Tak bisa di pungkiri rasa ini semakin menggebu, tapi aku tak bisa melakukan apa pun, selain menunggumu.
Karna rencana yang sudah tersusun untuk ikut datang terhadap acara lamaran Salsa akhirnya dengan berat hati Aiza tidak jadi menghadiri acara tersebut. Untuk meminimalisir kekecewaan Salsa, Aiza akhirnya menelpon Salsa.
"Assalamu'alaikum" ucap Aiza setelah telponnya diteima oleh Salsa.
"Wa'alaikumussalam kamu ko ga dateng sih, katanya mau kesini" Ujar Salsa.
"Maaf yah aku ga bisa datang, tadi ada sedikit kendala, jadi gimana cowo yang dijodohin sama kamu? Dia baikkan?" tanya Aiza.
"Za, dia laki-laki yang baik. Dan kamu tau? Dia laki-laki yang aku cintai sedari dulu. Kamu pasti kenal dengan dia" Ujar Salsa antusias.
"Alhamdulillah kalo gitu, emang siapa sa? sampe kamu ngomong aku kenal dia?" Tanya Aiza penasaran.
"Nanti aja kamu tau saat pernikahan. Aku nikah dua bulan lagi, ga terlalu meriah juga si. Sangat-sangat ikhwan sejati pokoknya." Ujar Salsa Antusias
"Ko cepet?"
"Kamu nyuru aku nunda pernikahan gitu?" sewot Salsa
"Ya ga gitu juga maksudnya, gimana ya" ujar Aiza bingung.
"Iya aku ngerti jadi keluarga kita gamau terlalu lama takut jadi fitnah. Udah dulu ya bunda manggil aku, nanti aku cerita deh sekalian kamu harus cerita kenapa kamu gajadi dateng. Dahh Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam" Setelah menutup sambungan telepon dengan Salsa, Aiza justru termenung memikirkan siapa sebenarnya lelaki yang dijodohkan dengan Salsa. Dan kenapa juga Aiza mengenal lelaki itu?
Bukannya selama ini dia tidak dekat dengan lelaki manapun?
***
Sebab sangat penasaran dengan laki-laki yang dijodohkan dengan Salsa, Aiza mengajak Salsa ke kantin untuk membicarakan perihal perjodohan Salsa. "Pokonya kamu harus jelasin semuanya" ucap Aiza dengan tidak sabaran, karena sekarang mereka masi sedang berjalan menuju kantin agar bisa leluasa untuk Salsa menceritakan semuanya.
"Iyah ih Za kamu ko jadi cerewet"
"Ya abisnya kamu bikin aku penasaran" Salsa hanya terkekeh dengan rasa ke kepoan Aiza. Sahabatnya benar-benar penasaran dengan calon imamnya.
"Udah yah Za, kamu cari tempat duduk dan aku pesan makanan okee. Makanan kamu seperti biasa kannn dahh Assalamu'alaikum" Pamit Salsa.
"Wa'alaikumussalam" ujar Aiza sebal. Akhirnya Aiza memutuskan duduk di pojok kantin yang lebih enak untuk berbicara sesuatu yang sedikit rahasia.
"Bengong aja"
"Astagfirullah, Assalamualaikum Reina" ucap Aiza mengingatkan Reina. Karna lagi-lagi Reina selalu membuatnya kaget.
Dan Reina dengan tidak tau dirinya hanya membalas dengan senyuman dan duduk begitu saja di hadapan Aiza. Aiza akhirnya paham dengan sifat Reina yang memang seenaknya sama dengan abangnya sendiri.
"Kamu uda sembuh Rei? " Tanya Aiza.
"Suut gue lagi gamau ngomongin itu Za, tapi ada yang mau gue tanyain sama lo" Reina dengan serius menatap aiza yang mengerutkan alisnya bingung. Ada apa lagi dengan anak ini sebenarnya?
"Ada apa rei?"
"Lo di omongin apa sama abang gue kemaren?"
"Abang kamu ga ngomong apa-apa sama aku"
"bener? Lo ga boongkan?" bukan untuk memaksa Aiza agar bercerita tentang kejadian kemarin. Hanya saja dia merasa khawatir. Takut jika abangnya melakukan hal buruk pada Aiza, Padahal semuanyakan salah Reina sendiri.
"Engga emangnya kenapa?" lagi-lagi Aiza dibuat bingung dengan Reina.
"Engga lupain" akhirnya karna tidak ingin menambah kebingungannya, Aiza memilih diam dan menunggu Salsa datang.
"Assalamu'alaikum" Ujar Salsa.
"Wa'alaikumussalam" ucap Reina dan Aiza bebarengan.
"Oh duduk" karna sadar Salsa hanya diam Reina pun menggeser tempat duduknya. Mempersilakan Salsa agar duduk di sebelahnya.
"Makasi"
"Oke"
"Makan Rei" Tawar Aiza.
"Engga, kalian aja" tolak Reina. Akhirnya Reina hanya diam dan memainkan handphonenya. Sambil menunggu Aiza dan Salsa yang sedang makan. Sementara Aiza dan Salsa melakukan isyarat mata. Merasa aneh dengan gadis itu. Yang biasanya jarang sekali gabung dengan mereka. Karna sudah selesai makannya, Salsa yang gemas dengan Reina pun meminta penjelasan.
"Rei maaf nih ya, sebenarnya ada apa?" Tanya Salsa.
"Aduuu, sebenernya gue mau minta tolong" Ujar Reina.
Ternyata ada maksud. Karna mahasiswi populer seperti Reina mana mungkin ingin duduk disini. Tanpa maksud apapun.
"Ada apa rei?" tanya Aiza tumben sekali Reina meminta tolong padanya dan Salsa.
"Gimana yaaa. Aiza, Salsa kalian... bisa bantu gue buat euuu...itu pake jilbab" dengan ragu akhirnya Reina mengucapkan keinginannya. Keinginan yang sudah lama ia inginkan.
"Masya allah" spontan Aiza dan Salsa Sungguh allah memang bisa mebolak balikan hati manusia. Padahal Reina merupakan gadis yang begitu sulit untuk di nasehati. Namun dengan ijin allah apapun akan selalu terjadi
Sebab hidayah itu di raih bukan di tunggu.
"Kita pasti bantu Rei" ucap Aiza dengan tersenyum tulus atas niat Reina.
"Ada yang mau gue tanyain dulu. " ujar Reina.
"Apa?" ujar Salsa antusias dan sedikit bingung dengan Reina. Karna jika dia bisa membantu orang lain dalam kebaikan insyaa allah dia akan di bantu allah di segala urusannya.
"Pertama, kapan kalian pake jilbab. Terus kedua apa.... Emm dalam islam kita gaboleh mencintai.... Euuu itu mencintai kaka kandung kita sendiri?" ucap Reina dengan ragu-ragu di akhir kalimatnya dan dia pun semakin menunduk menunggu jawaban dari Salsa dan aiza. Aiza dan Salsa jelas kaget. Ternyata ini, kenapa Reina selalu berbeda sifat jika dengan abangnya.
"Emm maaf ya Rei aku koreksi, yang benar bukan jilbab tapi khimar atau hijab. Karna kalo jilbab itu pakaian yang panjang sampai kaki dan tidak terpotong, pakainnya longgar trus tidak ketat, tapi khimar atau hijab itu adalah tudung kepala yang harus menutup hingga d**a. Dan untuk itu aku pake khimar yang tidak lepas pasang setelah aku kelas 2 smk" ucap Salsa dengan hati-hati menasehati Reina. Takut-takut jika anak itu tidak menerimanya dan malah menjadi salah paham.
"Kalo aku dari smk kelas 1 Rei. " ucap aiza
"Apa aku udah telat?" tanya Reina.
"Sama sekali engga Rei gaada kata terlambat untuk berubah, mau umur kamu sudah berapapun dan kamu sudah berniat untuk berubah menjadi lebih baik itu tidak akan mengurangi pahala yang allah berikan" jelas Aiza dengan menasihati Reina. Karna dia pun sama masi sedang belajar. Ilmu agamanya pun tak seberapa tapi bukan tentang ilmu agama yang seberapa tapi tentang keberaniannya memberi tau apa yang dia tau meski hanya sedikit.
Reina hanya mengangguk dan kembali menatap Aiza dan salsa secara bergantian dengan cukup lama seperti ragu dengan pertanyaannya yang kedua.
"Za, Sa, lalu gimana dengan pertanyaan gue yang kedua?" tanya Reina kembali dengan mata yang terus menundukan pandangan merasa hina dengan dirinya sendiri karna bisa-bisanya dia menyukai abangnya.
"Maaf yah Rei setau aku haram hukumnya menikahi saudara kandung, dan kamu jelas salah karan sudah mencintai abangmu sendiri. Dan (diharamkan bagi kalian) mengumpulkan dua wanita yang bersaudara (dalam satu pernikahan), kecuali yang telah terjadi pada masa lalu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa’ : 23) nah disitu sudah jelas bahwa itu memang merupakan sesuatu yang di haramkan allah Rei, tapi kamu jangan takut, kalo kamu niat untuk melupakan abangmu karna mencari ridha allah Insyaa allah kamu pasti allah ampuni" Setelah Aiza menjelaskan dengan hati-hati agar tak menyakiti perasaan Reina. Reina justru malah menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Salsa yang kebetulan duduk di samping Reina mengusap pundaknya bermaksud agar Reina merasa tenang.
"Kalian apakan Reina" teriak abang Reina yang baru saja datang langsung memarahi Aiza dan Salsa yang jelas kaget dengan teriakan dan kedatangannya.
"Abang mereka ga ngapa-ngapain Reina"
"Kalo mereka ga ngapa-ngapain, kamu gaakan mungkin bisa nangis kaya gini. Abang tau kamu Rei, kamu bukan perempuan cengeng. Jadi gamungkin kamu bisa nangis kalo bukan karena mereka. " ucap abangnya tajam dan menatap Salsa dan Aiza yang menundukan pandangannya.
"Aiza belum puas kamu membuat Reina masuk rumah sakit kemarin? Dan sekarang kamu membuat Reina menangis seperti ini? Dasar perempuan ular hati dan penampilannya tidak senada!!" Ucapannya begitu melukai harga diri Aiza. Dia tak apa jika dia yang dihina. Tapi, tolong jangan hina pakaiannya. Dengan menahan amarahnya aiza menatap abang reina sebentar lalu mengalihkan pandangannya kesegala arah.
"Dengar ya, kamu berhak menghina saya tapi kamu sama sekali tidak bisa menghina pakaian saya. Kamu bisa tanyakan sendiri pada Reina kenapa ini bisa terjadi. Reina aku duluan assalamu'alaikum"
"aku juga duluan Rei, assalamu'alaikum” Aiza dan salsa sungguh kecewa dengan abangnya reina yang seenaknya menuduh tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Bisakah lelaki itu menanyakan dulu dengan baik apa yang sebenarnya terjadi. Bukan dengan tiba-tiba datang lalu menuduhnya tanpa bukti. Aiza terus berjalan seraya mengucapkan istigfar dalam hatinya. Dia sudah lepas kontrol.
Salsa hanya bisa diam melihat Aiza terus mengusap matanya agar air mata tak keluar terus menerus. Hatinyapun merasa sakit dengan perkataan dari laki-laki itu.