"Kau gila. Hana?" pekik Sera.
Sera tidak menyangka bahwa Hana menerima pernyataan cinta Derris. Sekilas memang tidak ada yang janggal, namun maksud di balik Hana menerima Derris adalah agar ia segera dapat memutuskan Derris dan menjauhkannya dari Hana. Sera sangat mengetahui bahwa Hana belum menyukai Derris, apalagi Derris melakukan hal yang tidak disukai Hana.
"Pikirkan kembali Hana. Niatmu ini bisa menyakiti Derris." bujuk Sera.
Hana mengangkat kedua tangannya. "Tenanglah Sera. Aku hanya ingin memberi pelajaran padanya." kata Hana acuh tak acuh sambil melanjutkan sarapan yang baru di belinya.
Sera menyesap tehnya kemudian ia berkata. "Hana."
"Tunggu sebentar." sela Hana pada Sera. Hana pun lalu beranjak pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua untuk mengambil HP.
Sera termenung, hubungannya dengan Hana memang sangat dekat sebagai sepupu karena sejak dulu Sera selalu satu sekolah dengan Hana semenjak ia masih di Sekolah Dasar. Sera pun sangat mengingat kejadian dua tahun lalu yang menimpa Hana. Karena pada saat itu Hana hanya bercerita kepadanya dan Hana menyuruh Sera untuk merahasiakan kejadian tersebut.
Sera mengembuskan nafas pelan sambil memakan sarapan bubur ayamnya yang di belikan Hana. Terdengar suara langkah Hana yang memasuki ruang makan. Sera pun mendongak menatap Hana.
"Kenapa?" tanya Sera ketika melihat Hana yang memajukan beberapa senti bibirnya.
"Coba lihat ini." Hana menunjukan HP-nya kepada Sera. Sera hanya tersenyum lebar kepada Hana.
Belum genap satu hari ia berpacaran dengan Derris. Tapi Derris sudah banyak mengiriminya pesan dan juga beberapa panggilan yang tidak di jawab.
Hana mendengus. "Seperti stalker."
"Sepertinya dia sungguh-sungguh menyukaimu." Sera tertawa kembali dan Hana memutar bola matanya dengan kesal mendengar perkataan sepupunya.
***
Derris melirik jam tangan sekilas lalu ia kembali memandang jalan yang sudah cukup ramai. Seperti sudah menjadi kebiasaan selama satu bulan ini. Ia selalu menunggu Hana di halte ini dengan jam yang selalu sama, meskipun kadang ia telat bangun dan pada akhirnya Derris tidak bisa berangkat bersama dengan Hana. Derris memutuskan meninggalkan Rian untuk pergi sendiri ke sekolah karena ia merasa bahwa kehadiran Rian diantara Hana dan Derris membuat ia tidak bisa leluasa untuk bersama Hana. Rian yang paham hanya mengiyakan tanpa berkomentar lagi.
Terlihat Hana sedang berjalan pelan menuju halte. Derris tersenyum lebar lalu melambaikan kedua tangannya dengan penuh semangat ke arah Hana. Hana menggeleng-gelengkan kepalanya seperti merasa malu. Entah mengapa, setiap Derris menggoda Hana ekpresi Hana selalu ingin meledak-ledak dan Derris malah menyukai hal itu. Dan lebih parahnya membuat ia ingin terus menggoda Hana.
Sesampainya di halte Derris menyapa Hana yang terlihat kurang semangat. Bis yang membawanya ke sekolah pun telah tiba, lalu mereka menaiki bis tersebut bersama beberapa orang yang sedang menunggu di halte.
Hari ini bis cukup ramai membuat Derris dan Hana berjalan pelan ke arah tengah badan bis karena tidak mendapat tempat duduk. Hana dan Derris saling berhadapan. Membuat Derris dengan leluasa mengalisa wajah Hana.
Hari ini Hana sangat cantik, rambut hitam panjangnya ia gerai. Kulitnya yang putih terlihat sangat lembut dan halus. Bibirnya yang kecil sangat pas dengan warna lipglos warna pink. Derris tersenyum kecil, berpikir sangat beruntung ia mendapatkan Hana.
Hana yang risih dengan tatapan Derris, memanggil namanya dengan kesal.
"Heh. Lagi ngapain?" bentak Hana.
Derris tersenyum kecil. "Kamu cantik hari ini. Meskipun setiap hari kamu memang selalu cantik." puji Derris tulus.
Beberapa orang menahan senyum dan ada juga menatap sinis kepada Hana dan Derris. Merasa tidak ingin menjadi bahan tontonan Hana menggeram mengatakan kata 'berisik' pada Derris. Derris malah membalas Hana dengan senyuman lebar.
Derris mengantarkan Hana sampai ke depan kelasnya, lalu berkata. "Aku akan simpan tas dulu, lalu kembali lagi ke kelasmu."
"Sebentar lagi bel masuk. Tidak usah kesini lagi!!" bentak Hana lalu masuk ke dalam kelasnya. Derris menatap kepergian Hana beberapa detik lalu ia pun pergi ke kelasnya.
Sera yang melihat Hana yang baru saja duduk di sebelahnya berkata. "Astaga Hana. Masih pagi sudah jahat seperti ibu tiri." gurau Sera sambil terkekeh geli.
Beberapa siswa di kelasnya melihat Hana yang cukup keras membentak Derris di depan pintu. Hana pun bersikap tidak peduli kepada siswa yang sedang menatap dan berbisik tentangnya.
"Derris membuatku bisa mati muda." keluh Hana.
Sera tertawa pelan. "Hana kau tau Derris itu ganteng? Nah belajarlah membuka hatimu untuk Derris."
Hana mendelik dan memilih tidak menjawab Sera. Ia tidak mengerti apa hubungannya wajah dengan ia harus membuka hatinya untuk Derris.
***
Setelah bel istirahat pertama berbunyi, Derris langsung memasuki kelas Hana dan menyuruh Sera untuk pindah ke belakang bersama Arin. Bukan semata-mata Sera menurut kepada Derris. Namun ia hanya ingin membuat Derris dan Hana agar bisa menjadi lebih dekat dan juga agar Derris tetap men-supply segala yang di minta Serra. Derris memang termasuk orang yang sangat loyal, ia tak pernah ragu memberikan banyak makanan dan juga kaset DVD korea kesukaan Sera. Meskipun banyak pula yang Derris berikan kepada Hana namun selalu berakhir di tangan Serra ataupun Sena.
Derris duduk di sebelah Hana lalu menatap Hana yang sedang sibuk dengan HP-nya.
Derris berdeham pelan. "Hana akhir pekan kita kencan. Ya?" tawar Derris.
"Tidak." jawab Hana tanpa mengalihkan pandangannya dari HP.
"Kalo minggu depannya?" tanya Derris tanpa menyerah.
"Tidak juga."
"Kenapa?" tanya Derris bingung.
"Karena aku sibuk." jawab Hana.
"Berarti minggu depannya lagi." kata Derris.
"Tidak." tandas Hana lalu bangkit dari kursinya dan meninggalkan Derris. Derris yang melihat Hana pergi lalu mengikutinya keluar.
Hana yang berjalan cepat ke arah koridor kalah langkah dengan Derris yang kini sudah berada di hadapannya. Hana puh seketika menghentikan langkahnya.
Hana menghela nafas. "Apa lagi?" tanya Hana ketus.
"Ayolah hanya sebentar, tidak akan sampai seharian." pinta Derris.
"Aku sibuk" kata Hana.
Derris menggerakan bibirnya untuk mengatakan sesuatu namun Hana mendahuluinya. "Cukup Derris. Aku tidak suka di paksa. Jadi tolong minggir." jelas Hana.
Derris tidak menuruti Hana, ia malah merentangkan kedua tangannya menghalangi akses jalan Hana. Wajah Hana berubah menjadi merah seperti menahan amarah.
"Derris." pekik Hana. Terlihat beberapa siswa yang berlalu lalang menatap Hana dan Derris.
"Ia sayang?" jawab Derris lembut.
Hana mengusap mukanya pelan. Merasa kesal dengan kata 'sayang' yang Derris ucapkan barusan. Ia pun memilih untuk mengalah. Karena tidak mau menjadi pusat perhatian di koridor yang cukup ramai ini.
"Oke kita bahas ini nanti. Sekarang biarkan aku pergi ke toilet dulu." kata Hana pasrah.
Derris menurunkan kedua tangannya dan tersenyum lebar. Derris lalu memegang tangan Hana lembut dan berkata. "Sini aku antar." tawar Derris.
Hana menarik tangannya yang di pegang Derris dan memutar kedua matanya dengan kesal. Hana pun lalu berjalan cepat meninggalkan Derris.
Derris yang merasa kali ini menang menyunggingkan senyumnya dengan lebar lalu membalikan badannya dan berjalan pelan menuju kelasnya.