Chapter 2

764 Kata
Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Saatnya Anisa berangkat sekolah, dan setahun lagi ia akan lulus, lalu menikah. Dengan seseorang yang dipilihkan Umi dan Abinya. Sungguh berat Anisa menerima kenyataan bila ia akan menikah secepatnya. Padahal dirinya ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi. Tapi, apa daya Anisa. Ia tidak bisa menolak keputusan kedua orang tuanya. Dan Anisa yakin keputusan yang diambil Umi dan Abinya, pasti keputusan terbaik untuk dirinya. Sebenarnya Anisa berangkat sekolah pukul 06.30. Tapi Anisa hari ini ingin ke perpustakaan dulu, sebelum bel masuk berbunyi. Anisa saat ini sudah rapi dengan seragam sekolahnya, ia segera turun kebawah. Dan mendapati kedua orang tuanya sedang bercengkrama, dengan dua orang paruh baya. "Assalamualaikum Umi, Abi." sapa Anisa dan mencium tangan kedua orang tuanya. "Waalaikumsallam Anisa." jawab Umi dan Abinya bersamaan. "Assalamualaikum bapak, ibu." sapa Anisa juga kepada dua orang baya didepannya. "Waalaikumsallam nak." jawab dua orang yang diyakini adalah sepasang suami istri. "Duduklah nak." suruh Abi. "Wah cantik sekali putri kalian. Sopan lagi, saya semakin yakin untuk menjadikannya menantu saya." ujar wanita baya tersebut. Anisa kebingungan akan perkataan wanita baya itu. Ia menoleh dan menatap Umi dan Abinya bergantian. Seolah tahu kebingungan putrinya, akhirnya Abi Hamdan angkat bicara. "Anisa mereka adalah orang tua Aidan. Calon mertua kamu nantinya." mata Anisa membelak terkejut. "Mereka..." ucapan Anisa terpotong. "Mereka adalah orang tua Aidan. Dan Aidan adalah lelaki yang akan menikahi mu, setahun lagi." jelas Umi Arafah. "Perkenalkan saya Ana. Mulai sekarang panggil saya bunda." Anisa menjabat uluran tangan, calon ibu mertuanya. "Anisa." "Saya Dhani, kamu bisa panggil saya ayah." Anisa menyatukan tangannya. "Anisa." Mereka akhirnya berbincang-bincang cukup lama, hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 06.30. Yang artinya Anisa harus berangkat sekolah. Dan rencana pergi ke perpustakaannya kandas. "Umi, Abi, bunda, ayah. Anisa pamit berangkat sekolah dulu." pamit Anisa, menyalami tangan orang tuanya. Dan juga calon mertuanya. Anisa tidak lagi menyatukan tangannya, saat bersalaman dengan calon ayah mertuanya. "Iya hati-hati." sahut mereka semua. Anisa berjalan meninggalkan ruang tamu. Dan didepan sudah pak Halim, yang sedang mengelap mobil. Anisa mendekati pak Halim. "Assalamualaikum pak." salam Anisa. "Eh waalaikumsallam non." sahut pak Halim. Dan bergegas membukakan pintu mobil, untuk Anisa. "Anisa memasuki mobilnya, dengan pak Halim yang menjadi supirnya. Hanya membutuhkan sekitar 15 menit, untuk sampai disekolah Anisa. Ditambah jalanan tidak terlalu macet. "Saya masuk dulu pak." kata Anisa setelah keluar dari mobil. "Iya non." Anisa memasuki sekolahnya, dan pak Halim meninggalkan area sekolah dengan mobilnya. Anisa langsung menuju ke kelasnya. Didalam kelas sudah ada Icha yang sedang bercengkrama dengan yang lainnya, "Assalamualaikum semua." salam Anisa ke semua temannya. "Waalaikumsallam Ukhty." jawab serempak semua murid. Terutama para lelaki. Sering kali ketika Anisa memberi salam, dan selalu dijawab, dan diakhiri dengan kata ukhty. Yang akdabv membuat dirinya sedikit risih. Anisa duduk di bangkunya, dan menoleh ke belakang, "Lagi apa Clar? Kok serius banget si. Lagi baca apa si? "Lagi baca novel Teenfiction." jawab Clarista dingin. Ya, memang teman satunya ini mempunyai sifat cuek. Anisa hanya ber o ria. Lalu kembali menatap depan. Hingga terdengar suara lelaki yang memanggilnya. "Anisa." Anis menoleh melihat siapa orang itu. Ternyata lelaki yang memanggilnya adalah Doni. Teman sekelasnya, dan juga ketua kelasnya. "Iya ada apa?" tanya Anisa setelah berdiri didepan Doni, dengan jarak yang lumayan jauh. "Ada penyumbang untuk sekolah kita ini. Karena yang bertugas bila ada penyumbang, adalah ketua OSIS dan anggotanya. Dan kebetulan pak Aidan, ingin berkeliling sekolah ini. Tapi, Maura tidak masuk karena sakit. Jadi pak Fauzi menyuruh mu untuk menemani pak Aidan. Sekalian kamu jelaskan setiap ruangan yang kalian nantinya lewati." jelas Doni, mengutarakan apa yang ingin disampaikannya. "Pak Aidan?" "Iya penyumbang itu bernama Aidan. Pak Aidan." jawab Doni. "Kami tahu dari mana, jika pak Fauzi menyuruhku?" "Tadi aku sempat dipanggil Bu BK. Untuk segera ke ruangan pak Fauzi." "Baiklah terima kasih. Apa sekarang?" tanya Anisa. "Iya An. Pak Aidan menunggu di lapangan." Setelah Doni mengatakan itu. Anisa segera keluar kelas dan berjalan turun menuju lapangan. Disana, tepatnya di tengah lapangan terlihat seorang pria dengan setelan formalnya, berdiri memunggunginya. "Assalamualaikum." sapa Anisa. Anisa yakin orang itu adalah pak Aidan. Pria itu berbalik dan menatap gadis dibelakangnya. Betapa terpukau nya Aidan melihat wajah gadis didepannya. Namun, dengan segera Aidan menepis rasa terpukau nya, karena ia takut dosa. Apalagi kedua orang tuanya sudah menjodohkannya. "Waalaikumsallam." "Jadi kamu yang akan menemani saya, berkeliling sekolah ini?" tanya Aidan dan Anisa mengangguk kecil. Anisa berjalan terlebih dahulu, dan menoleh ke belakang. "Mari pak." Aidan mengikuti langkah kaki Anisa. Di setrip ruangan yang dilewati Anisa menjelaskan ruangan apa itu, dan seterusnya. Dan diantara keduanya tak ada yang sadar. Jika nantinya mereka akan terikat suatu hal dimasa depan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN