PROLOG

506 Kata
Lenguhan nafas merajai malam ini di sebuah kamar yang berhias bermacam foto dan juga hiasan abstrak. Desahan dan usapan kasar hingga lembut  bergerak sesuai arah keinginan si empunya. Semakin basah dan saling bertautan namun mereka tidak ingin berhenti kecuali salah satunya tumbang dalam permainan panas ini.  "Aaaah...  Dinda"....  Suara pria itu hanya mampu menyebut nama Dinda berkali-kali. Ia kehabisan kata-kata untuk menggambarkan rasa nikmat yang ia rasakan.  Tubuh seorang gadis cantik terus bergerak maju dan mundur, sesekali ia berputar meggaduk keperkasaan pria di bawahnya. Dinda ingin mengontrol pria tampan di bawahnya dan ia tidak ingin dihentikan. Dinda menarik perlahan kedua tangan pria itu untuk memaikan putingnya yang masih mengeras sempurna. Seperti paham apa yang Dinda inginkan, pria tampan itu pun mengusap lembut puncak p****g kemerahan  ini. Memaikannya di ujung jarinya dan memutari sekelilingnya hingga Dinda mendesah keras. Alhasil Dinda mulai bergerak tidak menentu.  Ia terpacu untuk membuat pria ini merasakan gerakan tubuhnya yang semakin menuntut lebih untuk terpuaskan hingga percikan basah itu membanjiri milik mereka berdua. Nafas dinda masih belum teratur, ia masih ingin menjerit dan tubuhnya belum memberika  sinyal akan rasa puas. Pria itu ingin  menyerah namun ia merasa tertantang saat Dinda menarik bibir bawahnya dan berbisik lembut menggoda. " Masih kuat ga Mas?". Pria itu mengangguk dan membalik tubuh Dinda dengan kasar, kini ia ingin membuat wanitanya memohon ampun dan menjerit segila mungkin. Ia akan  jadi seorang pria penakluk luapan nafsu seorang perempuan yang polos namun binal menggoda.  "Dinda.. Kenapa seliar ini sih"...  Tanya terengah-engah sambil terus memacu pasti.  " Aku hanya liar ketika kulit kita bersentuhan seperti ini Mas, selebihnya aku tetap gadis kecil kamu yang polos" Sahut Dinda memamerkan senyum nakalnya.  Pria itu hanya mampu tersenyum lembut dan ia kembali memfokuskan ke pergerakan  miliknya yang semakin cepat. Dengan cepat ia menghisa kuat bibir bawah Dinda yang menggoda, menyusup ke celah dalam hingga lidah mereka saling bertemu. Kini desahan Dinda tertelan oleh ciuman nakal itu.  "Cepet-cepet Mas, aku mau keluar lagi nih" Pinta Dinda di sela pagutan kuat prianya.  Lalu gerakan itu mulai tidak terkendali, hentakan kasar dan desahan itu beradu. Hisapan, gigitan juga remasan menyentuh semua kulit tubuh mereka berdua. Dinda berkali-kali memaki karena rasa nikmat yang luar biasa.  Ia semakin lupa diri dan tidak ingin berhenti, ia lupa jika pria di atas tubuhnya adalah kakaknya sendiri. Ia Mas Pandu, pria yang menjadi saudara lelakinya. Mereka kini saling berbagi kenikmatan di usia Dinda yang masih belia, 17 tahun tubuhnya telah menggoda untuk di lahap. Bukan Pandu yang memaksa namun Dinda yang menggoda, memohon untuk menjamah tubuhnya.  Gadis yang ia panggil adik itu berubah liat seperti ini, Pandu merasa bersalah namun Dinda tidak peduli. Ia hanya ingin melepas keperawanannya pada pria tampan ini...  Dinda mempunyai alasan yang tepat. Ia menyayangi Pandu melebih rasa saudara itu sendiri dan pada Pandu lah harta berharga ini ia persembahkan sebelum tangan menjijikan lainnya menjamah tubuhnya.  Dinda memang segila itu, ia hanya ingin memuaskan hal yang membuat hidupnya hancur saat tangan pria yang ia anggap pelindung berani menyentuhnya tanpa izin. Bahkan saat usianya masih memeluk boneka untuk bermain.. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN