Tok tok tok
Terdengar
suara ketukan dari luar pintu kamarku.
Sial kenapa susah sekali tidur
Aku
berteriak dalam hati, sudah hampir satu setengah jam aku mencoba untuk
memejamkan mataku tapi kenapa tidak sedikitpun aku tertidur, sudah ku lakukan
berbagai cara mulai dari menghadap ke kanan lalu ke kiri, tidur
tengkurap, terlentang, bahkan sambil mendengarkan lagu kesukaanku dari penyanyi
favoritku D.O yang judulnya Rose bahkan
lagu ini masih terus terputar di telingaku yang sedang memakai earphone.
Aku
mengartikan setiap lirik lagu dari D.O jarang sekali D.O mengeluarkan single
berbahasa inggris seperti ini, apalagi untuk pertama kalinya D.O menyanyikan
lagu bahasa inggris dengan pengucapan yang bagus.
Ah aku makin jatuh cinta dengannya. Aku yakin suatu saat aku akan bertemu dengannya, membayangkannya saja sudah membuat perutku menggelitik seperti ada jutaan kupu kupu di dalamnya.
Beginilah aku seorang gadis yang menyukai idol idol korea yang dijadikan sebagai sarana untuk mengihibur diri dari suntuknya masalah yang ada.
Yang kata orang sekarang sebagai sarana healing, aku tak perlu jauh jauh untuk menghibur diri cukup di kamar mendengarkan lagu dan tidur, tak perlu harus mengeluarkan uang puluhan juta terbang ke sana belanja barang branded, ah sangat bukan gayaku.
Sifatku ini sangat berbeda dengan mama, mama bisa menghabiskan puluhan juta bahkan hingga ratusan juta untuk membeli barang barang branded atau pun ke luar negeri.
Pernah suatu waktu
Flashback
“Tyl, lihat ni baju yang dipakai jenny bagus banget” panggil mama saat aku sedang asyik menonton serial kesukaanku
“Hmm” ujarku malas
“Ih kamu ini bukannya nuruti kata orang tua, lihat ni” mama menyodorkan ponselnya kepadaku yang sedang menampilkan i********: jenny.
“Lihat tu bajunya bagus banget kan” mama sekali lagi memuji baju yang dipakai Jenny
“Ya iyalah bagus ma badannya bagus apalagi baju yang dipakainya Channel” ujarku seadanya
“Nah, maka dari itulah karena bajunya Channel makin bagus”
Aku seperti mencium bau bau uang akan terbakar “Tapi sayang belum ada pengirimannya ke Indo” ujar mama sedih
Aku bersorak senang dalam hati, syukulah tidak ada di Indo.
Mungkin pertanyaan ku salah atau aku terlanjur bodoh yang tidak mengenali bagaimana seorang mama “Jadi dimana adanya ma?”
“Katanya sih di New York bentar bentar mama cek dulu”
Lalu aku terkejut melihat reaksi mama selanjutnya “Tylisia, untung kamu nanya gitu jadi mama beneran ngecek ada di new york atau nggak, dan ternyata emang ada. Kamu memang anak mama”
Aku mengernyit heran tak mengerti arah pembicaraan mama “Maksudnya?”
“Ya karena ada di New York besok mama mau pergi ke new york ini mama udah pesan tiketnya” ujar mama sambil memperlihatkan apk pemesanan tiket
Aku menganga tak percaya.
Mama sungguh ajaib.
Mama masuk ke dalam kamarku, ia terkejut melihatku masih dalam keadaan pura-pura tidur.
“Ya
ampun Yaya, bukannya siap siap ini malah masih tidur”
Aku
tidak bergeming, walaupun telingaku mendengarnya, tapi aku sedang berpura-pura
tidur.
Mama
mencoba menggoyangkan badanku, tapi tidak ada reaksi.
Mama
membuka earphone yang masih terpasang di telingaku
“Ni
anak, kalau nggak dipaksa nggak bakalan bangun” ocehan mama semakin terdengar
jelas di telingaku.
semoga mama menyerah kali ini
tapi
harapan tinggallah harapan ternyata mama tetap saja membangunkan ku. Bahkan
sekarang mama sedang menepuk nepuk pipiku supaya aku bangun.
Tahan Tylisia sebentar lagi mama pasti
menyerah
”Tidur
atau mati ni anak” kesal mamanya
Tylisia
terkekeh di dalam hati sepertinya berhasil
Dan
“AWWWW” aku berteriak kesakitan
Bagaimana
tidak mama mencubit perutku dengan sangat keras
“Mangkanya
jangan bohongin orang tua” mama tertawa di atas penderitaanku
“Mama
kok tega sama anaknya sendiri” ringisku masih menahan sakit
“Anaknya
nakal”
“Ma,,
aku nggak pergi ya, aku belum baca buku yang ditugaskan kemarin” ucapku memberi
alasan, sebenarnya aku malas pergi ya karena hal itu, aku belum selesai membaca
bukunya.
“Nggak
ada alasan, nanti kalau kamu nggak bisa ya kamu juga yang malu.” Mama sama
sekali tidak merasa bersalah
“Mama,
aku ini anak mama atau bukan?”
Mama
mengangkat bahu acuh “Mama tunggu 15 menit lagi, kalau kamu nggak datang jangan
harap besok pergi dan pulang sekolah sama sopir”
“MAAA”
Mama
tak peduli dan pergi dari kamarnya, setiap perkataan yang keluar dari mulut
mama adalah sesuatu yang tidak bisa idbantah, jika aku tak menurutinya mama tak
segan segan memberikan hukuman kepadaku, menurutnya dengan seperti itu
aku bisa menjadi anak yang displin dan bertanggung jawab.
***
“Anak
mama cantik banget” mama memuji penampilanku
Akhirnya
aku memutuskan untuk pergi ke kegiatan UWTB itu,
aku tidak mau jika besok dan seterusnya harus pulang menggunakan kendaraan
umum, sesuatu yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.
“Papa
mana ma?” tanyaku kepada mama sebelum berangkat kami pergi ke ruangan
ballroom pertemuan.
“Papa
ada urusan mendadak sama investor tadi, jadi tidak bisa datang.”
Aku
mencebikkan bibirku, sekarang tidak ada satu orang pun yang bisa
menyelamatkanku.
***
Sampailah
aku di ballroom pertemuan yang sangat mewah seperti ballroom yang ada di hotel
berbintang. Setiap kali kesini aku selalu merasakan kekaguman terhadap lukisan
lukisan yang terpajang di dinding ballroom, ballroom ini terdiri dari dua
lantai yang memiliki fungsi yang berbeda. Pada lantai pertama biasanya adalah
tempat untuk pertemuan atau jamuan yang dilakukan oleh orang dewasa dan pada
lantai kedua adalah tempat perkumpulan khusus seluruh keluarga penghuni
komplek, tidak di peruntukkan untuk umum.
Tidak
hanya aku yang ada di ruangan ini, sudah ada beberapa keluarga yang datang
sejak tadi. Aku bisa melihat anak-anak kecil berlari kesana kemari, tapi aku
lebih memilih untuk duduk dikursi panjang yang ada di ruangan, aku mengedarkan
pandanganku untuk mencari Shiden.
Ehm belum terlihat batang hidung Shiden
Padahal
kegiatan ini akan mulai 10 menit lagi, biasanya Shiden dan keluarga tidak
pernah datang terlambat.
Atau aku chat saja dia.
Akhirnya
setelah berdebat panjang dengan pikiranku, aku mengambil ponselku membuka kolom
chat pribadi atas nama Shiden.
*Shiden dimana?*
Pesan
terkirim
Tinggal
menunggu Shiden membacanya, tapi sudah 5 menit pesanku juga belum dibaca oleh
Shiden.
Baiklah
akan aku tunggu 5 menit lagi, mungkin dia dan keluarganya sedang menuju kesini.
Drttt….Drttt…
Ponselku
bordering, aku sudah tahu siapa yang menelfonku.
Segera
aku mencari tempat yang sedikit jauh dari keramaian, lalu menekan tombol hijau.
“Halo”
“Halo” suara Shiden terdengar di seberang sana
“Kamu dimana?”
“Aku lagi di rumah sakit, kak Reiyan
kecelakaan Ya” Suara Shiden terdengar melemah
“Ya ampun, aku kesana ya”
“Rumah sakit Pelita Harapan Tyl kamar bedah VIP
03 ” Shiden memberi informasi mengenai dimana rumah sakit kakaknya dirawat,
disaat seperti ini aku harus ada untuk Shiden. Hal itulah yang membuat
persahabatan kami terus terjalin sampai sekarang.
Aku
berjalan ke ruang tengah dimana semuanya berkumpul, ketika aku melihat mama aku
langsung mendekat kepadanya untuk meminta izin pergi ke rumah sakit
“Ma”
bisikku ke telinganya
“Iya
ada apa?” mama menatapku
“Ma,
kak Reiyan kecelakaan sekarang di rawat di rumah sakit Pelita Harapan”
“Ya
ampun, kapan?” sudah kuduga reaksi mama akan sama sepertiku
“Aku
belum dapat informasi Ma, ini aku mau kesana boleh kan Ma?” tanyaku meminta
izin kepada mama
“Iya
boleh, mintak antar pak Dedi aja ya” mama mengizinkanku untuk pergi
Aku
segera beranjak pergi meninggalkan ruangan ini, masih kudengar pesan mama
“Nanti kabari kalau udah sampai”
Aku
hanya mengangkat tanganku membentuk tanda oke sambil terus berlari ke luar, aku
sudah menguhubungi pak Dedi, dan sekarang pak Dedi sudah menunggu di bawah.
***
Aku
sampai di rumah sakit Pelita Harapan.
“Permisi
mbak, kamar bedah VIP.03 dimana ya?” tanyaku kepada salah satu perawat yang
sedang berjaga di meja resepsionis
“Mbak
nanti naik lift kelantai 2, kemudian belok kanan nah disana khusus kamar VIP
mbak lihat saja nanti nomornya.”
“Baik
mbak, terimakasih” segera aku pamit setelah tahu letak kamar kakaknya Shiden.
Aku
menaiki lift ke lantai 2 seorang diri, karena pak Dedi tidak ingin ikut
ditambah pengunjung rumah sakit cukup sepi hari ini.
*Ting*
Pintu
lift terbuka, aku segera berbelok ke kanan menyusuri koridor ini untuk mencari
kamar VIP 03
VIP.03
Aku
akhirnya menemukan kamar VIP.03, aku sedikit ragu untuk mengetuk pintu
kamarnya, takutnya aku akan menganggu kakaknya yang sedang beristirahat.
Akhirnya
aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada Shiden, untuk memberitahu
keberadaanku.
*Shiden aku di luar*
Pesanku
langsung dibaca oleh Shiden
Tak
beberapa lama pintu di depanku terbuka, menampakkan wajah Shiden yang tampak
lelah, aku tahu ia sedang tidak baik-baik saja.
“Masuk
Ya” Shiden mempersilahkanku masuk
saat
aku memasuki kamar itu, aku bisa melihat kedua orang tua Shiden sedang
berpelukan seperti saling menguatkan. Apakah separah itu keadaan kak Reiyyan.
Aku
mengalihkan pandanganku ke arah ranjang dimana kak Reiyyan sedang terbaring,
aku terkejut melihat begitu banyak alat bantu pernafasan yang terpasang di
tubuhnya, bunyi suara Elektrokardiogram (EKG) memenuhi ruangan ini.
Beberapa
saat kemudian, mama Shiden mengetahui kedatanganku
“Tylisia,
udah sampai”
“Iya
Tante” aku langsung memeluk mama Shiden, menyalurkan seluruh kekuatanku kepada
beliau.
“Doain
kak Reiyyan ya Tyl”
aku
mengangguk dalam pelukannya, aku harus menahan tangisku agar tak membuat
suasana semakin sedih.
Mama
Shiden melepaskan pelukannya, dan kembali mendekat kepada kak Reiyyan.
Shiden
menatapku, dan memberi kode agar aku keluar bersamanya. Aku langsung mengikuti
langkahnya. Aku dan Shiden duduk di kursi panjang yang ada di balkon lantai 2
yang tepat berada di samping kamar kakak Shiden.
“Aku
takut Ya” satu kata yang meluncur dari bibir Shiden membuatku tahu apa yang
sedang dirasakan Shiden.
Aku
tak bisa menjawab perkataannya, yang aku lakukan adalah mengenggam tangannya
dengan harapan bisa membuatnya merasakan bahwa aku ada disini dan jangan takut.
“Aku
takut kak Reiyyan ninggalin kami semua”
“Hush,
kamu nggak boleh ngomong seperti itu, aku yakin kak Reiyyan bakalan kembali
normal”
“Kak Reiyyan terlalu baik Tyl”