INCEST

2604 Kata
Saat Adinda berumur 9 tahun sampai usianya 18 tahun ia tinggal bersama tante Maria. Sebenarnya tante ini hanyalah kerabat jauh mendiang almarhum ibunya. Ketika ayah Adinda memutuskan untuk pergi meninggalkan Adinda ia pun menitipkannya pada tante Maria. Tante Maria ini seorang janda mempunyai satu anak yang berusia 3 tahun di atas Adinda. Anaknya bernama Pandu, karena kesibukan ibunya sebagai single parent yang bekerja.  Pandu telah terbiasa sendiri dirumah. Saat Adinda datang ia sangat senang, karena Pandu ingin sekali mempunyai seorang adik. Tante Maria juga menyayangi Adinda selayaknya anak kandungnya. Bagaimanapun jasa mendiang ibu Adinda dahulu sangat besar untuknya. Ia juga sangat bahagia melihat Pandu begitu menyayangi Adinda. Ia tak merasa cemas lagi jika meninggalkan Pandu sendiri dirumah. Saat itu usia Adinda menginjak 9 tahun dan Pandu 12 tahun. Mereka sangat akrab seperti saudara kandung. Tumbuh bersama hingga mereka dewasa, namun perubahan besar terjadi. Pandu mulai sibuk dengan kuliahnya, ia tak lagi memperhatikan Adinda. Adinda pun merasakan perasaan kesepian luar biasa, ia mulai berteman dengan siapa saja. Mau itu baik ataupun nakal dinda berteman saja. Saat itu ayahnya datang kembali dan memaksanya untuk tinggal dengannya. Adinda tak mampu melawan kehendak ayah dan istri barunya. Namun yang adinda dapatkan sama saja, ayahnya selalu sibuk begitu juga ibu tirinya. Ia terkadang datang kerumah Tante Maria, dan bertemu Pandu. Pria itu sadar jika ia mulai kehilangan Adinda sejak pindah dari rumahnya. Mereka kembali akrab seperti dulu, bahkan banyak yang salah mengira jika Adinda adalah pacar Pandu. Karena ayahnya dinda lebih merasa anaknya nyaman dirumah Tante Maria, ia pun mengijinkan Adinda kembali kesana. Sebuah kebahagian terbesar buat Adinda ataupun Pandu. **** Adinda baru kembali dari sekolahanya setelah selesai mengurus berbagai berkas untuk persyaratan masuk universitas. Ia dalam suasana hati yang sangat kesal, bagaimana tidak ia baru saja putus dengan pacarnya yaitu Satria. Alasannya pun sangat konyol, karena pria itu tak sanggup hanya berpacaran dengan Adinda. Jadi selingkuhannya Satria itu banyak, dan cuman dipakai untuk teman tidur. Adinda tak bisa menerima alasan itu, kenapa Satria tak mengambil keperawanannya saja ketimbang ia harus tidur dengan wanita lain. Adinda masuk kamar dengan penuh emosi, ia pun membuka semua bajunya dan menyisakan bra juga panty nya saja. Adinda telah terbiasa seperti ini, karena nyaman. Ia pun terbaring nikmat dikasurnya, tiba-tiba saja dinda kepikiran untuk menonton film yang didapatnya dari laptop Pandu. Film itu sejenis porno namun agak soft sih.. (semi film) jadi tidak terlalu vulgar. Ia lalu membuka ponsel dan memasang earphone ditelingannya, dengan serius ia menonton setiap adegan di film itu. Bahkan sekarang Adinda mulai terangsang melihat salah satu adegan dimana pria bermain dengan p******a wanitanya. Ia begitu menikmati setiap kuluman di p****g wanita itu. Tanpa sadar Adinda meraba payudaranya sendiri, namun sia-sia saja rasanya tak senikmat yang biasa ia dapatkan dari satria. Ahhh dinda jadi merindukan lidah pria itu jika ia menjilati seluruh p******a dan vaginanya. Tiba-tiba pintu adinda terbuka dengan keras dan terlihat Pandu masuk. Namun ia terkejut melihat Adinda yang setengah naked dihadapannya. Adinda hanya tersenyum malu, ia berusaha santai. Bukankah mereka telah terbiasa saling terlihat begini, tapi itu dulu sih saat kecil. "Aduh adek... maaf mas Pandu ga tau kalo adek lagi polosan gitu hehehe, mas Pandu keluar ya.." ucap Pandu dengan wajah yang memerah.. (Bayangin aja melihat tubuh remaja diusia 18 tahun dengan begitu sempurna, cowok normal mana yang ga ngaceng kan yaa).  "Ih Mas Pandu.. sok canggung gitu deh, adek naked disini juga mas Pandu ga bakalan h***y kali" ujar dinda mencoba bersikap santai. Pandu hanya tersenyum dan agak bimbang.. mau keluar apa kembali masuk kekamar dinda, tapi yang punya kamar saja seolah-olah welcome Pandu masuk. "Sini Mas Pandu...adek mau cerita nih..." "Cerita apaan.. masalah cowok pasti?" "Iyaa..lah.. sini mas.." Akhirnya Pandu mengalah lalu ia menghampiri Adinda yang masih santai tanpa mencoba menutupi tubuhnya sama sekali. Pandu pun menahan keinginan liarnya yang tersembunyi. Ia melihat film semi yang biasa Pandu tonton di laptopnya. Pandu agak terkejut, darimana dinda mendapatkannya. "Adek.. dapat dari mana film beginian ?" Tunjuk Pandu ke ponsel dinda.. Adinda hanya melirik sambil tersenyum..dan menarik tangan pandu untuk ia tiduri. "Laptop Mas pandu dong..." "Ih berani banget sih...ambil-ambil gitu" "Biarin.. adek kan penasaran gimana sih liat cowok sama cewek gituan ?' Mata Pandu setengah melotot ke arah Adinda, astaga ini anak kenapa seliar ini sih. Lama-lama bikin khilaf jadinya. Pandu pun mencubit keras pipi Adinda hingga gadis itu mengerang kesakitan. Ia pun bangun dan memukul lengan Pandu. "Sakit mas... kok pipi adek dicubit keras sih..." Ucap adinda mengelus pipinya yang masih terasa panas. Pandu hanya tertawa kesal menatap adiknya tersebut, kenapa ia begitu santai didepannya dengan tubuh yang begitu memikat para pria ini. "Dek buat apa sih pengen tau begituan ?" Tanya Pandu pelan sambil mengelus puncak kepala dinda. "Adek sudah besar mas...ciuman aja adek udah pernah" "Apa ??!!! Sama siapa dek.. astaga kamu pisah rumah sama mas Pandu cuman 5 bulan dek, kok berubah nakal gitu ?" Suara Pandu begitu emosi, rasa kesal tak terima Adinda disentuh pria lain mulai terasa. "Ih mas apaan sih, suka-suka dinda lah..kan udah gede mas.. 18 tahun lo" "Beruntung banget tuh cowok bisa cium adek.." Dinda hanya tertawa keras sembari memeluk Pandu.. sikap dinda memang sangat manja padanya. Tapi mereka berdua telah terbiasa. "Beruntung apanya.. kan Mas Pandu yang jadi my first Kiss adek..." Kenangan itu kembali berputar dikepala Pandu, ia ingat ciuman itu Pandu berikan untuk merayakan kelulusannya. Ciuman yang dalam namun ia dan Dinda hanya menganggap kehilafan belaka. "Maaf ya.. adek pasti mau first kiss nya dari pacar adek kan.." "Ga kok.. dari Mas Pandu juga adek senang, bahkan sekarang ada baiknya adek ngelepas keperawanan adek sama Mas Pandu aja kali ya?" Ucapan Adinda membuat Pandu menatap wajahnya serius, mereka memang pernah berciuman sekali. Namun untuk lebih dari itu Pandu pun memikirkannya ribuan kali. Walaupun Adinda tak ada hubungan darah, mana mungkin ia meniduri adiknya sendiri. Adinda hanya menunduk lesu, ia tahu keinginannya konyolnya sangat tabu. Selama ini ia berpacaran, para pria itu hanya berani menciumnya tak lebih dari itu. Bahkan pacarnya dulu pun hanya sampai make out dengannya. Pandu pun menarik tubuh adinda kedalam dekapannya, ia merasakan jantung mereka berdua berdetak lebih kencang dari biasanya. "Adek kok bisa punya kepikiran pengen gituan sih?" Tanya pandu lembut sembari membelai lembut rambut adikknya.. d**a kenyal adinda terasa nyaman menyentuhnya. "Kan katanya enak Mas, walaupun sakit di awal tapi nantinya enak..Mas mau aku diperawani cowok diluar sana, terus mereka tinggalin" jawab Adinda dipelukan Pandu, ia merasakan perasaan nyaman dan aman yang luar biasa dari dekapan Pandu. "Ga mau lah dek.. mau Mas pukulin sampai bonyok nanti cowoknya" "Jadi mas mau gituin adek ???" "Astaga adek serius ?? Kok ga malu sih ngomong gitu" "Ngapain malu sama kakak sendiri" Adinda menatap mata Pandu dalam, ia seperti memohon pada Pandu untuk mengabulkan keinginannya. Pandu jadi serba salah, sisi liarnya sebagai pria semakin memberontak. Namun sisi warasnya juga menahan keinginannya tersebut. **** Pandu menatap dinda yang semakin membuatnya melupakan sisi warasnya. Tubuh setengah naked gadis ini begitu menggoda hasratnya sebagai pria. Astaga Pandu..tapi ia adalah adikmu. Pandu.. bukankah Adinda sendiri yang meminta itu padamu. Sisi baik dan jahatnya terus berdebat didalam sana, tapi Pandu mulai lupa diri dan tanpa sadar ia menyentuh bibir lembut Adinda. Merasakan kehangatan dari bibirn gadis itu dan adinda pun membalas dengan agresifnya. Pandu mulai lupa diri, kini ia melupakan sisi warasnya. Kenikmatan ini benar-benar membuatnya terlena, ia pun menarik wajah adinda lebih dekat dan membuat ciumannya semakin dalam. Rintihan pelan terdengar dari mulut dinda, ia mendekap Pandu begitu erat. Kini adinda sadar betapa hebatnya pandu dalam soal berciuman. Mereka melakukannya karena sama-sama mengingikannya. Ciuman itu terus berlanjut dan semakin memanas, pandu semakin bernafsu hingga ia membuat adinda kehabisan nafas. Pandu melepas ciumannya lalu menatap mata adinda, nafas mereka berdua masih tersengal-sengal. Raga mereka masih terus menuntut lebih dari ini. Pandu mengecup lembut pipi Adinda, ia benar-benar menyayangi gadis ini dari sejak pertama kali adinda datang. Ia tak pernah menyangka jika rasa sayang ini berubah menjadi perasaan ingin memuaskan hasrat ia maupun adinda. Tangan Pandu terulur untuk meremas lembut kedua p******a adinda yang tumbuh dengan sempurna. p******a yang begitu padat dan kenyal, tak terlalu besar namun sangatlah indah. Tangannya terus meremas dan dinda membantunya untuk membuka bra nya sendiri. Kini kedua dadanya begitu polos dihadapan Pandu, kedua p****g yang begitu menegang membuat pandu menelan ludahnya sendiri. Ia pun mengelus lembut kedua p****g itu membuat si pemiliknya merintih perlahan. Adinda memejamkan matanya merasakan setiap sentuhan tangan Pandu yang terasa begitu berbeda. Apa mungkin karena pria ini sudah dia anggap kakaknya sendiri. Rasa mual, nafsu dan tabu menjadi satu, tapi itu membuat dinda semakin ingin merasakan lebih lagi. "Ssshhhh... Mas Pandu...ennn..aakk.. ahhh" rintihan dinda semakin menjadi ketika putingnya di pilin oleh kedua tangan Pandu. Pandu kembali mencium bibir gadis itu, ia mengesap pelan merasakan kelembutannya. Lidahnya kini menyusup perlahan menggoda seluruh isi didalamnya. Membuat adinda menyerang dengan lidahnya ikut bermain disana. Lidah mereka seperti menari, saling memagut dan menciptakan rasa yang sulit mereka artikan. Pandu dengan tak sabar merebahkan dinda ke ranjang, ia membuat lidahnya turun leher dinda mengesap setiap inci kulit putih gadis itu. Tapi ia cukup sadar untuk tidak membuat bekas merah disana. Namun yang menjadi pelampiasannya adalah area kulit lembut disekitar p****g adinda. Pandu menghisap seperti orang gila, begitu banyak tanda merah yang ia ciptakan. Kini lidahnya menyentuh lembut ujung p****g dinda, memutarinya dengan lembut dan menghisap perlahan. "Ahhhh Mas... terus.. terus ssshhhh" Erangan adinda membuat pandu semakin bersemangat memainkan lidahnya, hisapannya berubah semakin kasar dan cepat. Remasannya pun semakin kuat, membuat kepala adinda bergerak kiri dan kanan. Tangan pandu mencoba menyusuri lembut kebawah, hingga sampai ke v****a adinda. Ia merasakan milik adiknya telah begitu basah dan licin. Adinda pun refleks meregangkan kedua belah pahanya lebar. Tangan pandu semakin mudah mengelus celahnya dan menemukan klitorisnya. Mengusap pelan dan berulang-ulang. Adinda mulai semakin nyaring mendesah, hingga Pandu memintanya untuk menahan suaranya. "Ssshhhtt adek.. jangan terlalu nyaring suaranya, dibawah masih ada mbak ning loo..." "Ugghhhhh Mas pandu.. adek ga kuat nahannya, enak banget mas..." "Hehehe... tapi jangan terlalu kencang ya.. kalo ketahuan nanti bahaya lo.." Adinda hanya menganggukan kepalanya lalu ia berusaha menutup mulutnya sendiri. Jari pandu kembali bermain di v****a adinda, tangan pria itu mencoba menyusup lebih dalam dan semakin dalam. Terasa dinding tipis penghalang dinda masih kokoh terjaga. Pandu merasakan gugup luar biasa, hari ini ia harus bisa menembus itu sesuai permintaan pemiliknya. Meniduri perempuan bukanlah hal baru bagi Pandu, ia telah terbiasa melakukannya dengan pacar-pacarnya. Namun meniduri seorang perawan pastilah berbeda rasanya. Pandu menarik panty dinda, dan ia pun membuka bajunya. Bibirnya kembali menghisap p****g dinda, agar semua bagian sensitif ditubuh dinda memberikan rasa nikmat bagi gadis itu. Ciuman Pandu semakin turun kebawah, ia pun membuka semakin lebar paha adinda dan terlihat lah v****a dinda yang begitu menggodanya. Begitu basah dan siap untuk ia nikmati. Lidah pandu mencoba memainkan k******s dinda, menghisapnya kuat hingga tubuh dinda melengkung menahan nikmat. "Aaahhhh Mas.. enakk banget sih..." "Adek suka kan...." "Iyaa mas... Aaahh lanjut mas...oughh.." erangan dinda terdengar begitu menggoda dan dinda menekan kuat kepala pandu dibawahnya Jari pandu mencoba bermain didalam mengimbangi jilatan lidahnya di k******s dinda. Ia seperti orang rakus yang terus menerus menghisap dengan kuat. Dinda sampai menutup wajahnya dengan bantal agar jeritannya tak terdengar nyaring. Tubuh gadis ini bergetar hebat dan bergerak begitu cepat menggesekan vaginanya dilidah Pandu. Tak lama cairan deras keluar dari vaginanya, o*****e pertama sebelum permainan telah terjadi. Mata dinda begitu sayu ia menikmati kenikmatan yang pandu berikan. Pria itu pun membuka celananya dan berdiri untuk melangkah menuju pintu. Ia menguncinya lalu kembali ke arah dinda. Miliknya begitu tegang dan siap untuk memuaskan dinda namun pandu masih ingin bermain-main lebih dahulu dengan mulut adinda. "Adek mau isep ini ga ???" Tanya pandu menatap wajah pasrah dinda.. Adinda pun mengangguk dan duduk lalu memasukan milik pandu kedalam mulutnya. karena ia telah terbiasa bermain dengan milik satria jadi soal ini sangat lah mudah untuk adinda. "Ssshhh jago ya... Adek belajar dari siapa ini...hhhh" Dinda hanya mengerlingkan matanya nakal dan tetap melanjutkan kulumannya. Ia menjilati milik Pandu dari atas hingga kebawah lalu menghisapnya dalam-dalam. Membuat pria itu meremas dengan kuat rambut dinda. Ia menaikan rambut panjang dinda ke atas lalu mengerakan miliknya keluar dan masuk didalam mulut dinda. Gadis itu hanya mampu membuka mulutnya dan menggerakan lidahnya menyentuh milik Pandu. "Nggghhh... Terus dek.. aaakhhhh.." Pandu semakin cepat menggerakan miliknya hingga membuat dinda hampir tersedak dan melepas milik pandu. "Eemmpp Mas Pandu jahat ih.. pelan-pelan, Adek hampir muntah nih..." Ucap Dinda dengan wajah yang cemberut. Pandu hanya tertawa menatap wajah dinda yang memerah, rasanya ia bisa melumat seluruh wajah manis adiknya itu. "Gimana dek siap ga ??..." Tanya Pandu sembari mengelus lembut k******s dinda.. "Nggghhhh iya Mas.. adek siap.." mata dinda terpejam, ia menikmati sentuhan Pandu yang begitu menggoda hasratnya.. "Maafin Mas ya dek..." Ucap Pandu sambil mengarahkan miliknya sepelan mungkin untuk memasuki v****a dinda.. Adinda memejamkan matanya perlahan, ia mengigit boneka rilakuma kesayangannya. Mulai ngilu terasa di mulut vaginanya. Namun gadis itu masih mampu bertahan. Pandu sengaja terus memilin lembut p****g dinda agar gadis itu tetap merasa nikmat dan tak terlalu merasa sakit karena miliknya makin menyusup ke dalam. Terasa sesuatu robek didalam saat Pandu menghentaknya kuat, jeritan Adinda terdengar pilu dibalik bonekanya. Air matanya mengalir pelan dipipinya yang merona merah. Pandu lalu meraih bibir dinda dan menciumnya lembut, sejujurnya ia pun terlalu takut melihat darah dibawah sana. Pandu mendiamkan miliknya sesaat untuk membuat dinda terbiasa. "Mas... Gini yaa rasanya kalo punya Adek di masukin punya cowok..." Suara serak dinda terdengar.. ia masih memejamkan matanya yang basah.. "Maaf ya dek.. pasti sakit banget..." "Ga papa Mas.. adek tahan kok..." "Mas goyang ya dek.. kalo masih perih tahan ya" Pandu pun menggerakan miliknya perlahan, lidahnya pun turun untuk memainkan kedua p****g dinda. Hisapan yang dalam mengiringi rintihan dinda. Tempo gerakannya pun Pandu naikan..membuat dinda mulai meracau dan hampir menjerit jika tangannya tak cepat menutup mulutnya. Gadis itu mulai merasakan nikmatnya bercinta sesungguhnya. Rasa perih,ngilu dan nikmat bercampur satu. Pandu merasakan miliknya seperti dihisap kuat oleh v****a dinda.. rasa perawan memang berbeda lebih terasa sempit. Hingga membuat milik Pandu terasa ngilu menahan rasa ingin keluar. Ia tak mau secepat ini, ia ingin dinda merasakan nikmatnya berkali-kali dipengalaman pertamanya. Karena ini pertama kali untuk dinda, Pandu hanya melalukan satu posisi. Ia tak mungkin melakukan yang lain, v****a dinda pasti masih terasa sakit. Dinda semakin kuat menjambak rambut pandu, ia mulai kewalahan merasakan nikmatnya. Diliang vaginanya terasa sesuatu yang akan keluar. Hisapan di putingnya pun semakin kuat. "Aaahhkkkhhh... Akhhhh Mas Pandu.. hisap p****g Adek kuat-kuat mas.. adek mau pipis mas..ampun mas... ampun...." Adinda terus meracau dan tubuhnya bergetar sampai ia menaikan kedua kakinya melingkar di pinggang pandu. Semakin membuat milik Pandu masuk lebih dalam. "Ughhh.... Adek.. Mas juga mau keluar... Aaahhhkk" Pandu menggoyangkan miliknya secepat mungkin dan membuat dinda menjerit kencang dibalik bantalnya. Ia merasakan ngilu luar biasa namun juga nikmat hingga ia kembali keluar dan Pandu menyusulnya. Dengan cepat Pandu menarik miliknya dan menumpahkannya diperut adinda.. terlihat sedikit darah di milik pandu. Ia pun mengambil tisu dan mengelapnya, sekaligus membersihkan sisa cairannya diatas perut dinda. Adinda hanya mampu terdiam mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal.. rasa perih dibawah sana begitu menyiksanya. Enak sih.. tapi juga sakit banget.. :') Pandu pun merebahkan tubuhnya disamping dinda, ia mengenggam erat tangan gadis itu. Pandu masih tidak percaya dengan apa yang ia lakukan hari ini, bagaimana jika mamanya tahu. "Adek nyesel ga sih...." Tanya pandu dengan suara lirih. Adinda pun meliriknya sambil tersenyum. "Ga mas.. kan aku yang minta, lagian ada baiknya yg ambil virgin adek itu Mas Pandu aja". "Kok kita nekat yaa hari ini.." "Ga papa mas yang penting tante maria ga tau" Helaan nafas pandu terdengar pasrah, ia menyesal. Namun semua sudah terjadi dan atas keinginan mereka sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN