PART 3

1470 Kata
From: Kak Dimas 'Jam 3 kakak jemput yah' Satu pesan dari Dimas membuat Tephi panas dingin, bukan, bukan meriang tapi gugup. Dimas termasuk cowo keren di jurusannya, jangan ditanya berapa banyak fansnya, wih ratusan, makanya ketika Dimas jadi dekat dengannya seolah mendapat durian runtuh, dari sekian banyak mahasiswi di kampus, Tephi lah yang bisa dekat dengannya, yah walau Tephi akui pastinya bukan hanya dia yang cewe yang dekat dengan Dimas. To: Kak Dimas 'Oke kak :)' Tephie segera membongkar lemarinya, mengacak acak untuk mencari baju mana yang akan ia pakai bertemu Dimas. Namun beberapa menit kemudian Tephie menepuk jidatnya, melihat tempat tidurnya yang mulai berantakan seperti habis perang. "Ya ampun, kenapa gue se antusias ini yah, udah kayak ngedate segala, eh tapi kan gue perginya berdua doang sama kak Dim udah kayak date dong?? Arrgh au deh!" Tephie mengacak rambutnya frustasi dan kembali sibuk mencari baju yang akan dipakainya lalu merapikan hasil karyanya di kamarnya, yaitu seluruh bajunya yang sudah kayak tumpukan obralan di mall. Akhirnya Tephie memilih memakai kemeja krem lengan pendek dengan motif daun, serta rok selutut berwarna hijau muda. "Okelah ngga terlalu berlebihan," ucapnya setelah melihat bayangan dirinya di cermin kamarnya. Tephie hanya memoles bedak tipis di wajahnya dan memakai lipgloss sebagai pelembab bibir merah mudanya. Tephie mengambil wedges putihnya lalu keluar dari kamarnya. "Wah putri mama mau ke mana nih?" Tanya Fely saat Tephie baru tiba di ruang keluarga, "Pergi bentar ma sama kakak senior katanya bantuin dia nyari sesuatu." Fely mengangguk paham, tanpa berniat meng-kepo-i putri sulungnya. "Jangan pulang kemalaman yah sayang," pesan Fely yang langsung di okekan oleh Tephie. Tephie keluar rumah tepat saat mobil Dimas sampai di depan rumahnya. "Pamit dulu tante," ucap Dimas pada Fely yang baru muncul di belakang Tephie, "Iya, jagain Tephie yah." "Baik tante." Setelah berpamitan merekapun berangkat. Mobil Dimas memasuki kawasan sebuah mal, setelah Dimas memarkirkan mobilnya, mereka beranjak turun. "Memangnya mau beli apaan kak?" Tanya Stephie yang berjalan di samping Dimas, "Mau cari hadiah untuk keponakanku, dia perempuan, jadi minta tolong kamu deh, ngga apa kan?" Dimas tersenyum pada Tephie. Setdah senyumnya manis euy. "Iya ngga apa kok kak," Tephi ikut tersenyum. Mereka berjalan mengitari mal, dari satu tempat ke tempat lain mencari apa yang diperlukan. "Kamu yakin dia bakal suka Phie?" Tanya Dimas memastikan setelah mereka membeli benda pilihan Tephi, "Yakin kok kak, dari cerita kakak soal keponakan kakak, Tephi yakin dia suka." "Thanks yah," Dimas mengacak rambut Tephi, membuat Tephi sedikit gugup. "Yuk makan dulu, aku traktir deh," Tephi mengangguk mengiyakan ajakan Dimas. Keduanya kembali berjalan bersisian mencari tempat untuk makan. "Eh kak Dimas," Tephi menarik narik ujung baju Dimas yang berjalan di sampingnya, Dimas menghentikan langkahnya dan menatap Tephi, "kenapa Phie?" "Itu.. kayaknya kenal deh, siapa yah?" Dimas melihat ke arah pandang Tephie, "Ohh Mr. Conner!" "Eeh? Pak Ardi maksudnya?" Dimas mengangguk, "iyah rektor baru kampus, masa kamu ngga tau?" "Iya tau kok, pantesan familiar wajahnya," Tau, tau banget malah, pria yang nyerempet mobil gue pagi-pagi. "Ya udah sepertinya beliau sibuk, kita lanjut aja cari tempat makan." Tephi kembali mengikuti Dimas berjalan. ----- "Jadi lo kemarin jalan sama kak Dimas, Phie?" Tephie mengangguk sambil menyeruput jus alpukatnya, "Duileeh, trus Mr. Conner mau dikemanain Phie?" Pertanyaan Lea sukses membuat Tephie tersedak jusnya, "Pare lah lo Le!, maksud lo apaan??!!" Tephie memberikan tatapan kesal pada Lea, Lea hanya cengengesan di tempatnya, "hehe maap Phie, bejanda gue, eh becanda maksudnya" "Oh iya, lo jadi Phie pindah ke apartemen?" "Jadi Le, gue udah bicara sama papa gue beberapa hari lalu, dan beliau setuju, nyokap juga setuju," Tephi kembali menyeruput jusnya. "Gue bantu deh ntar beres-beresnya." "Haha sip!" ------------- "Ini kunci apartemen papa, papa kasih ke kamu, boleh kapan aja kalau mau menginap di sana asalkan kamu harus jaga diri dan sering pulang ke rumah," pesan Alan pada putri tunggalnya, "Iya Tephi janji Pa!" Fely merangkul pundak Tephie, "papa sama mama kasih kebebasan yang bertanggung jawab untuk Tephi karena Tephi udah dewasa, jadi mama harap Tephie harus jaga kepercayaan papa sama mama yah sayang." Tephi tersenyum dan memeluk mamanya, "pasti ma." ---------- "Beuuh apartemen bokap lo guedee beuuth Phie," Lea terkagum saat masuk ke apartemen Alan yang kini menjadi milik Tephi. "Alay bin Lebay lo Le, udah ntar aja ngencesnya, bantuin gue dulu sini nyusun barang." Lea merengut kesal namun akhirnya ikut membantu Tephie. "Lo yakin tinggal di sini sendirian?" Tanya Lea sebelum ia pulang, karena hari sudah larut malam. "Iya yakin, gue mau belajar mandiri Le, gue bisa jaga diri kok, tenang aja," ucap Tephi meyakinkan Lea. "Okelah gue balik dulu yah Phie," setelah berpamitan, Lea berjalan pergi meninggalkan apartemen Tephi, kini tinggalah Tephie sendiri. 'Kalau jam segini biasanya gue sih gangguin Edo,' batinnya. Jam menunjukan pukul 9 malam, sebelum beranjak tidur, Tephi keluar apartemen untuk membuang sampah hasil beres-beres tadi. Cukup banyak jadi ia akan membuangnya di pembuangan akhir apartemen yang terletak di lantai 1. Setelah mengunci kamar apartemennya, Tephi segera beranjak dengan membawa plastik besar sampah-sampahnya, namun langkahnya terhenti saat ia merasa menabrak sesuatu yang tinggi di hadapannya. "EEH??!!" Tephie sadar ia menabrak seorang pria yang sepertinya penghuni di salah satu apartemen, tapi bukan itu masalahnya, yang jadi masalah pria itu adalah, "Pak Ardi??!" "Oh kamu tinggal di sini ternyata?" Ardi yang juga ikut terkejut namun dapat menetralkan ekspresinya. "Eh iya pak di situ," Tephi menunjuk pintu kamar apartemennya. "Setahu saya, itu milik tuan Pradipta, apakah kamu--" "Iya saya putrinya Pak, jadi anda mengenal Papa saya?" Sebenarnya Tephi sedikit risih bicara formal begini, lebih senang saat bicara dengan Lea. "Yah cukup kenal sebagai rekan bisnis, ternyata putrinya adalah salah satu mahasiswi saya, dunia memang sempit," ucap Ardi dengan nada datar, 'Dasar Mr. Flat!' "Saya permisi dulu pak," Tephi memilih untuk pergi secepatnya dari tempat itu, namun panggilan Ardi kembali membuatnya berhenti. "Jangan buang sampah malam-malam, dibawah sudah gelap dan berbahaya untuk seorang anak gadis sendirian," Tephi cukup percaya dengan ucapan Ardi hingga ia ragu untuk turun, "Ugh ngga takut!" Tephi yang keras kepala akhirnya melanjutkan untuk tetap turun ke lantai satu, "lagian ini kan masih jam 9, dasar lebay!" Gerutunya saat sudah memasuki lift. Namun saat sampai ditempat pembuangan sampah, "kok beneran gelap sih?" Tephi mulai ragu padahal tempat sampahnya tinggal beberapa langkah lagi namun serasa jauh tiba-tiba di mata Tephi. Saat dalam keraguan apakah akan lanjut jalan atau kembali, tiba-tiba Tephi merasa ada yang menepuk bahunya. Tephi yang sudah dipenuhi pikiran horor akhirnya, "KYAAAAAAAAAAAAA--mmmpphhh!!" Sebuah tangan membekap mulutnya, "Berisik!" Suara itu membuat Tephi terdiam, ya dia kenal suara ini. "Udah kuduga kalau kamu bakal ketakutan di sini" lanjut pria yang ternyata adalah Ardi, "E-eh Pak Ardi--" Ardi mengambil plastik sampah di tangan Tephi lalu membuangnya di tempat pembuangan sampah. "Kembalilah ke apartemenmu, sudah malam," ucap Ardi dingin membuat Tephi sedikit sebal, Tephi berbalik setengah berlari kembali ke kamar apartemennya. "Dasar manusia aneh!" Umpatnya saat sampai di depan pintu apartemennya. -------- "MATI GUE TELAT!!!" Pekik Tephie begitu bangun dan melihat jam di ponselnya. Segera diambil handuknya dan buru-buru masuk kamar mandi. Lima menit saja Tephie menyelesaikan ritual rutinnya. "Koit dah gue hari ini!" dumelnya sambil memakai sepatu kets miliknya. Tephie memang harus terbiasa bangun sendiri sekarang, biasanya akan ada suara merdu sang mama yang meneriakinya jika sudah waktunya bangun, kini hanya suara jam weker ponselnya itupun kadang mustahil berhasil. You know what i mean lah yah. Tephie menyambar kunci mobil di meja samping kasurnya lalu berlari keluar kamar apartemennya segera berangkat ke kampus setelah sebelumnya mengunci kamarnya. Sepuluh menit lagi kelasnya dimulai, dan Tephie membuat perjalanannya dari apartemen hanya lima menit, dari normalnya lima belas menit, beruntung ada jalan pintas sehingga tidak terjebak macet. "Dari muka lo, pasti lo habis jadi pembalap lagi yah di jalan?" Terka Lea melihat sahabatnya yang baru sampai dengan wajah abstrak, "Sok tahu lo!" cibir Tephie, "Dasar tapir, sok ga ngaku pula!" lanjut Lea memanggil nama ledekannya pada Tephie, Tapir-Tephie, benar-benar ngga nyambung. "Yang penting gue selamat Le, dari pada mati muda gue gara-gara telat di makul Mrs. Killer, ogah deh!" lanjut Tephie, "Haha yah hukuman Mrs. Killer kalau lo telat paling cuma ngukur kampus Phie," ledek Lea. Tephie menatap sohib somplaknya dengan tatapan sinis, "iya ngukur kampus yang seluas 4 x lapangan bola sambil jalan jongkok, pulang-pulang amputasi kaki gue!" Lea tertawa, puas dengan penderitaan sahabatnya, inilah sahabat yang paling patut di contoh pemirsa, "udah ah, gimana kehidupan baru lo di apartemen?" Lea mengganti topik pembicaraan, "Absurd abis" keluh Tephie, Lea kembali terkekeh, "kenapa Phie? Lo dapat tetangga menyebalkan?" Tephie langsung teringat Ardi, rektornya yang sekarang sekaligus sebagai tetangganya, ia yakin kalau Lea tahu akan heboh. "umm sebenarnya Le..." Tephie segera membisikan sesuatu ke telinga Lea, "DEMI APA LO TETANG--" "NONA LEANORA WINATA! BISA KITA MULAI KELAS KITA?" pertanyaan sangar dari dosen yang terkenal sangar dikelas membuat Lea bungkam sambil melotot ke arah Tephie, yang dipelototi hanya menahan agar tidak meledak tertawa dan menjadi mangsa selanjutnya si dosen predator. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN