Perusahaan Barones bisa di katakan termasuk pesohor dalam negeri. Mereka mampu menembus pasar internasional di bawah kepemimpinan Emos Katinggan. Perusahaan Aditia sendiri bergerak di bidang ekspor impor yang selalu bermitra dengan banyak perusahaan lain termasuk Barones Group.
Karena terlalu banyak hal yang di butuhkan, Tuan Emos Barones meminta Aditia mengirimkan salah satu ornag kepercayaannya untuk menduduki satu posisi di perusahaan. Karena bisa di bilang dalam ranah lain Aditia juga memiliki saham yang cukup besar di perusahaan ini.
"Selamat pagi Eon Goroses," Sapa Tuan Emos Barones pada anak muda tersebut.
"Selamat pagi Tuan!" jawabnya dengan senyum sumringah. Tampan dan Elegan, itulah yang dia lihat dari sosok Tuan Emos Barones yang sangat jauh berbanding terbalik dengan istrinya. Ada rasa bangga Eon Goroses pada pria tua tersebut karena dia tidak lekang oleh waktu. "Anda terlihat awet muda Tuan,"
"Terimakasih! maaf karena bisa menemui kamu pagi ini. Saat aku pulang kau sudah pergi ternyata. Sudah bertemu istriku, Sharoon dan Katie?"
Eon Goroses menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Sudah Tuan," jawabnya.
"Baguslah, karena aku dengar dari Nyonya Fransisca kau mau di jodohkan dengan Sharoon. Luar biasa sekali, karena Sharoon bukan wanita yang mudah kau pasti akan kesulitan menghadapinya."
Aduh, nasi sudah menjadi bubur! semua sudah terjadi karena dirinya sendirilah yang melakukan kesalahan. Membeli kucing dalam karung! ah luar biasa sekali kau Eon Goroses! umpatnya pada diri sendiri.
"Bagaimana menurutmu Sharoon? dia anak yang agresif dan selalu pandai bicara. Aku sangat suka tingkah anak gadis itu! dia selalu berusaha jujur dengan keadaan."
"Bukankah Katie lebih baik?" tanya Eon Goroses dengan wajah bingungnya. "Dia terlihat cerdas dan bergaya! sangat menunjukkan sisi kalangan atas."
Tuan Emos Barones tersenyum! "Aku tahu mana yang lebih baik! walau mereka semua anakku, aku sangat paham karakter masing-masing hingga bisa menilai dengan baik.
Eon Goroses tidak menjawab kembali karena dia tidak paham dengan yang Tuan Emos Barones katakan. "Tuan, darimana saya akan mulai?" pria itu mencoba mencairkan suasana.
"Kau akan mulai dari Direktur perencanaan! aku sudah mengkonfirmasi semua pada Papi-mu. Apa kau menerima apa yang kami inginkan?"
"Terimakasih atas kesempatannya Tuan,"
"Kalau begitu silahkan kau dan Sharoon berangkat ke Bogor untuk melihat perkembangan pabrik Teh di sana!"
"Tapi Tuan saya lebih ke arah perhotelan,"
"Di sana juga ada hotelnya Eon Goroses! hubungi Sharoon dan kau akan senang ketika pergi dengannya. Aku yang tua ini saja merasa segar jika dia teman perjalanan. Dia akan banyak bercerita hingga lelahmu hilang."
"Ouh, baiklah Tuan, terimakasih banyak,"
Eon Goroses pun di antar oleh sekretaris Tuan Emos Barones menuju ruangannya dimana Sharoon sudah berada di sana sebagai sekretaris pria tersebut.
Tok tok,
"Silahkan masuk," jawab Sharoon yang membuka pintu dan memberi hormat pada Eon Goroses.
Mata pria itu tak bisa berhenti menatap Sharoon, rambut rapi dengan blezer berwarna abu muda. Di padankan dengan rok span yang sangat pendek hingga menampilkan kaki jenjangnya.
"Ke, kenapa kau tampak berubah? tutup pahamu itu,?"
Sharoon menatap dirinya! "Apa yang salah Tuan, apa aku melakukan sesuatu pada anda?"
"Eh, apa cara bicara itu? kenapa kau lembut sekali! apa kau kesurupan?"
Sharoon menarik napasnya! "Tuan ini di kantor, bisakah anda bersikap normal?"
Eon Goroses memainkan telunjuknya! "Oh iya, kau sengaja seperti ini karena berada di perusahaan. Dirimu tak ingin perusahaan ini melihat sisi gilamu, pintar sekali!"
Sharoon berbalik malas! terserah saja dia mau bicara apa, wanita tersebut tidak terlalu peduli dengan apa yang ingin dia katakan. Yah, dirinya memang menjaga diri saat di perusahaan karena ingin menunjukkan pada sang Papi bahwa dirinya cukup mampu berada di perusahaan.
"Terserah, tapi aku harap kau lebih profesional untuk menunjukkan seberapa pantas dirimu berada di posisi ini. Antara kau dan dan aku kita sama-sama menginginkan kepercayaan, bukan? ayo sama-sama mensukseskan proyek keren ini." ucapnya penuh semangat.
Eon Goroses yang berada di sana merasa tak enak hati. Dia pun ingin bersiap profesional juga. "Baik, maafkan semua sikapku yang tidak profesional,"
"Beda di rumah, beda di perusahaan. Oke!" Sharoon kembali ke mejanya dan menata beberapa poin yang harus Eon Goroses ketahui. "Kita akan menginap di Villa perusahaan yang ada di sana selama satu minggu."
Eon Goroses mengangguk sambil mencatat dengan I-pad beberapa yang Sharoon katakan. "Maaf Sharoon, apa aku harus menggunakan pakaian kemeja setiap harinya?"
Sharoon menatap Eon Goroses dan menarik napasnya dalam! "Apa ini pekerjaan pertamamu? Aku harap tidak! karena aki akan sangat kerepotan kerenamu,"
Dia terdiam sebelum menjawab! "Iya, ini pekerjaan pertamaku! aku harap kau bisa membantu agar aku lebih baik, Profesional! bukankah itu yang kau katakan?"
"Baiklah, kita berpikir pada kata profesional dan aku harap kalimat itu membekas di otakmu, Sekarang lebih baik kita pulang karena tidak ada pekerjaan di sini! kita harus punya tubuh yang Fit dan bersemangat!"
Eon Goroses mengangguk dan membereskan semua peralatan yang sudah dia keluarkan tadi. "Aku tak tahu harus bagaimana, tapi kau harap kau mendukung semua usaha ini dengan hati yang ikhlas."
"Bukankah aku sudah mengatakan ini sejak awal? Profesional! aku harap kau memiliki sikap ini dengan benar."
Mereka berdua masuk ke dalam lift dan Ting, pintu terbuka! Ada Nyonya Fransisca dan Nyonya Emanuela di sana,
"Mami, mau kemana?"
"Pergi arisan dan jalan-jalan! kami akan pergi berdua ke makam sahabat lama kami dan beli oleh-oleh. Bagaimana? Mami sudah tua Eon Goroses saatnya senang-senang."
"Tapi aku-"
"Kenapa?"
"Biar aku saja yang membantumu nanti, biar saja orangtua kita pergi kali ini. Lagipula berapa umurmu,?"
Eon Goroses merasa kesal dan malu di buat oleh Sharoon di depan orangtuanya seperti ini. "Ya sudah, Mami hati-hati! Nyonya Nyonya Emanuela juga ya,"
"Terimakasih Eon Goroses, kami naik dulu karena ingin bertemu dengan papinya Sharoon," Eon Goroses mengangguk dan meninggalkan tempat itu.
Selama di perjalanan mereka berdua hanya diam tak banyak bicara, hanya saja macet di perjalanan membuat mereka sedikit lama untuk tiba di rumah.
"Sudah pulang Mas,"
"Katie," Sapa Eon Goroses ramah.
Sedangkan Sharoon langsung pergi masuk ke dalam kamarnya. Dia malas terlalu lama berada di sana, takut meninmbulkan perasaan tidak nyaman. Selama ini Katie selalu pandai memutar balikkan fakta, dan itu sangat mengerikan bagi Sharoon.
Wanita yang baru selesai mandi itu langsung turun ke lantai bawah untuk makan malam dan naik lagi ke kamarnya setelah selesai. "Kau, apa yang kau lakukan di sini?" Sharoon yang hanya mengenakan handuk terkejut dengan kehadiran Eon Goroses.
Pria itu pun sama! dia tidak menyangka kalau Sharoon akan keluar dengan menggunakan handuk yang sangat pendek. Buah dadanya yang padat terlihat melimpah di tambah paha yang kecil dan mulus membuat Eon Goroses tergugup dan menelan salivanya.
"Ak, aku ingin kau membereskan beberapa bajuku! aku tak pandai beberes," ucapnya sambil memalingkan wajah.
Sharoon merasa kesal dan akhirnya berteriak! "Lebih baik kau keluar b******k atau aku akan menginjak-injakmu,"
"Oke," Jawabnya sambil mengangkat tangan ke atas. “Ah bisa-bisanya dia hampir bertelanjang seperti itu…” ucapnya dalam hati sambil mengumpat kesal.