dan ayahnya memilih untuk menjadi pelatih. Aletha anak satu-satunya lah yang menjalankan butik, walaupun ibunya kadang membantu. Aletha mulai menulis untuk kelanjutan novelnya yang sudah ditagih oleh penerbit, malam-malam beginilah Aletha bisa menulis karena disiang harinya ia bekerja. Jangan katakan berapa jam waktu Aletha tidur, jawabannya Aletha tidur dengan cukup. Karena ia hanya menulis bab yang ditagih oleh penulis selebih itu ia tidur. Besok malam nya lagi, Aletha akan sama seperti itu. Alvaro bangun pagi karena ia berharap bertemu dengan Aletha lagi, kalau bisa Alvaro ingin mengajak Aletha langsung kawin. Ah, salah mengajak Aletha menikah secepatnya. Alvaro benar-benar sedang dimabuk cinta sekarang. "pagi Aletha" sapa Alvaro ketika hendak masuk lift Aletha juga ingin masuk lift. Didalam hati Alvaro ia sedang berteriak kesenangan karena bertemu lagi dengan Aletha. "pagi" jawabnya ramah membuat jantung Alvaro kembali berdetak tak beraturan. 'Tuhan, tolong biarkan Aletha menjadi jodohku kalau memang dia bukan jodohku tolong di cek lagi siapa tahu jodohku benar-benar Aletha' Alvaro berdoa seolah-olah dia hamba Tuhan yang taat. "mau pergi bekerja?" tanya Alvaro membuat Aletha menoleh pada Alvaro lalu mengangguk sambil tersenyum tipis. "mau pergi bersama?" tawar Alvaro membuat Aletha menggelengkan kepalanya, "terima kasih, tapi aku sudah dijemput" jawab Aletha. Alvaro menghela nafas pelan, ia kalah start. Siapa yang menjemput Aletha? Kekasihnya? Atau temannya? Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka sampai mereka tiba dilobi, Alvaro berhenti dibelakang Aletha. Alvaro sangat penasaran siapa kah yang menjemput Aletha. Mobil hitam berhenti tepat didepan Aletha membuat Alvaro menajamkan penglihatanya, dan Alvaro seperti mengenal siapa pemilik mobil itu. "Adam?" Alvaro tidak percaya bahwa yang menjemput Aletha adalah Adam. Siapa Adam sebenarnya? Jangan bilang kalau Adam adalah kekasih Aletha. Pupus sudah harapan Alvaro, Adam adalah atasannnya dikantor lebih tepatnya manager keuangan dan merebut kekasih orang lain bukan tipe Alvaro sama sekali. "Trobos ajalah" guman Alvaro pada dirinya sendiri, Namanya jatuh cinta. Bukankah jatuh cinta bukan kesalahan, lagian mereka masih pacarankan, setidaknya tunanganlah. Sebelum jalur kuning melengkung, apappun bisa terjadi termasuk menikah dengan Aletha. Alvaro mengangkat kedua bahunya lalu berjalan keparkiran, Alvaro juga harus berangkat kerja. Sampai dikantor Alvaro mencibir Adam karena sekarang sedang berbincang dengan Lisa sekretarisnya, ck. Sama sekali tidak cocok dengan Aletha sama sekali. Tetap saja walaupun Alvaro bersemangat untuk mengajak Aletha menikah, Alvaro tidak yakin Aletha mau didekati oleh Alvaro. "semangat!" ujar Alvaro menyemangati dirinya sendiri, kenapa Alvaro harus merasa tidak yakin sebelum ia mencoba mendekati Aletha. Bukankah ia lebih banyak pesona dibandingkan Adam. Drt...drt... Alvaro melirik ponselnya, panggilan dari ibunya. Alvaro menolak panggilan lalu mematikan ponselnya. Alvaro merindukan ibunya, tapi ia sudah berjanji untuk menerima panggilan dari ibunya sampai hukumannya selesai. Jangan dikatakan Alvaro sangat merindukan ibunya, tapi bagaimana lagi seorang pria bukankah yang dipegang itu janjinya. Alvaro menghela nafas sebentar lalu fokus kekomputernya, ia harus bekerja. Sudah pukul 5 sore namun Alvaro dan rekan satu teamnya belum juga pulang karena mereka bekerja lembur, Adam? Jangan tanyakan kemana pria itu, Adam sudah pulang kerja satu jam yang lalu bersama sekretaris nya itu. Omong-omong Adam dan sekretarisnya sepertinya ada yang tidak beres diantara mereka berdua, sebagai pria Alvaro bisa melihat itu. Alvaro menggelengkan kepalanya, bisa sajakan mereka murni rekan kerja. Alvaro meregangkan otot-ototnya yang pegak karena duduk berjam-jam, Alvaro melirik Desi yang sedang merapikan peralatannya. "semuanya aku pulang duluan" ujar Alvaro berpamit pulang, "hm, hati-hati" Alvaro tidak tahu siapa yang menjawab karena ia langsung keluar dari dalam kantor, didalam lift Alvaro menyendarkan dirinya. Kantor sudah sepi, wajar saja karena hari sudah larut malam. Alvaro bukan orang yang awam ia bahkan kadang pulang subuh atau dipagi hari berikutnya, karena ada hal yang ia lakukan bersama teman-temanya. Apalagi bersenag-senang tentunya. Sampai dilobi apartemen Alvaro berharap akan bertemu dengan Aletha, namun ia tidak bertemu dengan Aletha. 'anda kurang beruntung' ujar Alvaro pada dirinya dan masuk kedalam lift. Lagian mungkin sekarang Aletha sudah tidur mengingat hari sudah larut malam. Alvaro masuk kedalam apartemennya lalu Alvaro langsung pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri dan beristirahat. Sementara itu dirumah yang tidak terlalu besar namun cukup untuk ditinggali 10 orang, Aletha sedang memasang masker bersama ibunya. Sekarang mereka sedang berada diruang keluarga. Aletha sengaja pulang kerumah karana ayahnya sedang menemani anak didiknya untuk ikut kejuaraan. "Bun, kalau aku tidak menikah-nikah tidak apa kan?" tanya Aletha membuat ibunya terdiam sebentar lalu tersenyum pada putrinya. "semua itu pilihanmu sayang, mau menikah atau tidak. Bunda hanya mendukungmu saja, tapi kalau ada pria yang baik bunda berharap kau menikah" "bunda tidak marah atau melarangku?" tanya Aletha lagi. "tentu saja bunda akan merasa kecewa tapi seperti kata bunda tadi, bunda dan ayah akan mendukungmu" Aletha tidak berkata-katam ia memeluk erat ibunya. Bab 3 bosan Seperti biasanya setiap wekend atau libur bekerja, aku selalu menyempatkan diri untuk pergi ke club. Leon dan Dean sekarang sudah hilang entah kemana, yap aku selalu pergi dengan dua orang itu. Aku sudah mengenal mereka luar dan dalam sama hal nya dengan meraka. Aku menatap malas orang-orang yang sedang menari dan menghilangkan stres, biasanya aku adalah orang yang paling bersemangat jika masuk kedalam club. Tapi, kali ini aku merasa bosan. Gadis-gadis cantik yang menghampiriku saja tidak ada yang menarik perhatianku. Aku meminum wine ku dengan sekali teguk, huh melegakan sekali. Ck, aku tersenyum melihat Leon sedang make out ditengah panggung. Pria itu sama saja sepertiku, pemburu wanita. "Alvaro?" panggil seseorang membuatku mencari sumber suara, aku mengangkat sebelah alisku. Siapa? Jujur saja aku tidak tahu siapa wanita yang datang menyapaku, dari sekian banyak wanita yang pernah ku temui pasti aku akan mengingatnya walaupun melupakan namanya. Wanita ini sama sekali belum bertemu denganku, "kita sudah bertemu sebelumnya, tapi kau tidak melihatku" ujar nya membuatku mengerutkan kening, jadi bagaimana? "namaku Laura, temannya Keira dan kita pernah bertemu dipesta ulang tahun Keira" Ah, ternyata temanya Keira. Laura mendengatkan dirinya padaku. Badan kami menempel, aku bahkan bisa merasakan gundukan p4yud4ra nya, aku menghela nafas dan mundur selangkah. Payud4r4 buatan saja bangga sekali, sebagai pria walaupun tidak melihatnya aku bisa tahu dengan jelas kalau punya Laura itu palsu. "mau menari bersamaku?" tawarnya sambil menunduk sehingga aku bisa melihat payud4ranya. Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku, lalu menambah wineku. Laura pergi setelah aku menolaknya, jujur saja aku menyukai wanita yang agresif seperti itu tapi lain untuk sekarang. Didalam benakku hanya ada Aletha seorang dan sampai sekarang aku belum juga mendekatinya. Bahkan aku yang bisa meminta para wanita memberikan nomor ponsel mereka dengan hanya mengkedip mata, dengan Aletha sampai sekarang aku belum juga mendapatkan nomor ponselnya. Aku mempertajam penglihatanku diatara kelap kelibnya club aku melihat ada Adam disana, ck. Bahkan dia sekarang sedang make out dengan wanita dan wanita itu bukan Aletha. Walaupun aku hanya melihatnya dari belakang tetap saja, aku sudah hafal betul postur badan Aletha. Lisa? Aku tersenyum sinis, dugaanku ternyata benar ada yang tidak beres di antara mereka berdua. Entah siapa yang menggoda siapa yang jelas itu menjadi kartu untuku. Aku mengambil ponselku dan merekam Adam dan Lisa yang sedang make out. "Sedang apa?" tanya Dean yang entah kapan berada disampingku. "mengabdikan aset" jawabku asal, dan Dean ia tidak bertanya lagi. Ia memesan wine lagi untuk dirinya. "dari mana kau?" tanyaku sambil meminum wine ku. "biasa, ada tante gemes tadi" jawab Dean sambil menyengir. Yap, tipe idaman Dean adalah tante-tante. Sebenarnya bukan tante-tante hanya wanita yang lebih tua drinya. "Leon mana?" tanya nya balik, mungkin karena tidak menemukan Leon. Aku menggelengkan kepalaku, ditengah kerumunan tadi Leon sudah tidak tampak lagi, pasti sekarang dia sudah menyewa kamar untuk dirinya dan wanita yang make out dengannya. "aku pulang duluan" ujarku membuat Dean menahan tanganku. "lepaskan, jijik b******k" ujarku membuat Dean tertawa kencang, dasar pria ini untuk temanku. Kalau tidak entahlah akan kuapakan pria ini. "cepat sekali kau pulang? Tidak seperti biasanya, coba lihat itu body nya aduhai. Temuilah" ujar Dean sambil menunjuk wanita yang sedang menari tapi matanya terarah pada kami. "aku bosan, kau bayari minumanku" "ck, bayar sendiri!" jawab Dean sambil menghentak-hentak kan kakinya seperti wanita, "aku miskin kalau kau lupa" ujarku membuat Dean mencibirku. "kalau miskin mainnya jangan kesini bos" ujarnya membuatku terkekeh. "kau yang mengajak kau juga yang harus membayar" "kembalilah kekehidupanmu, Yan" "tunggu lah 2 bulan lagi, aku pergi" "hm" Setelah itu aku benar-benar pulang, tidak pergi kemana-mana atau mampri keapartemen wanita. * Aletha sekarang sedang menyesap kopinya sambil melihat langit malam dibalkon apartmennya, ia kehilangan ide untuk kelanjutan novelnya. Mencari ide untuk kelanjutan novel itu mudah-mudah susah, kalau sedang lancar Aletha akan menulis tanpa henti jika sedang mengambat seperti ini jadinya. Aletha hanya memandang langit malam sambil menyesap kopinya. Aletha menghirup banyak-banyak udara malam lalu masuk kedalam apartemenya. Setelah mencuci gelas nya Aletha tidur. Karena mau dipaksakan bagaimana pun tetap saja kalau ide sedang menghambat tidak akan bisa melanjutkan menulis. * Pagi-pagi sekali Alvaro bangun dari tidurnya, perutnya sangat lapar. Lalu Alvaro mengingat bahwa semalam ia tidak makan sama sekali. Alvaro menggoreng omlet hanya itu saja keahliannya, selain itu tidak ada yang bisa ia masak. Bisa dikatakan kulkas Alvaro semuanya telur dan makanan cepat saja. Bukankah begini lah kehidupan pria yang mencoba mandiri. Dan sayangnya ini telur terakhir Alvaro, Alvaro memakan omletnya dengan lahap. Apapun rasanya jika lapar semuanya terasa sangat enak. Alvaro mempertimbangkan apakah ia harus ke mini market atau tidak karena uangnya sudah menipis dan sekarang akhir bulan. Alvaro menghela nafas kasar lalu mengambil jaketnya. Ia harus belanja sekarang setidaknya untuk beberapa hari kedepan sebelum ia menerima gaji bulanan. "hai, pagi" sapa Alvaro ketika ia kembali bertemu dengan Aletha. "pagi" "mau kemana?" tanya Alvaro sok akrab sekali. "kemini market depan" jawab Aletha sambil tersenyum. "sama, aku juga mau kesana. Bersama bagaimana?" tawar Alvaro membuat Aletha menganggukan kepalanya. "boleh" Alvaro tidak dapat menyembunyikan senyumnya, ia sangat senang karena bisa pergi kemini market bersama Aletha. Mata Alvaro melotot ketika melihat noda merah dibelakang Aletha. Alvaro yang paham itu noda darah apa langsung melepaskan jaketnya dan memasangkannya dipinggang Aletha. "eh?" Aletha kaget, sedangkan Alvaro tidak tau mau berkata apa. Alvaro menggaruk lehernya yang tidak gatal "anu..anu..kau berdarah" ujar Alvaro membuat Aletha langsung tersadar kalau ini memang jadwal bulanannya. Untung saja mereka masih didalam lift dan didalam lift hanya ada mereka berdua. "terima kasih, Alvaro" ujar Aletha setulus-tulusnya. "Sama-sama" "kau pergi saja, aku akan naik lagi" ujar Aletha ketika lift sudah dilantai dasar. "hm" Alvaro tidak bisa menghentikan Aletha karena ia tahu betul posisi Aletha walaupun dia seorang pria. Sampai dimini market Alvaro mengambil telur dan beberapa mie instan. Sebelum membayar Alvaro mengambil pembalut untuk diberikan pada Aletha, mungkin saja wanitanya sudah kehabisan stok pembalut atau kalau masih ada ya disimpan saja. Alvaro tidak malu membeli pembalut toh Alvaro sudah sering membeli pembalut untuk kakak perempuannya dan ibunya, itu bukan masalah besar bagi Alvaro. Karena tidak tahu Aletha tinggal diunit berapa, Alvaro memekan seluruh bel dilantai 8. Dan senyum nya mengembang ketika unit apartemen nomor 258 itu milik Aletha. "kenapa Alvaro?" tanya Aletha membuat Alvaro langsung memberikan pembalut untuk Aletha. Mata Aletha berbinar menatap pembalut yang diberikan oleh Alvaro. "terima kasih Alvaro, aku bahkan masih tidak tau harus memesan pembalut pada siapa" "baguslah kalau begitu" "sekali lagi terima kasih" "terima kasih terus, bagaimana kalau nanti malam kau undang aku makan malam disini. Aku bosan memakan ini" ujar Alvaro sambil menunjuk belanjaannya, Aletha menganggukan kepalanya. "boleh, nanti malam datang saja kemari" "oke"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
35.9K
bc

Rebirth of The Queen

read
3.7K
bc

Rise from the Darkness

read
8.4K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.8K
bc

TERNODA

read
198.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook