bc

Istri Pilihan Anakku

book_age18+
770
IKUTI
8.0K
BACA
HE
opposites attract
arrogant
boss
single mother
heir/heiress
drama
bxg
mystery
loser
single daddy
assistant
like
intro-logo
Uraian

Desakan akan perjodohan dengan teman bisnis sang Ayah, terus Angkasa rasakan. Pasalnya sang Ayah juga tidak mau menerima pilihannya untuk menolak perjodohan yang dilayangkan padanya. Hal itu semakin membuat Angkasa frustasi akan pergerakannya yang tidak leluasa dan terus di bawah kontrol sang Ayah. Namun dengan akal cerdiknya, Angkasa memanfaatkan sang anak untuk lolos dari jeratan perjodohan itu. Bukan hal yang mudah bagi Angkasa untuk membuka pikiran sang Ayah yang kolot, hingga datanglah gadis cantik yang merubah hidup kacaunya menjadi lebih kacau lagi. Karena bersama dengannya, Angkasa rela menerjang badai yang dibuatnya sendiri.

chap-preview
Pratinjau gratis
1 | Istri Pilihan Anakku
Selamat membaca~ - “Papa tidak mau tahu. Kamu harus segera menikah dengan Aneska Yonna, Putri dari Ressa Group!” Tuntutan seperti itu yang selalu Angkasa terima selama dia menjabat sebagai Direktur Utama Sandhaya Sea Company. Jika saja Angkasa tahu akan mendapatkan tuntutan kolot seperti ini, lebih baik Angkasa menjadi orang yang hidupnya biasa saja. “Besok, temui mereka dan datang ke acara makan malam keluarga.” Tegas Wira dengan sorot mata yang semakin melebar setiap kali berhadapan dengan Angkasa. “Tidak ada yang lebih berharga dari Jef dalam hidup Angkasa. Jadi Angkasa tidak akan menuruti permintaan Papa jika itu tidak keluar langsung dari mulut Jefrey.” Jelas Angkasa dengan raut yang sangat tenang meskipun dalam dirinya sudah ingin memberontak setiap kali mendapatkan tekanan dari Wira. “Jefrey tidak ada kaitannya dengan ini semua,” tolak Wira tegas. “Tentu saja ada. Setelah Angkasa menikah, dia yang akan mengurus Jef. Jika saja Jef tidak memberikan izin, maka Angkasa dengan sangat mudahnya untuk menolak siapapun yang akan Angkasa nikahi. Termasuk Aneska, Putri kesayangan Papa.” Balas Angkasa dengan penekanan yang sangat jelas pada tiap kata yang diucapkannya. “Silsilah keluarga kita harus tetap berjalan, Angkasa!” “Apa yang Papa butuhkan selain menikahi Aneska? Angkasa akan turuti semua.” Tegas Angkasa. Wira bungkam. Bagaimana pun dia seperti melihat dirinya sendiri dalam tubuh Angkasa. Anak lelakinya ini memiliki sifat dan sikap yang hampir sama sepertinya saat masih muda. “Jika tidak ada kepentingan lagi, Angkasa pamit. Jef sudah menunggu Angkasa untuk pulang.” Ujar Angkasa seraya menunduk memberi hormat sebelum beranjak meninggalkan rumah yang dia tinggali sedari kecil hingga dewasa. Rumah yang ingin Angkasa hindari karena tidak pernah memberikan kenyamanan. Tidak. Rumah ini tetaplah tempat aman untuk Angkasa saat kecil. Rumah yang sangat berjasa untuk membantunya tumbuh menjadi pribadi kuat seperti saat ini. Angkasa menaiki mobil yang selalu menjadi tunggangannya kemana pun dia pergi. Teman sejati yang selalu ada untuk mengantarkannya di mana pun dan kapan pun. Jalanan kota sedikit lenggang karena jam menunjukkan pukul sembilan malam. Pikiran Angkasa tertuju pada Jefrey yang berada di rumah sendiri. Sebenarnya tidak sendirian, karena masih ada Bibi yang rela pulang malam untuk menemani Jefrey di rumah selama Angkasa belum pulang. Dengan kecepatan penuh, Angkasa melajukan mobilnya di tengah jalan raya yang sepi. Entah mala mini cukup damai untuk menikmati suasana malam di luar. Bahkan Angkasa merasa tenang setelah keluar dari rumah milik Wira. Gemerlap lampu jalan yang menghiasi kota sangatlah indah untuk di pandang dengan mata telanjang. Ternyata menikmati waktu seperti ini tidak ada salahnya. “Jefrey?” panggil Angkasa setelah masuk ke dalam rumah. Jarak antara rumahnya dengan rumah milik Wira kurang dari 30 menit. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Angkasa untuk segera sampai di rumah. Angkasa melangkah menuju lantai 2 untuk bisa melihat keadaan Jefrey. Saat Angkasa hendak masuk ke dalam kamar milik Jefrey, keluarlah Wanita paruh baya dengan memberi isyarat menempelkan telunjuknya pada bibir ranumnya. “Jefrey baru saja tidur, Pak. Tadinya dia mau menunggu Bapak pulang karena takut saya tinggal sendirian.” Ujar Wanita tersebut dengan suara berbisik. “Tapi dia baik-baik saja?” tanya Angkasa yang tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Wanita itu mengangguk seraya tersenyum, “Hari ini Jefrey sangat pintar. Dia mau makan walaupun masih sedikit. Waktu sekolah juga pintar karena fokus mendengarkan penjelasan gurunya.” Jelasnya. “Syukurlah. Kalau begitu Bi Tari bisa pulang. Saya akan kasih bonus untuk hari ini.” Ujar Angkasa pada Bibi yang sudah merawat Jefrey dengan penuh kesabaran. “Terima kasih, Pak. Kalau begitu saya pamit pulang.” “Bi, sebelum pulang saya minta tolong untuk dibikinkan kopi ya. Lalu taruh di meja kerja saya.” Pinta Angkasa. “Baik, Pak.” Setelah memastikan bahwa Tari benar-benar pulang, Angkasa kemudian masuk ke dalam kamar Jefrey yang sudah gelap. Jefrey terbiasa tidur dengan lampu remang-remang yang berasal dari lampu tidur. Wajah polosnya terlihat sangat lelap dalam tidurnya. Angkasa menatap anak itu dengan raut wajah sendu. Perlahan tangannya bergerak untuk mengusap kepala Jefrey, “Maaf Papa pulang terlambat hari ini.” Bisiknya tepat pada telinga Jefrey. Angkasa memutuskan untuk keluar dari kamar Jefrey untuk membiarkannya tidur dengan nyaman. Pekerjaan Angkasa belum selesai, dia harus menyelesaikan laporan proyek baru dari beberapa divisi yang membutuhkan tanda tangannya untuk menyetujui proposal yang telah di buat. Angkasa meluangkan waktunya sebentar untuk membersihkan diri sebelum masuk ke dalam ruang kerja. “Ternyata masih banyak proposal yang harus ditinjau.” Ujarnya seraya menatap tumpukan map yang ada di atas meja kerjanya. Angkasa duduk di kursinya paling nyaman. Karena di kursi ini Angkasa bisa menghabiskan sebagian harinya hanya untuk duduk dan melihat setumpuk laporan yang tidak pernah habis. Angkasa menghela napas lelah sembari meraih cangkir kopi yang selalu menemaninya bekerja hingga dini hari. “Untung aja tadi gak lupa buat minta bikini kopi. Kalau, aku bisa ketiduran di sini.” Ujar Angkasa mentertawai dirinya yang sudah sangat lelah. Dengan sisa tenaganya, Angkasa memulai untuk membaca beberapa proposal yang sangat penting untuk besok. Malam hari menjadi malam yang sangat panjang untuk Angkasa setiap harinya. Seolah dia sudah terbiasa dengan cara hidup yang telah dibuatnya sendiri. Jam terus berputar dengan sendirinya. Mata Angkasa masih tertahan dengan bantuan kopi di malam hari. Namun pikirannya sudah lelah untuk membaca setumpuk laporan malam ini. Angkasa bangkit dan melakukan perenggangan, berharap bahwa otaknya bisa kembali segar untuk bisa melanjutkan kerja. Sorot matanya beralih menatap jam yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Benar saja, tanpa Angkasa sadari dia sudah menghabiskan waktu lama dengan setumpuk proposal yang sudah menjadi kekasih baiknya. “Aku harus istirahat. Sisanya bisa di lanjut besok waktu di kantor.” Putusnya seraya berjalan keluar dari ruang kerja untuk bisa menuju kamarnya. Helaan napas lega Angkasa sangat terdengar dengan keras. Ranjang selalu menjadi tempat paling nyaman untuk beristirahat. Hari ini sudah Angkasa lalui dengan sangat berat karena paksaan Wira yang selalu menghantui hidupnya. Masih ada hari ini yang Angkasa belum ketahui hal apa yang akan dia lalui untuk bisa menyelesaikan harinya dengan tuntas. Setidaknya dia sudah menyiapkan mental untuk menolak Wira agar bisa segera menikahi Aneska.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook