Bab 4

1224 Kata
Hana menghabiskan akhir pekannya di rumah. Karena cuaca tidak mendukungnya untuk pergi bersama teman-temannya. Niat awal ia ingin pergi ke bioskop lalu melanjutkan ke cafe baru yang banyak menawarkan promosi. Suasana rumah yang begitu sepi menambah rasa kantuknya yang datang kembali. Namun perut yang tidak bisa di ajak kompromi, terus saja berbunyi. Ia pun meraih ponselnya dan melihat jam yang tertera disana. "Ah sudah jam sebelas. Pantesan bunyi terus." gerutu Hana. Hana pun bangkit dari tidurannya lalu berjalan ke arah dapur. Di meja makan hanya ada roti dan selai. Ia berjalan ke arah kulkas yang berada di pojok. Ada secarik kertas kecil yang hampir jatuh, Hana menarik kertas itu dan membacanya. Ibu dan ayah akan pulang malam, ada makanan di kulkas tinggal di hangatkan. Hati-hati di rumah. Sena juga akan pulang sore. Hana tersenyum kecil membaca pesan dari ibunya. Ia pun membuka kulkas dan melihat ada beberapa masakan yang sudah di siapkan ibunya. Namun karena malas, Hana lebih memilih membuat roti isi dan membawanya ke dalam kamar. Sesampainya di kamar, ponsel Hana terus bergetar ia pun lalu menjawab telepon tanpa melihat terlebih dulu siapa yang meneleponnya. "Halo." ucap Hana. "Halo sayang." jawab Derris di sebrang sana dengan suara riang. Hana memutar bola matanya merasa menyesal telah mengangkat telepon dari Derris. "Hmm." gumam Hana. "Sedang apa? Kita keluar yu." ajak Derris. "No." jawab Hana langsung. "Kau tidak lihat diluar sebentar lagi akan hujan?" tanya Hana jengkel. "Aku sudah di depan rumahmu." "Apa?" pekik Hana. Hana pun seketika membuka gorden kamarnya yang langsung menghadap ke depan rumahnya. Dan ternyata tidak ada siapa-siapa disana. "Hehehe. Kalau kau mau aku akan kesana." tawar Derris. "Bye." ucap Hana langsung mematikan teleponnya. *** Sudah lewat satu minggu tapi Hana belum menemukan alasan yang tepat untuk memutuskan hubungan dengan Derris. Hana telah berulang kali membuat Derris kesal dengan sikapnya. Namun Derris selalu tetap sabar menghadapi Hana yang kasar kepadanya. "Hana hari ini kau sudah mendesah hampir ratusan kali." gurau Sera. "Sera aku ingin segera putus dengan Derris." keluh Hana. Sera tertawa pelan. "Pikiranmu itu putus terus. Coba sekali-kali berpikir 'Ah aku akan mencoba membuka hati untuk Derris' atau 'Aku harus mulai berkencan dengan Derris nanti'." kata Sera sambil menjelaskan dengan gaya yang di buat-buat. "Aku kira sifat gilamu sudah hilang." Hana tersenyum lebar memerhatikan Sera yang kini sedang mengumpat. "Hana kau mau ikut ke toilet?" tawar Sera. Hana menggelengkan kepala. Sera pun bangkit dan berjalan keluar bersama Arin. Istirahat pertama Derris masuk ke dalam kelas Hana dan ia tidak menemukan adanya keberadaan Hana. Kelas Hana pun nyaris sepi tidak seperti biasanya. Derris pun memilih duduk di kursi Hana dan menunggunya kembali. Derris yang mulai bosan akhirnya melihat-lihat laci meja Hana. Dan di dalam laci terdapat dua buku dan ponsel Hana yang tidak di bawanya. Rasa keingintahuan Derris muncul. Ia memandang ke sekitar dan aman pikirnya. Karena beberapa teman sekelas Hana tengah sibuk dengan ponselnya masing-masing. Dengan hati-hati Derris mengambil ponsel Hana lalu menyalakannya. Ternyata ponsel Hana tidak di password. Ia pun mulai membuka satu per satu aplikasi yang selama ini ingin ia ketahui. Dimulai dari album foto, Derris mengirim beberapa foto Hana ke ponselnya lalu setelah puas ia beralih melihat isi chat Hana. Kebanyakan adalah nomor yang tidak di kenal yang mengajak Hana untuk berkenalan tapi tidak di tanggapi Hana. Ternyata Hana dingin kepada semua orang pikir Derris sambil tersenyum puas. "Sudah puas mengotak-ngatiknya?" ponsel tersebut langsung ditarik paksa oleh seseorang yang di kenalnya. Derris mendongak. Ia tersenyum malu kedapatan sedang melihat isi ponsel Hana. Derris pun berdiri mempersilahkan Hana untuk duduk di kursinya, namun Hana menolaknya dengan kasar. "Hana aku minta maaf." ucap Derris. "Sikapmu ini sungguh keterlaluan." geram Hana. "Tapi kan aku pacarmu." Derris membela diri. "Terus kalo sudah jadi pacar bisa seenaknya membuka ponsel orang tanpa izin?" bentak Hana. Hana benar, harusnya ia tidak berbuat seperti itu. Namun nasi sudah menjadi bubur. Sikapnya kali ini sudah keterlaluan. Derris menghela nafas pelan. "Ak.." "Sebaiknya kita putus." sela Hana cepat. "Kau tau sikapmu kali ini sudah keterlaluan bukan?" "Hana aku minta maaf." hanya itu yang bisa Derris ucapkan terus menerus namun Hana tidak mendengarnya. Hana lebih memilih duduk di kursinya dan menyuruh Derris untuk pergi dari hadapannya. Sera yang sedari tadi berada di belakang Hana memberi isyarat agar Derris pergi untuk saat ini. Karena kalau pun Derris tetap disini malah akan membuat Hana semakin marah. "Baiklah aku pergi. Sekali lagi maafkan aku." Derris pun berjalan pelan dengan tidak semangat kembali ke kelasnya. Sera dan Arin pun ikut duduk di kursinya masing-masing. Hana yang tengah sibuk melihat ponselnya yang baru di otak atik Derris berteriak kesal. "Hana." panggil Sera pelan. "Hmm." gumam Hana. Sera tidak yakin ingin bertanya saat ini kepada Hana. Namun kini ponsel Sera telah di bombardir oleh pesan Derris yang begitu banyak menanyakan tentang Hana. "Hana mending kau pikirkan kembali untuk memutuskan Derris." kata Sera hati-hati. Hana menengok ke arah Sera sambil melotot. "Setelah kejadian tadi?" tanya Hana sinis. "Sera aku tau, Derris banyak menyogokmu dengan makanan mahal dan juga kaset yang banyak. Tapi kau lihat kan ini sudah keterlaluan?" Sera melongo kaget mendengar jawaban Hana. Ia tidak tahu aksi Derris selama ini yang memberikan semua keinginan Sera di ketahui oleh Hana. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu di bel.." "Cukup. Saat ini aku sedang kesal jadi aku harap kau tidak membicarakan Derris lagi." sela Hana. Lalu ia pun melanjutkan kembali melihat isi ponselnya. Sera merasa bersalah dan mengirim pesan pada Derris untuk tidak mengganggunya dulu. *** Keesokan harinya Derris datang ke kelas Hana berniat untuk meminta maaf kembali. Karena kedua usahanya untuk mendapat jawaban dari Hana di anggapnya gagal. Usaha pertama yang ia lakukan adalah terus mencoba menghubungi nomor Hana, namun nyatanya Hana mematikan ponselnya. Dan yang kedua ia datang sangat pagi untuk menunggu Hana di halte, dirasa sudah cukup lama Derris menunggu Hana hampir ia pun terlambat namun sayang orang yang di tunggunya pun tak kunjung datang. Sejujurnya Derris ragu untuk menemui Hana saat ini, mengingat sifat Hana yang sangat cuek kepadanya. Namun ia memberanikan diri untuk menyelesaikan masalahnya. Meskipun sebenarnya masalah ini sudah jelas karena Hana telah meminta hubungannya berakhir. Derris yang egonya cukup besar merasa tidak ingin hubungannya berakhir seperti ini. Jadi ia kembali menemui Hana dengan penuh keyakinan. Hana sedang duduk sendirian di kursinya dan sedang menulis sesuatu di bukunya. Istirahat pertama Hana memang jarang keluar kemana-mana kecuali sedang ingin ke toilet atau menghindari Derris. Derris berjalan pelan mendekati Hana lalu berhenti di hadapan Hana. Hana berhenti sejenak lalu menulis kembali tanpa penasaran siapa yang sedang berada di hadapannya. "Aku minta maaf." kata Derris. Hening beberapa saat, tak ada jawaban dari Hana. Derris pun melanjutkan perkataannya. "Aku salah telah membuka ponselmu tanpa izin." Hana tetap diam lalu menghela nafas pelan. "Hmm." gumam Hana sambil terus menulis dan tidak menatap Derris. "Aku.." "Kita sudah putus. Dan tidak ada lagi yang ingin aku bicarakan denganmu. Jadi pergilah." tandas Hana. Derris memegang tangan Hana yang tidak sedang menulis, namun Hana dengan kasar menghempaskan tangan Derris. Derris tidak menyerah ia pun memutuskan untuk duduk di sebelah Hana. "Hana aku tidak mau putus denganmu." kata Derris. "Aku sangat menyukaimu. Berikan aku kesempatan sekali lagi. Aku berjanji akan lebih baik lagi dan menurut padamu." pinta Derris. Hana menengok ke arah Derris. "Kau sudah keterlaluan. Ingat?" "Tapi Han.." "Cukup, jangan membuat kesabaranku habis. Pergilah." geram Hana. Derris pun mengalah dan memutuskan untuk kembali ke kelasnya dengan penuh rasa bersalah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN