Bagian 1

1017 Kata
Seorang wanita dengan dress berwarna peach tengah melangkah memasuki bangunan megah di depannya. Menatap datar rumah yang sudah enam tahun menjadi tempat tinggalnya. Merasakan luka dan juga derita secara bersama datang beriringan. Perlahan, kaki jenjangnya mulai menaiki anak tangga menuju ke arah kamanya dengan wajah murung. Tidak ada keceriaan sama sekali di wajahnya. Clarissa Prameswari atau kerap di panggil Clarissa mulai mendorong pelan pintu kayu di depannya. Dengan perlahan, dia mendudukan tubuh di ranjang besar di tengah ruangan dan menghela napas kasar. “Kenapa susah sekali memiliki anak? Kenapa rasanya aku hampir menyerah. Sudah enam tahun aku menikah dan selama itu juga aku tidak memiliki anak. Astaga, apa yang sebenarnya ada di tubuhku ini? Apa aku mandul?” gumam Clarissa dengan tatapan cemas. Clarissa meremas pelan jemarinya guna menyalurkan resah yang perlahan hinggap. Bahkan, sudah berulang kali dia menarik dan mengembuskannya pelan. Mencoba menenangkan jantung yang sejak tadi berdegup kencang. Astaga Tuhan, akan jadi apa rumah tanggaku setelah ini, batin Clarissa dengan air mata yang mulai mengalir. Sebuah ketukan pintu menyadarkannya, membuat Clarissa menatap ke asal suara. Dia segera bangkit dan menuju ke arah pintu, membuka pelan dan menatap seseorang yang menundukan kepala di depannya. “Ada apa, Mbak?” tanya Clarissa dengan asisten rumah tangganya lekat. “Di bawah ada yang mencari anda, Nyonya. Katanya kekasih tuan Aiden,” ucap wanita tersebut dengan perasaan meragu. “Apa? Kekasih Aiden?” ulang Clarissa dengan kening berkerut. Dengan cepat dia keluar dari kamar dan menuruni anak tangga dengan langkah tergesa. Dia segera melangkah ke arah ruang tamu dan menatap wanita dengan pakaian mini. Clarissa menatap wanita di depannya dengan kening berkerut heran. Mengamati wanita yang sudah duduk santai dengan kaki menyilang. Mengamati wanita tersebut dengan pandangan tidak percaya. “Kamu yang mencariku?” tanya Clarisaa menahan rasa kesal dan kecewa yang sudah menyelimuti. Wanita tersebut menatap ke arah Clarissa dengan kening berkerut heran. Mengamati penampilan wanita yang sudah berdiri di depannya dan mengulas senyum tipis. Dia memilih bangkit dan menatap dengan pandangan angkuh. “Jadi, kamu istri Aiden?” tanya wanita tersebut dengan pandangan yang sulit diartikan. “Siapa kamu? Ada perlu apa kamu datang ke rumahku?” Clarissa balik bertanya dan menatap ke arah wanita di depanya lekat. “Perkenalkan, aku Elvina Davira. Kamu bisa memanggilku Vina,” jawab Vina sembari mengulurkan tangan. Clarissa yang mendengar terdiam sejenak. Mengamati wajah Vina dengan mata menyipit. Sungguh, saat ini dia benar-benar ingin membuang wanita di depannya ke dasar laut, bersama terumbu karang dan berharap agar predor memakannya. Namun, dia hanya diam dan menunggu apa yang akan Vina katakan setelahnya. “Aku adalah kekasih Aiden dan tujuanku datang kemari karena ingin meminta pertanggung jawabannya. Saat ini aku tengah hamil anaknya,” imbuh Vina tanpa perasaan sama sekali. Apa? Clarissa yang mendengar semakin membelalakan mata dan menatap tidak percaya. Apa benar itu anak dari Aiden, batin Clarissa tidak percaaya. “Dia mengatakan bahwa istrinya selama ini tidak bisa mengandung benihnya. Jadi, dia menumpahkannya denganku dan terbukti aku memiliki anak darinya. Jadi, aku rasa di sini yang bermasalah adalah kamu,” ucap Vina tanpa perasaan sama sekali. Clarissa yang mendengar menatap ke arah Vina tajam dan menghela napas keras. Kakinya segera melangkah ke arah kekasih suaminya berada dan mencengkram lengannya kuat, membuat Vina meringis menahan sakit. “Keluar dari rumahku, sialan. Aku tidak mau melihat wajah tidak tahu dirimu lagi. Keluar dan jangan pernah kembali,” bentak Clarissa sembari menyantak Vina keluar dari rumahnya. Dengan tanpa perasaan, dia mulai menutup pintu dan mengabaikan teriakan dan sumpah serapah yang Vina keluarkan. Clarissa terduduk lemah di lantai ruang tamu sembari menyembunyikan wajahnnya dikedua kakinya dan mendekap tubuhnya erat. “Kenapa kamu begitu tega denganku, Aiden. Aku benar-benar membencimu,” desis Clarissa. _____ Aiden Agler, seorang pimpinan Agler Company tengah melangkah memasuki pekaraangan rumahnya dengan pandangan dingin. Tidak ada senyum yang terlukis di bibirnya dan bahkan tidak ada keramaahn yang ditunjukan. Hal yang membuat seluruh karyawan di rumahnya hanya menunduk takut ketika melihatnya. Aiden menaiki tangga dan melangkah ke arah kamarnya. Perlahan, dia mulai membuka pintu kamar dan menghela napas pelan ketika mendapati ruangan tersebut begitu gelap, tidak terlihat apa pun di dalamya. Tangannya mulai terulur dan menekan saklar yang berada tidak jauh darinya. Membuat ruangan di depannya langsung berubah terang, menghadirkan Clarissa yang tengah duduk di ranjang dengan penampilan kacau. “Kenapa kamu tidak menghidupkan lampu, Rissa? Aku kira tidak ada orang di dalam,” ucap Aiden sembari melangkah masuk. Dia meletakan tas kerja yang sejak tadi di bawa dan melepaskan dasi. Clarissa menatap ke arah Aiden dengan tatapan dingin. Matanya sudah membengkak karena sejak tadi menangisi penghianatan yang baru saja diketahuinya. “Kenapa pulang malam? Apa di kantor ada begitu banyak pekerjaan yang harus selesaikan?” tanya Clarissa dengan pandangan lekat. Suaranya masih serak. “Kamu tahu siapa aku, kan? Aku pimpinan di sana dan tentu saja aku memiliki banyak tugas,” jawab Aiden tanpa menatap Clarissa sama sekali. “Apa memiliki banyak wanita juga adalah tugas sang pimpinan?” tanya Clarissa dengan pandangan lekat. Aiden yang mendengar menghentikan gerakan dan menatap ke arah Clarissa lekat. “Apa maksud kamu?” Aiden balik bertanya dengan pandangan yang sulit diartikan. Clarissa tertawa kecil dan memilih turun dari ranjang. Dia segera melangkah ke arah sang suami dengan wajah datar. Mengamati pria yang sangat dicintainya dengan penuh rasa kecewa. Apa sejak dulu aku memang tidak berarti apapun untukmu, Aiden, batin Clarissa dengan perasaan pedih. “Aku bertanya, apa maksud ucapanmu, Rissa?” ulang Aiden dengan tatapan yang tidak kalah dingin. “Kekasihmu baru saja datang ke rumah,” jawab Clarissa. “Aku mengusirnya.” “Apa?” Aiden membelalak mendengar ucap Clarissa. “Jadi, selama menikah denganku, berapa wanita jalang yang kamu masuki, Aiden. Berapa wanita yang sudah kamu jadikan simpanan?” teriak Clarissa dengan air mata perlahan. “Berapa kali kamu menghianatiku dan kekasihmu ke berapa wanita bernama Vina yang baru saja datang?” “Jaga ucapanmu, Rissa!” bentak Aiden sembari melayangkan tangan. Dengan keras, dia menampar istrinya dan menatap dengan rahang mengeras. Merasakan kesal karena wanitanya mendapat hinaan dari sang istri. Clarissa yang merasakan sakit menatap Aiden tanpa berkedip. Merasakan air mata yang sudah siap mengalir. Dengan perlahan, dia mulai bangkit dan membiarkan pipinya memerah. “Aku benar-benar menyesal menikah denganmu, Aiden,” desis Clarissa. “Aku bahkan lebih menyesal menikah denganmu. Kamu bahkan tidak bisa memberiku keturunan, Clarissa. Aku akan menceraikanmu karena sekarang Vina tengah mengandung anakku,” ucap Aiden tanpa perasaan. _____
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN