0.11

1632 Kata
Tok tok tok Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamarku. Sial kenapa susah sekali tidur Aku berteriak dalam hati, sudah hampir satu setengah jam aku mencoba untuk memejamkan mataku tapi kenapa tidak sedikitpun aku tertidur, sudah ku lakukan berbagai cara mulai dari menghadap ke kanan lalu ke kiri, tidur tengkurap, terlentang, bahkan sambil mendengarkan lagu kesukaanku dari penyanyi favoritku D.O yang judulnya Rose bahkan lagu ini masih terus terputar di telingaku yang sedang memakai earphone. Aku mengartikan setiap lirik lagu dari D.O jarang sekali D.O mengeluarkan single berbahasa inggris seperti ini, apalagi untuk pertama kalinya D.O menyanyikan lagu bahasa inggris dengan pengucapan yang bagus. Ah aku makin jatuh cinta dengannya. Aku yakin suatu saat aku akan bertemu dengannya, membayangkannya saja sudah membuat perutku menggelitik seperti ada jutaan kupu kupu di dalamnya. Beginilah aku seorang gadis yang menyukai idol idol korea yang dijadikan sebagai sarana untuk mengihibur diri dari suntuknya masalah yang ada. Yang kata orang sekarang sebagai sarana healing, aku tak perlu jauh jauh untuk menghibur diri cukup di kamar mendengarkan lagu dan tidur, tak perlu harus mengeluarkan uang puluhan juta terbang ke sana belanja barang branded, ah sangat bukan gayaku. Sifatku ini sangat berbeda dengan mama, mama bisa menghabiskan puluhan juta bahkan hingga ratusan juta untuk membeli barang barang branded atau pun ke luar negeri. Pernah suatu waktu Flashback “Tyl, lihat ni baju yang dipakai jenny bagus banget” panggil mama saat aku sedang asyik menonton serial kesukaanku “Hmm” ujarku malas “Ih kamu ini bukannya nuruti kata orang tua, lihat ni” mama menyodorkan ponselnya kepadaku yang sedang menampilkan i********: jenny. “Lihat tu bajunya bagus banget kan” mama sekali lagi memuji baju yang dipakai Jenny “Ya iyalah bagus ma badannya bagus apalagi baju yang dipakainya Channel” ujarku seadanya “Nah, maka dari itulah karena bajunya Channel makin bagus” Aku seperti mencium bau bau uang akan terbakar “Tapi sayang belum ada pengirimannya ke Indo” ujar mama sedih Aku bersorak senang dalam hati, syukulah tidak ada di Indo. Mungkin pertanyaan ku salah atau aku terlanjur bodoh yang tidak mengenali bagaimana seorang mama “Jadi dimana adanya ma?” “Katanya sih di New York bentar bentar mama cek dulu” Lalu aku terkejut melihat reaksi mama selanjutnya “Tylisia, untung kamu nanya gitu jadi mama beneran ngecek ada di new york atau nggak, dan ternyata emang ada. Kamu memang anak mama” Aku mengernyit heran tak mengerti arah pembicaraan mama “Maksudnya?” “Ya karena ada di New York besok mama mau pergi ke new york ini mama udah pesan tiketnya” ujar mama sambil memperlihatkan apk pemesanan tiket Aku menganga tak percaya. Mama sungguh ajaib. Mama masuk ke dalam kamarku, ia terkejut melihatku masih dalam keadaan pura-pura tidur. “Ya ampun Yaya, bukannya siap siap ini malah masih tidur” Aku tidak bergeming, walaupun telingaku mendengarnya, tapi aku sedang berpura-pura tidur. Mama mencoba menggoyangkan badanku, tapi tidak ada reaksi. Mama membuka earphone yang masih terpasang di telingaku “Ni anak, kalau nggak dipaksa nggak bakalan bangun” ocehan mama semakin terdengar jelas di telingaku. semoga mama menyerah kali ini tapi harapan tinggallah harapan ternyata mama tetap saja membangunkan ku. Bahkan sekarang mama sedang menepuk nepuk pipiku supaya aku bangun. Tahan Tylisia sebentar lagi mama pasti menyerah ”Tidur atau mati ni anak” kesal mamanya Tylisia terkekeh di dalam hati sepertinya berhasil Dan “AWWWW” aku berteriak kesakitan Bagaimana tidak mama mencubit perutku dengan sangat keras “Mangkanya jangan bohongin orang tua” mama tertawa di atas penderitaanku “Mama kok tega sama anaknya sendiri” ringisku masih menahan sakit “Anaknya nakal” “Ma,, aku nggak pergi ya, aku belum baca buku yang ditugaskan kemarin” ucapku memberi alasan, sebenarnya aku malas pergi ya karena hal itu, aku belum selesai membaca bukunya. “Nggak ada alasan, nanti kalau kamu nggak bisa ya kamu juga yang malu.” Mama sama sekali tidak merasa bersalah “Mama, aku ini anak mama atau bukan?” Mama mengangkat bahu acuh “Mama tunggu 15 menit lagi, kalau kamu nggak datang jangan harap besok pergi dan pulang sekolah sama sopir” “MAAA” Mama tak peduli dan pergi dari kamarnya, setiap perkataan yang keluar dari mulut mama adalah sesuatu yang tidak bisa idbantah, jika aku tak menurutinya mama tak segan segan memberikan hukuman kepadaku, menurutnya dengan seperti itu aku bisa menjadi anak yang displin dan bertanggung jawab. *** “Anak mama cantik banget” mama memuji penampilanku Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kegiatan UWTB itu, aku tidak mau jika besok dan seterusnya harus pulang menggunakan kendaraan umum, sesuatu yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. “Papa mana ma?” tanyaku kepada mama sebelum berangkat kami pergi ke ruangan ballroom pertemuan. “Papa ada urusan mendadak sama investor tadi, jadi tidak bisa datang.” Aku mencebikkan bibirku, sekarang tidak ada satu orang pun yang bisa menyelamatkanku. *** Sampailah aku di ballroom pertemuan yang sangat mewah seperti ballroom yang ada di hotel berbintang. Setiap kali kesini aku selalu merasakan kekaguman terhadap lukisan lukisan yang terpajang di dinding ballroom, ballroom ini terdiri dari dua lantai yang memiliki fungsi yang berbeda. Pada lantai pertama biasanya adalah tempat untuk pertemuan atau jamuan yang dilakukan oleh orang dewasa dan pada lantai kedua adalah tempat perkumpulan khusus seluruh keluarga penghuni komplek, tidak di peruntukkan untuk umum. Tidak hanya aku yang ada di ruangan ini, sudah ada beberapa keluarga yang datang sejak tadi. Aku bisa melihat anak-anak kecil berlari kesana kemari, tapi aku lebih memilih untuk duduk dikursi panjang yang ada di ruangan, aku mengedarkan pandanganku untuk mencari Shiden. Ehm belum terlihat batang hidung Shiden Padahal kegiatan ini akan mulai 10 menit lagi, biasanya Shiden dan keluarga tidak pernah datang terlambat. Atau aku chat saja dia. Akhirnya setelah berdebat panjang dengan pikiranku, aku mengambil ponselku membuka kolom chat pribadi atas nama Shiden. *Shiden dimana?* Pesan terkirim Tinggal menunggu Shiden membacanya, tapi sudah 5 menit pesanku juga belum dibaca oleh Shiden. Baiklah akan aku tunggu 5 menit lagi, mungkin dia dan keluarganya sedang menuju kesini. Drttt….Drttt… Ponselku bordering, aku sudah tahu siapa yang menelfonku. Segera aku mencari tempat yang sedikit jauh dari keramaian, lalu menekan tombol hijau. “Halo” “Halo” suara Shiden terdengar di seberang sana “Kamu dimana?” “Aku lagi di rumah sakit, kak Reiyan kecelakaan Ya” Suara Shiden terdengar melemah “Ya ampun, aku kesana ya” “Rumah sakit Pelita Harapan Tyl kamar bedah VIP 03 ” Shiden memberi informasi mengenai dimana rumah sakit kakaknya dirawat, disaat seperti ini aku harus ada untuk Shiden. Hal itulah yang membuat persahabatan kami terus terjalin sampai sekarang. Aku berjalan ke ruang tengah dimana semuanya berkumpul, ketika aku melihat mama aku langsung mendekat kepadanya untuk meminta izin pergi ke rumah sakit “Ma” bisikku ke telinganya “Iya ada apa?” mama menatapku “Ma, kak Reiyan kecelakaan sekarang di rawat di rumah sakit Pelita Harapan” “Ya ampun, kapan?” sudah kuduga reaksi mama akan sama sepertiku “Aku belum dapat informasi Ma, ini aku mau kesana boleh kan Ma?” tanyaku meminta izin kepada mama “Iya boleh, mintak antar pak Dedi aja ya” mama mengizinkanku untuk pergi Aku segera beranjak pergi meninggalkan ruangan ini, masih kudengar pesan mama “Nanti kabari kalau udah sampai” Aku hanya mengangkat tanganku membentuk tanda oke sambil terus berlari ke luar, aku sudah menguhubungi pak Dedi, dan sekarang pak Dedi sudah menunggu di bawah. *** Aku sampai di rumah sakit Pelita Harapan. “Permisi mbak, kamar bedah VIP.03 dimana ya?” tanyaku kepada salah satu perawat yang sedang berjaga di meja resepsionis “Mbak nanti naik lift kelantai 2, kemudian belok kanan nah disana khusus kamar VIP mbak lihat saja nanti nomornya.” “Baik mbak, terimakasih” segera aku pamit setelah tahu letak kamar kakaknya Shiden. Aku menaiki lift ke lantai 2 seorang diri, karena pak Dedi tidak ingin ikut ditambah pengunjung rumah sakit cukup sepi hari ini. *Ting* Pintu lift terbuka, aku segera berbelok ke kanan menyusuri koridor ini untuk mencari kamar VIP 03 VIP.03 Aku akhirnya menemukan kamar VIP.03, aku sedikit ragu untuk mengetuk pintu kamarnya, takutnya aku akan menganggu kakaknya yang sedang beristirahat. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada Shiden, untuk memberitahu keberadaanku. *Shiden aku di luar* Pesanku langsung dibaca oleh Shiden Tak beberapa lama pintu di depanku terbuka, menampakkan wajah Shiden yang tampak lelah, aku tahu ia sedang tidak baik-baik saja. “Masuk Ya” Shiden mempersilahkanku masuk saat aku memasuki kamar itu, aku bisa melihat kedua orang tua Shiden sedang berpelukan seperti saling menguatkan. Apakah separah itu keadaan kak Reiyyan. Aku mengalihkan pandanganku ke arah ranjang dimana kak Reiyyan sedang terbaring, aku terkejut melihat begitu banyak alat bantu pernafasan yang terpasang di tubuhnya, bunyi suara Elektrokardiogram (EKG) memenuhi ruangan ini. Beberapa saat kemudian, mama Shiden mengetahui kedatanganku “Tylisia, udah sampai” “Iya Tante” aku langsung memeluk mama Shiden, menyalurkan seluruh kekuatanku kepada beliau. “Doain kak Reiyyan ya Tyl” aku mengangguk dalam pelukannya, aku harus menahan tangisku agar tak membuat suasana semakin sedih. Mama Shiden melepaskan pelukannya, dan kembali mendekat kepada kak Reiyyan. Shiden menatapku, dan memberi kode agar aku keluar bersamanya. Aku langsung mengikuti langkahnya. Aku dan Shiden duduk di kursi panjang yang ada di balkon lantai 2 yang tepat berada di samping kamar kakak Shiden. “Aku takut Ya” satu kata yang meluncur dari bibir Shiden membuatku tahu apa yang sedang dirasakan Shiden. Aku tak bisa menjawab perkataannya, yang aku lakukan adalah mengenggam tangannya dengan harapan bisa membuatnya merasakan bahwa aku ada disini dan jangan takut. “Aku takut kak Reiyyan ninggalin kami semua” “Hush, kamu nggak boleh ngomong seperti itu, aku yakin kak Reiyyan bakalan kembali normal” “Kak Reiyyan terlalu baik Tyl”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN