Rara menelan ludah nya dengan paksa saat melihat rumah bernuansa putih dengan pagar yang menjulang tinggi ke atas dengan perasaan bercampur aduk.
"Permisi, mbak?" Rara tersentak kaget ketika mendengar suara seorang laki-laki, Rara memperhatikan laki-laki tersebut.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Emm, bapak satpam?" Laki-laki itu mengangguk sambil tersenyum.
"Mbak mau ketemu sama siapa?"
"Saya mau ketemu sama Ardhan, pak."
"Oh, silahkan masuk. Den Ardhan ada di dalem kok."
Rara mengepalkan tangannya yang sudah keringat dingin dengan perasaan yang masih bercampur aduk, saat dirinya sudah berada di depan pintu utama siap untuk memencet bel rumah tersebut tiba-tiba saja pintunya terbuka.
Deg!
"Lo?!"
Rara memperhatikan wajah yang ada di hadapannya dengan seksama.
"Mana Abang, lo?" Tanya Rara akhirnya memecah keheningan.
Nathan melipat kedua tangannya di depan d**a sambil bersandar di daun pintu dengan wajah seriusnya.
'Eh, gak salah gue kan?'
Cara Rara membedakan Ardhan dan Nathan adalah melalui ekspresi wajah, Ardhan lebih banyak serius sementara Nathan tidak. Dan kali ini wajah itu terlihat sangat serius.
"Yakin lo gue Nathan?" Tanya nya, Rara semakin bingung lagi dan kembali memperhatikan wajah tersebut dengan lebih serius.
"Eng... Oh, lo Ardhan ya?"
"HAHAHAHA...!! Tegang amat komuk looo?" Rara berdecak kesal, ternyata laki-laki itu adalah Nathan yang seolah-olah berubah menjadi Ardhan.
"Aduuhh!" Nathan meringis kesakitan saat perutnya di pukul dengan tas kecil milik Rara dengan sangat kuat.
"Sakit anjing!" Ucap Nathan seraya mengelus perutnya.
"Bomat!!! Mana Abang lo?"
"Dalem lah,"
"Lu mau ngapain? Cari muka ama bonyok gue?" Tanya Nathan, Rara hanya menatap Nathan dengan sinis.
"Ra?" Rara sedikit berjinjit untuk melihat orang yang sedang berdiri di belakang Nathan.
"Lo udah dateng, yuk masuk." Ardhan menyeret Nathan menjauh dari pintu karena adiknya itu menghalangi Rara untuk masuk.
"Lo duduk di sini dulu ya, gue mau ambil laptop." Kata Ardhan yang dibalas anggukan oleh Rara.
Sambil menunggu Ardhan, Rara memperhatikan isi rumah tersebut hingga matanya terhenti kepada sosok gadis cantik yang sedang berjalan menuruni anak tangga, mata gadis itu juga membalas tatapannya.
"Hai," Rara tersenyum canggung kepada Cheara yang sudah berdiri tidak jauh darinya.
"Kamu adiknya Ardhan sama Nathan, ya?"
"Iya!" Rara tersenyum kecut saat mendengar ucapan ketus Cheara dan itu membuat Rara ingin pulang sekarang juga.
"Kakak, pacarnya kak Ardhan atau kak Nathan?" Tanya Cheara sudah duduk di single sofa.
"Eh, enggak dua-duanya. Aku temen mereka." Jawab Rara. Cheara hanya mengangguk.
"Kakak lebih suka kak Ardhan atau kak Nathan?" Tanya Cheara lagi, Rara sedikit terkejut dengan pertanyaan gadis itu.
"Eng, aku sama mereka cuma temen."
"Iya, Che tau temen. Kan tadi kakak udah bilang, kenapa kakak gak mau jawab? Kan Che cuma nanya kakak suka sama siapa bukan cinta sama siapa, kalo suka kan manusiawi semua orang bisa suka sama siapapun, tapi kalo cinta kan beda, cuma untuk satu orang aja." Rara melongo mendengar ocehan Cheara, ia hanya tidak menyangka jika gadis kecil itu sudah mengerti perbedaan antara suka dan cinta.
"Kakak boleh suka sama kak Nathan, tapi gak boleh suka sama kak Ardhan!" Tegas Cheara menatap lekat Rara yang hanya diam kebingungan.
Rara melirik ke kanan dan kiri lalu kembali menatap Cheara dengan ekspresi yang susah untuk di jelaskan.
"Kak Ardhan itu punya Che, jadi gak boleh ada yang ngambil. Kalo kak Nathan boleh ada yang ngambil termasuk kakak!" Lanjut Cheara.
"Emm..."
"Che? Kamu ngapain di sini?" Cheara menoleh ke asal suara, begitu juga dengan Rara.
"Kak? Ntar malem temenin Che ke toko buku, ya?" Pinta Cheara kepada Ardhan, Nathan berjalan mendekati mereka sambil memainkan ponselnya.
"Sama Nathan aja, ya?" Tawar Ardhan, Nathan menoleh karena nama nya di bawa-bawa.
"Apaan?" Tanya Nathan.
"Ntar malem temenin Cheara ke toko buku."
"Gak mau ah, lama ini anak kalo beli apa-apa. Lumutan gue nunggu nya!" Tolak Nathan sambil duduk di sebelah Rara, Nathan menatap Rara ketika gadis itu bergeser sedikit menjauhinya.
"Che juga gak mau sama kak Nathan! Gak mau!" Ucap Cheara.
"Ogah juga guaaa!" Balas Nathan dramatis, Rara menahan senyumnya agar tidak mengembang karena tingkah konyol Nathan.
Cheara yang sedang menatap Nathan berbalik menghadap Ardhan dengan mata yang berkaca-kaca, sudah sering sekali gadis itu menangis akibat ulah, perkataan, maupun perlakuan Nathan kepadanya. Dan itu semua belum bisa Cheara terima walaupun sudah bertahun-tahun lamanya ia memahami bagaimana sifat Nathan yang sesungguhnya. Cheara paling tidak bisa dikasari, entah Nathan mengerti akan hal itu atau tidak yang jelas Cheara lebih menyayangi Ardhan.
Cheara melingkarkan tangannya di pinggang Ardhan lalu menangis.
"Lo kan bisa nolak baik-baik, Nat." Kata Ardhan sambil mengelus punggung dan kepala Cheara. Rara terenyuh melihat kedekatan Ardhan dan Cheara.
'Pantes dia ngomong gitu tadi'
"Ya, sorry." Nathan langsung merasa bersalah saat mendengar isakan Cheara.
"Ya udah, ntar malem sama kakak, ya." Cheara mengangguk kecil mendengar ucapan Ardhan dan semakin mempererat pelukannya.
'Ternyata emang beneran baik!' Batin Rara tanpa mengalihkan tatapannya dari Cheara dan Ardhan.
"Pokoknya lo harus minta maaf!" Ujar Ardhan kepada Nathan saat Cheara sudah kembali ke kamarnya.
"Ntar malem gue ikut deh."
"Iye, udah awas elah." Ardhan menarik paksa Nathan agar beranjak dari duduknya, setelah Nathan berdiri Ardhan menggantikan posisi duduk Nathan di sebelah Rara.
"Mami sama papi mana sih?" Tanya Nathan.
"Keluar. Jangan keluar lo kalo gak bareng gue!" Ardhan mengepalkan tangannya ke arah Nathan.
"Jan lama-lama deh lo berdua pacarannya, ni rumah bukan untuk pacaran." Ucap Nathan seraya berjalan menjauhi Ardhan dan Rara.
Ardhan menggeleng kecil mendengar ucapan Nathan sementara Rara sudah mulai gugup. Ia memperhatikan wajah Ardhan dari samping.
'Bener-bener beda sama Nathan!'
"Lo nulis materinya gantung?" Tanya Ardhan memulai pembicaraan terlebih dahulu.
"Emm, enggak sih. Tapi menurut gue materi nya bagus di artikel yang lo search di sekolah tadi." Jawab Rara tanpa menatap Ardhan.
"Ya coba aja cari artikel lain, kali aja ada yang lebih bagus." Ujar Ardhan.
"Terserah lo sih, coba aja cari."
Dari balik jendela, seorang laki-laki dan perempuan sedang mengintip Ardhan dan Rara yang tengah fokus mengerjakan tugas.
"Eh, tumben lho bawa cewek."
"Pasti itu pacar nya Ardhan."
Nesya langsung menatap Arkan.
"Yakin kamu itu Ardhan?" Tanya Nesya sedikit menjebak. Arkan kembali memperhatikan kedua anak muda itu, lebih tepatnya memperhatikan Ardhan.
"Yakin lah, itu Ardhan. Aku udah bisa lah bedain mereka, sayang." Nesya mengangguk lalu meninggalkan Arkan sendirian di teras.
Saat sedang menulis Rara dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka secara tiba-tiba tanpa ada suara bel terlebih dahulu.
Nesya berjalan mendekati Ardhan dan Rara tanpa ekspresi sehingga membuat Rara takut.
"Kenapa malah belajar di sini? Kenapa gak di ruangan belajar, Ardhan?" Tanya Nesya.
"Cuma dikit mi tugasnya ngapain rajin banget ngerjain di ruang belajar." Jawab Ardhan dengan tatapan fokus ke laptopnya.
"Iya sih, daripada kamu gak pernah ngerjain tugas sama sekali." Kata Nesya seraya tertawa kecil, Rara tersenyum saat Nesya menatapnya.
"Kamu pacar Ardhan, ya?" Tanya Arkan tiba-tiba sudah berdiri di samping Nesya entah sejak kapan.
"Temen, pi!" Jawab Ardhan.
"Lho, papi nanya dia kok kenapa kamu yang jawab."
"Ya udah tanya aja, pasti sama jawabannya kayak Ardhan."
Arkan menatap Rara seolah-olah ingin meminta jawaban.
"Iya om, cuma temen."
"Om pikir pacar, karna Ardhan gak pernah ngenalin pacarnya ke om sama tante." Mendengar itu Rara tidak percaya, Ardhan terkenal dengan cewek segudang nya tapi belum ada yang ia kenalkan kepada orangtuanya? Baru dirinya?
"Ya udah, lanjut deh belajar nya. Om sama tante mau ke atas dulu." Pamit Arkan.
"Iya om." Balas Rara dengan senyuman.
Setelah kepergian Arkan dan Nesya, Rara kembali menulis.
"Ra?" Panggil Ardhan.
"Hmm,"
"Gue mau nanya sama lo." Rara berhenti menulis tanpa menatap Ardhan.
"Nanya apaan?"
"Ya lo liat gue lah!"
Dengan malas Rara menatap Ardhan, Rara tidak menyangka jika ia bisa menatap Ardhan dengan sedekat ini, jarak wajah mereka hanya sejengkal.
"Udah kan, mau nanya apa lo?"
"Tapi ko jawab jujur, ya?"
Jantung Rara mulai berdetak kencang karena merasa tidak nyaman dengan pembicaraan mereka kali ini.
"Ya, gue usahain."
"Lo suka sama-" Ardhan sengaja menggantungkan kalimatnya agar menambah kesan tegang di raut wajah Rara, dan seperti nya berhasil.
'Mati gue mati'
"Jawab jujur, ya?" Rara memutar kedua bola matanya karena jengah Ardhan tidak kunjung melanjutkan pertanyaannya.
"Cepetan, deh!"
"Lo suka sama, Nathan yaah?" Mata Rara terbelalak lebar.
'Suka? Nathan? Suka sama Nathan?'
"Ra?" Panggil Ardhan.
"Hahahaha..."
Ardhan terdiam melihat Rara yang sedang tertawa padahal tidak ada yang lucu menurut nya.
"Lo, apaan sih? Ya kali gue suka ama adek, lo! Diihh, najis dah!" Rara menggelengkan kepalanya di sela-sela tawa seraya lanjut menulis.
"Oh, jadi lo gak suka sama Nathan."
"Gak lah, amit-amit!"
"Kalo sama gue?"