Prolog

317 Kata
Sweet Moments. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang event organizer adalah kompetitor terbaik dari Hello,Wedding!. Berbeda dengan Hello,Wedding! yang mengawali karir sebagai wedding organizer sebelum merambah mengurusi beragam acara. Sejak awal Sweet Moments memang fokus mengurusi berbagai jenis acara termasuk pernikahan. Sebagai dua kompetitor, sudah jadi hal biasa jika segala isu terkait lawan bisnis menjadi santapan paling menyenangkan bagi para pekerja. Apalagi baik Hello,Wedding! maupun Sweet Moments berbagi satu gedung perkantoran yang sama. “Katanya direktur baru Hello,Wedding! ganteng banget.” Alih-alih membicarakan bagaimana dua direktur Hello,Wedding! dan ketua tim perencanaannya yang mengundurkan diri. Para pekerja Sweet Moments malah memilih topik soal direktur baru rival bisnis mereka menjadi topik yang lebih menyenangkan untuk dibahas. Dini, yang kebetulan berhasil mengamankan tempat ternyaman untuk menyimak gosip terhangat yang dibawakan salah satu kerjanya mendengarkan dengan seksama. “Yah, kalau ganteng mah dua big boss kita juga ganteng kok.” Sahutan lain datang dari rekan kerjanya yang kini jadi bersemu merah sendiri. “Sayang satunya udah sold out.” “Eits selama janur kuning belum melengkung, masih sah aja buat kita kejar yang satu-“ “Dini.” Suasana pantri yang semula riuh, mendadak hening. Semua orang langsung menoleh ke asal suara, terutama Dini yang baru saja disebut namanya. Suara barusan sangat familiar di telinga mereka, jadi wajar saja kalau orang-orang itu refleks menahan napas. Gugup sendiri sebab ‘tokoh utama’ pembicaraan mereka telah tiba. “Ya Pak Ardi?” Ardi yang semula fokus membaca sesuatu dari layar ponselnya, kini menatap ke arah Dini. “Jam 11 nanti kamu tolong handle klien dari tim 3 ya. Mbak Erna nggak masuk.” “Baik pak.” Tak butuh waktu lama sampai big boss meninggalkan area pantri. Berjalan menuju ruangannya yang ada di sudut lain lantai di mana mereka berada. Napas-napas yang tertahan, secara serentak terhela. Beberapa dari mereka, wajahnya merah karena tersipu. “Yaampun seperti biasa, Pak Ardi ganteng banget.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN