Siasat

1395 Kata
Yumna menatap berbinar boneka barbie di depannya yang baru di belikan Ayu. Barbie KW yang Ayu beli di pasar untuk membujuk Yumna agar memihak mereka. "Yumna suka, gak?" tanya Ayu dengan tersenyum. "Suka tante, ini kayak punya teman Yumna di sekolah." Yumna memeluk barbie barunya dengan senang. Ayu mengusap rambut Yumna. "Boleh gak Tante minta sesuatu dari Yumna. Anggap ini tanda terimakasih dari Yumna buat Tante?" Yumna mengangguk. "Boleh, Tante minta apa dari aku?" Ayu tersenyum lalu menatap Bram. Bram menghampiri Yumna lalu duduk di depan Yumna. "Yumna tahu kan Mama paling sayang sama Yumna?" Yumna menggeleng. "Mama suka marahin Yumna, apalagi kalau gak buat PR," jawabnya dengan nada kesal. "Itu karena Mama sayang Yumna, makanya Mama marah. Mama terlalu khawatir Yumna kenapa- napa. Emang kalau Yumna gak bikin PR gak takut di marahin Bu Guru?" Yumna terdiam sebentar. "Mama juga minta cerai dari Papa. Papa sedih, tapi gak bisa apa- apa." Bram menghela nafasnya. "Tapi Yumna pasti bisa bujuk Mama biar gak minta cerai dari Papa. Papa sayang sama Mama, tapi Mama tetap mau pisah." Yumna nampak berpikir, lalu mengangguk. "Gimana caranya, Pa?" tanya Yumna dengan bingung. Bram dan Ayu kembali saling pandang lalu tersenyum. Merasa Yumna sudah menurut mereka mulai memberitahu Yumna bagaimana caranya membujuk Kinan agar wanita itu tidak kukuh dengan perceraian. .... Kinan baru saja pulang saat melihat Bram mengetuk pintu kamar Yumna. Wajah Bram nampak khawatir dan terus membujuk Yumna. "Ayo dong Yumna, makan dulu, yuk!" katanya dengan nada lembut. "Nanti kamu sakit gimana?" Melihat itu Kinan segera menghampiri Bram lalu bertanya, "Kenapa?" Bram menoleh dan menghela nafasnya. "Dari pagi gak mau keluar dan gak makan." Kinan mengerutkan keningnya. "Gimana bisa?" "Ya bisalah, emang siapa yang bilang soal perceraian sampai Yumna sekarang protes. Aku gak mau tahu ya, kalau sampai terjadi sesuatu sama Yumna kamu yang salah." Bram pergi dari depan pintu kamar Yumna dengan wajah kesalnya. Kinan melihat ke arah kepergian Bram lalu menoleh pada pintu kamar Yumna. "Sayang, ini Mama," ucap Kinan dengan mengetuk pintu. Tak ada suara membuat Kinan menjadi khawatir. Benarkah Yumna memang sedang marah dan protes tentang pembicaraannya kemarin? Tapi kalau diingat lagi tak ada yang mencurigakam di rumah dari Bram dan Ayu yang katanya mau menggunakan Yumna untuk membujuknya. Itu berarti Yumna benar- benar marah padanya. "Sayang, maafin Mama. Kita bicara yuk. Mama janji Mama dengerin Yumna, tapi Yumna juga harus dengerin Mama." "Gak mau, Yumna gak mau Mama sama Papa pisah." terdengar suara Yumna dari dalam. "Iya, makanya kita bicara yuk! Dengerin dulu penjelasan Mama." Kinan memejamkan matanya dan menghela nafas lega saat mendengar suara kunci di putar lalu pintu terbuka. "Sayang, kamu gak papa?" Kinan meneliti tubuh Yumna. "Leper, Ma." Yumna menangis lalu Kinan memeluk gadis itu. "Ya makanya kenapa gak makan?" "Mama jahat, aku gak mau pokoknya kalau Mama sama Papa cerai." "Sayang, kamu mungkin belum ngerti. Tapi Mama yakin suatu saat kamu pasti tahu kenapa Mama dan Papa pisah." Bukannya mendengar Yumna justru mendorong Kinan menjauh hingga Kinan terduduk di lantai. "Pokoknya gak mau! Aku gak mau makan kalau Mama sama Papa pisah!" Yumna hendak kembali masuk namun Kinan segera meraih tangan Yumna. "Yumna dengerin Mama dulu, Sayang." "Mama jahat, aku gak mau sama Mama. Aku gak mau makan!" Yumna berteriak dan kembali masuk ke dalam kamar. Namun sebelum sempat menutup pintu Kinan segera menahannya. "Oke! Oke Mama gak akan cerai sama Papa.“ "Janji?" "Janji." Di balik tembok Bram tersenyum sambil menekan nomer Ayu. "Rencana kita berhasil," ucapnya dengan melangkah menjauh dari kamar Yumna dan memasuki kamar mandi. "Beneran, Mas?" "Iya dong sekarang tinggal gimana caranya Kinan gak berhenti kerja." "Untung kamu tadi bilang buat bujuk Yumna di rumah aku. Kalau enggak mungkin Kinan bakalan tahu." Bram mengangguk. "Mulai sekarang kita harus hati- hati, kita gak tahu dimana Kinan taruh CCTVnya." dia bahkan harus pergi ke kamar mandi demi bisa menghubungi Ayu tanpa sepengetahuan Kinan. .... "Aku gak jadi cerai bukan karena aku mau," ucap Kinan saat dia dan Bram bicara. Dia baru saja menemani Yumna makan, lalu bocah itu tidur. Dan Kinan menyempatkan diri untuk bicara dengan Bram tentang keputusannya. "Beneran, Sayang?" Bram nampak terkejut dengan wajah yang sumeringah. "Gitu dong—" baru saja akan memeluk Kinan, Kinan justru menjauh. "Jangan kira keadaan akan baik- baik aja dan kita kembali seperti dulu, Mas. Hatiku sudah terlanjur kecewa sama kamu. Jadi, meski kita gak bercerai kita cuma terikat pernikahan tanpa nyawa. Dan ya, tinggal beberapa hari lagi aku resign. Jadi sebaiknya kamu segera pikirin untuk ngasih makan dua istri kamu pake apa." Wajah Bram kembali tak enak di pandang. Namun dia tak menyerah. "Kamu pendendam banget sih, gak bisa ya jangan terlalu jahat. Lagian dulu gak masalah kenapa sekarang masalah?" "Dulu aku gak tahu uangku kamu kasih ke dia. Tapi jangan harap sekarang aku rela uangku kamu kasih ke dia. Jadi silakan kamu pikirin gimana caranya ngasih nafkah dua istri sekaligus." Setelah mengatakan itu Kinan pergi dari hadapan Bram yang menekuk wajahnya semakin jelek. "Sialan, emang!" seru Bram kesal. ..... Hari yang dijanjikan tiba dimana Kinan benar-benar keluar dari pekerjaannya. Saat pulang Kinan di sambut wajah marah dari Bram dan Yumna. "Kamu beneran resign?" Kinan meletakan tasnya dan kotak berisi barang- barang yang dia bawa dari kantor. "Bukannya aku udah bilang? Yumna, masuk kamar Mama mau ngomong sama Papa." Yumna menghentakkan kakinya lalu pergi ke arah kamarnya. Kebiasaan Bram selalu melibatkan Yumna dalam masalah mereka. Pria ini benar-benar akan berlindung di belakang Yumna? Tidak tahu malu. Entah apa yang dia katakan hingga Yumna menatapnya dengan kesal. Mulai sekarang Kinan harus membuat Yumna kembali ke jalur yang benar, agar tidak di manfaatkan oleh Bram. "Tapi aku belum dapat kerja. Udah aku bilang—" "Udah aku bilang kesempatan kamu sampai akhir bulan, Mas. Emang kamu cari kerjaan apa sih kok gak dapet- dapet?" "Aku udah masukin lamaran ke beberapa perusahaan. Bukan salahku dong kalau gak di terima?" Kinan mengangguk. "Kalau gitu kenapa kamu gak lamar jadi teknisi AC? Kamu punya keahlian jangan di sia- siain, dong. Gak papa gajinya kecil yang penting ada." Kinan berjalan santai setelah memberikan selembaran kertas pada Bram, dimana terdapat lowongan kerja untuk seorang teknisi AC. "Gak bisa gaji kecil gak akan cukup buat kita—" "Ya, itu urusan kamu. Selamat menikmati punya istri dua." Kinan melanjutkan langkahnya. "Terus uang bulan ini, mana?" tanya Bram saat Kinan akan menaiki tangga. "Kenapa?" "Setiap gajian biasanya kamu kasih ke aku?" Kinan terkekeh. "Gak perlu karena sekarang aku ibu rumah tangga biasa. Kamu fokus aja kerja aku yang urus rumah." Kinan melanjutkan langkahnya menaiki tangga tak peduli wajah Bram semakin kesal. Siapa suruh tidak mau bercerai. Punya istri dua hanya mau enaknya saja. Dia pikir bebannya tidak bertambah? Enak saja mau mengandalkannya terus menerus untuk memberikan nafkah pada madunya. .... Bram memasuki rumah Ayu dengan wajah kesal yang kentara, lalu duduk di sofa dimana Ayu tengah mengoleskan kutek di kuku tangannya. Melihat kedatangan Bram senyum Ayu terkembang. "Mas gimana? Hari ini Kinan gajian, kan?" Wajah Ayu berbinar, dia mengulurkan tangannya meminta jatahnya dari gaji Kinan yang di berikan untuk uang bulanan mereka. "Kinan udah resign, jadi gak kasih uangnya lagi. Dia bilang dia yang urus urusan rumah." Ayu membelalakan matanya. "Terus gimana dong jatahku? Mas aku udah gak punya uang. Masa aku juga cuma pake kutek murahan kayak gini. Kamu gak lihat?" tunjuk Ayu pada botol kutek di tangannya. Bram menghela nafasnya. "Ya hentikan dulu kebiasan itu." Ayu mengerut tak suka. "Gak bisa, aku gak cantik lagi nanti. Belum lagi skincare aku juga udah mau abis." "Ya gimana lagi, aku belum dapat kerja!" Ayu menghentakkan kakinya. Matanya menatap kesal. Sialan! Kalau sudah begini bagaimana? Kebutuhannya setiap bulan hanya dia dapat dari Bram yang mengandalkan Kinan. Dia dapat jatah 2 juta itu sudah cukup untuk kebutuhan kecantikannya. Kurangnya dia minta lagi pada Bram lalu Bram akan minta pada Kinan. Apalagi dari dua bulan terakhir 4 juta yang selalu Kinan berikan Bram memberikan semua padanya dengan syarat harus ada makanan di meja untuk Kinan dan Yumna di rumahnya. Tapi sekarang jangankan 2 juta, sepeser pun dia tidak dapat. "Mas, waktu Kinan minta cerai dia batalin karena Yumna kan?" mata Ayu berkilat dengan sebuah ide di kepalanya. "Hm." "Kalau gitu kita buat Kinan kerja lagi dengan bujukan Yumna." "Dia kan udah resign." "Tapi pengalaman Kinan itu bisa buat dia lebih mudah di terima di banding kamu." Bram mengangguk. "Kamu benar. Tapi gimana caranya?" Ayu tersenyum lalu berbisik di telinga Bram.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN