Chapter 1

789 Kata
Anisa Asmaranti, wanita anggun dan cantik apa adanya. Sifat sabarnya selalu membuat semua orang terkagum. Pasalnya jarang ada wanita yang sesabar Anisa. Dia adalah anak tunggal dari umi Arafah dan abi Hamdan. Anisa sedari kecil sudah dididik agama oleh Abi Hamdan, dan sekarang Anisa menjadi wanita yang kuat agamanya. Meskipun begitu, Anisa merasa bahwa dirinya belum sebegitu kuat agamanya. Keputusan berhijrah ia ambil ketika berusia 17 tahun, dan setahun lagi maka ia akan lulus SMA. "Nisa apa kau sudah selesai menata buku mu?" tanya umi yang berada di ambang pintu. Anisa menoleh dan tersenyum, mendapati umi nya tersenyum padanya. "Sudah hampir selesai umi." "Umi tunggu dibawah, ada yang ingin umi dan Abi bicarakan." setelah mengatakan itu Umi Arafah pergi menuju ruang tamu. Anisa segera menyelesaikan beres-beres bukunya, dan segera turun ke ruang tamu. Tapi, sebelumnya Anisa berganti pakaian. Ia memakai gamis berwarna abu-abu dengan kerudung besar berwarna putih. Dan segara turun kebawah. "Iya Umi Abi, katanya ada yang ingin dibicarakan dengan Anisa?" tanya Anisa yang sudah berada di ruang tamu. "Duduk dulu Anisa." perintah Abi yang dilaksanakan oleh Anisa. "Abi mau tanya. Apa Anisa sudah punya pacar?" pertanyaan itu yang tiba-tiba keluar dari mulut Abi Hamdan. "Tidak Abi, Anisa masih ingat larangan berpacaran. Dan Anisa pun tak berniat pacaran, karena yang terpenting sekarang adalah memperbaiki akhlak Umi, Abi." jawab Anisa dengan santun. "Abi berpesan pada Anisa, jangan berpacaran dulu. Tuntaskan sekolah mu, dan setelah itu baru Abi akan menikah kan Anisa." kata Abi membuat Anisa terkejut, di kalimat terakhirnya. "Abi apa-apaan si, kan Anisa belum lulus SMA Abi. Masa iya mau main nikah aja." ucap Anisa dengan pipi yang merona. "Kan Abi bilang setelah lulus sekolah." "Enggak ah Abi, Anisa mau lanjut kuliah dulu baru nikah." tolak Anisa halus. "Tidak Anisa, menikah akan menghindarkan kamu dari kemaksiatan." kekeh Abi Hamdan. "Iya Anisa, lebih baik kamu turuti kemauan Abi. Toh, apa yang Abi putuskan itu adalah keputusan yang tepat, dengan menikahkan kamu setelah lulus sekolah." Umi Arafah mencoba memberi pengertian kepada Anisa. Anisa terdiam sebentar dan menarik nafas panjang sebelum menjawab, "Baiklah Umi Abi. Tapi apa setelah menikah Anisa bisa melanjutkan sekolah Anisa. Dengan berkuliah?" "Itu semua tergantung persetujuan suami mu kelak." jawab Abi dan Umi bersamaan. "Baiklah kalau begitu umi, Abi. Anisa pamit keatas dulu, karena besok Anisa berangkat pagi." pamit Anisa, dan segera menuju ke kamarnya. Pikirannya kacau, sebenarnya ia tak mau di nikahkan setelah lulus SMA. Tapi mau bagaimana lagi, itu semua adalah keputusan orang tuanya. Dan semua keputusan orang tuanya pastinya, adalah keputusan yang tepat. "Sebelum semuanya terjadi, lebih baik aku semakin memperbaiki akhlak." gumam Anisa dan berbaring di tempat tidur. Sebelum tertidur, Anisa membaca doa dan mulai memejamkan mata. Hingga alam mimpi menjemputnya. ******* Aidan Putra Adavaa, lelaki soleh dengan agama yang kuat. Ia adalah anak ke dua dari bunda Ana dan ayah Dhani. Aidan tumbuh besar dengan didikan keras, ayah Dhani mengajarkan Aidan agar selalu menjadi manusia yang tegas, adil, jujur dan selalu ingat kepada Allah. Selama ini pula Dhani melarang anaknya untuk berpacaran, yang selalu di pikirannya akan membawa kemaksiatan. Dan setahun lagi Dhani berniat menikahkan Aidan dengan anak sahabatnya. Tepat di usia Aidan yang ke dua puluh tiga. Di usianya yang sekarang ini, Aidan sudah menjadi CEO perusahaan terbesar di Indonesia. Jabatan CEO yang disandangnya, membuat para wanita tergila-gila dengan Aidan. Apalagi paras tampan Aidan yang tak terkalahkan. Semakin membuat para wanita mengagumi dan memperebutkan Aidan. Tapi, Aidan tak memilih wanita wanita diluar sana. Ia setuju jika setahun lagi ayah dan bundanya akan menikahkannya, dengan salah satu putri sahabat ayahnya. "Aidan apa kau siap setahun lagi menikah?" tanya Dhani memecahkan keheningan di meja makan. Aidan menghentikan makannya, mendongak menatap sang ayah, "Siap." Jawaban yang di berikan Aidan bernada mantap. Membuat Ana bundanya tersenyum. "Eh sebentar lagi adik gue mau nikah. Enggak jomblo lagi." celetuk Putra seenak jidatnya. "Diem lo. Gue nikah dan lo jomblo bang." ejek Aidan kembali, membuat Putra geram. Pasalnya sampai sekarang Putra belum menikah-menikah, padahal usianya sudah dua puluh lima tahun. "Eh sudah-sudah habiskan makanan kalian. Jangan terus ngomong." peringat bunda, seketika Putra dan Aidan terdiam. Setelah makan malam selesai, Aidan langsung menuju kamarnya yang berada diatas. Tepat bersebelahan dengan Putra. Ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur, dengan pikiran terus tersita kepada gadis siapa yang akan menikah dengannya. Karena sampai sekarang ayah dan bundanya tidak menunjukkan foto gadis itu. Sehingga membuat Aidan penasaran. Dan jika bertanya kepada ayah dan bundanya maka jawabannya adalah. "Biarlah rupa gadis itu menjadi kejutan. Di jamin kau pasti terkagum-kagum dengan paras cantiknya, ayah dan bunda tidak akan menunjukkan fotonya. Dan membuat kamu terus membayangkan wajahnya, dan membuat kamu dosa." Selalu kalimat itu yang bundanya ucapkan, ketika dirinya meminta tunjukkan foto calon istrinya. Sudahlah Aidan tak mau memikirkannya lagi, yang terpenting dia adalah gadis bukan waria. Aidan mulai memejamkan mata, setelah berdoa. Dan perlahan-lahan tertidur. Meninggalkan kehidupan dunia, dan beralih ke dunia mimpi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN