Udara lembab Jakarta berembus saat Gyan membuka pintu balkon kamar hotel. Tirai yang disibak, membawa bias kerlap-kerlip lampu kota menyusup masuk, sebagian memantul lembut ke lantai marmer. Kamar mewah di lantai sembilan gedung tersebut tertata apik seperti biasanya, namun kali ini terasa lebih istimewa. Belle beranjak dari depan meja rias setelah mengeringkan surainya. Ia membuka koper, mengeluarkan semua pakaiannya, lalu satu per satu digantungnya per setel, seolah menolak keras perubahan kombinasi atasan dan bawahan di luar rencana. Setelahnya, gantungan-gantungan itu ditata rapi di lemari. Belle tersenyum, puas dengan penampakan hasil kerjanya. Gyan yang memperhatikan seraya bersandar di pagar balkon, menyunggingkan senyum. Rasanya seperti mimpi melihat Belle ada di sana bersamanya,

