Dua jam menjelang tengah malam, Belle baru saja mengenakan sleep dress-nya. Ia berdiri di balik tirai tipis kamarnya, menatap langit Milan yang masih menumpahkan gerimis. Lampu-lampu kota berpendar lembut, bagaikan permata yang memanggil dari kejauhan. Suara ketukan di pintu membuat Belle menoleh. Ia tak langsung melangkah, menunggu suara menyapa. “Apakah putriku sudah tidur?” Belle tersenyum, ia beranjak dari diamnya. “Belum, Papà.” “Apa kamu lelah, ma chérie?” Gantian Céleste yang bertanya begitu pintu dibuka. Tangannya menggenggam mug yang mengepulkan uap hangat. “Kami membawakan teh.” “Masuklah, Mamma, Papà,” tanggap Belle. Pintu dibuka lebar, Vittore dan istrinya melangkah masuk, berjalan ke space santai kecil di sana. Ia berdiri di titik Belle berada sebelumnya, melayangkan p

