Know

968 Kata
Ana memejamkan matanya di depan cermin kamar mandinya. Tak terasa dia sudah melewatkan hari harinya dengan mengetahui Leon mempunyai wanita lain Semenjak kejadian di hotel itu Ana agak menjauhi Leon karena takut hal itu terjadi lagi, karena Ana semakin mencintainya Leon menghampiri Ana dan berdiri di sampingnya. Ia menjauhi Leon tetapi ia menarik tangannya "Ada yang salah dengan ku?" Tanya Leon "Tidak ada, hanya saja bisa kah kau agak menjaga jarak dengan ku?" Jawab Ana "Kenapa?" Ana terbayang - bayang akan dia dan wanita itu. Air matanya tidak dapat terbendung dan memilih meninggalkan Leon sendirian di kamar mandi Leon menghampirinya "Jika ada yang salah, bicaralah" "Banyak yang salah di antar kamu dan hidup mu. Tapi aku memilih untuk sama sekali tidak berbicara dan menahannya" Kata Ana sambil menggunakan outerwear mocca nya "Kau tahu, setiap manusia di takdirkan bisa jatuh cinta dan mencintai? Tapi takdir juga bisa membuat seseorang cintanya tidak terbalas" Lanjut Ana "Apa maksudmu Ana?" Ana menhampiri Leon dan berdiri tepat di hadapannya dengan air mata terbendung "Kau mencintai ku?" Kata Leon, sekarang wajahnya di penuhi oleh ke khawatiran dan ketakutan "Kau memiliki wanita lain?" Tanya Ana, ia tidak menjawab pertanyaan Leon sama sekali Leon menelan ludah dan tubuhnya mematung. Dirinya sangat kaget dengan perkataan yang di lontarkan Ana "Bisakah kau menjawabnya?" "Tidak, sama sekali tidak. Aku hanya hidup dengan mu tidak ada yang lain" Ana terkekeh kecil mengingat foto dan pernyataan temannya. Ia semakin mendekatkan dirinya pada Leon "Bagus, aku pergi" Pamit Ana Leon masih terdiam diri membeku akan pernyataan Ana dan hanya melihat punggung Ana yang perlahan menghilang --- Ana memasuki mall terbesar di kotanya dan sekarang ia sudah menenteng 2 paperbag tak terasa perut dia sudah meneriaki dirinyainya minta di isi. Ia memutuskan untuk pergi ke salah satu tempat makan khas Italy Saat ia memasuki tempat makan itu, ia memilih duduk di pojok dan memesan seporsi spaghetti dan wine tak lupa air mineral Ana terdiam diri dan membayangkan Leon, ternyata ia bukan hanya pemain hati wanita tetapi ia juga pembohong ia menoleh ketika mendengar suara Leon, ia melihat Leon dan Refina sedang duduk disebrang kursinya agak jauh dan sulit jika Leon melihat Ana Mereka berdua sedang tertawa dan berpelukan. Ia melihat wajah Leon yang amat sangat bahagia bahkan serasa tanpa beban sambi menaruh barang barang mewah yang ia belanjakan untuk Refina Ana tertawa kecil sambil meneteskan air mata, ia mengambil handphone nya dan menelfon Leon sambil memerhatikan gerak gerik Leon saat ia menelfon Leon, mimik wajahnya biasa saja dan langsung mematikan telfon dari Ana ia terlihat sedang mengetik pesan Ting 'Maaf Ana, aku sedang rapat dengan kolega bisnis ku. Nanti ku hubungi lagi. kiss' Ana semakin tertawa membaca pesan nya, tetapi air matanya juga semakin deras mereka bersuap - suapan bahkan Refina memeluk lengan Leon sambil menciumi pipi suami nya itu Ana memperhatikan mereka berdua sambil menenggak wine nya dan memotretnya Mereka berdua menempelkan bibir nya dan Leon mengelus perut Refina dengan pelan dan wajahnya di penuhi kegembiraan Ana tidak kuat melihat pemandangan menyedihkannya itu dan pulang kerumah dengan hati terluka dan menangis sejadi jadinya di kamar ia menampari wajahnya dengan kencang karena ia merasa terlalu bodoh bahkan sangat bodoh untuk mencintai Leon dan perasaan itu tumbuh setiap hari bahkan sampai detik itu wajahnya penuh memar dan jarinya biru karena ia menonjok dinding terlalu teras. Ana kacau, sangat amat kacau melihat suaminya bersama wanita lain bahkan anaknya sendidi Ana terdiam dari tubuhnya yang kacau dan rambutnya yang berantakan, ia merasakan mual dan pusing Ia memuntahkan semua isi perutnya, yaitu wine di wastafel. Ia membersihkan seluruh muntahnya dan meminum obat pereda sakit kepala Ana menjatuhkan badanya di ranjang dengan asal dan terlelap dengan pakaian dan juga wajah yang berantakan. +++ Leon menelfon Ana dari satu jam yang lalu tetapi tidak ada tanda - tanda Ana mengangkat telfonnya Leon berdiam diri di kursi kebesarannya sambil menunggu baladan dari Ana Kekhawatirannya sudah sangat memuncak saat ini, dia melirik kearah jam dan menunjukan waktu 7.30 malam ia menggunakan jasnya dan mengambil kunci mobilnya bergegas pulang sambil menelfon Ana Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal sambil tetap menelfon Ana Ia sampai rumah dan membuka pintu dengan kencang. Seluruh maid nya datang berjejer dan menunduk "Dimana Ana?" Teriak Leon pada maidnya "Dikamar tuan, sejak tadi di kamar" Kata maidnya, suaranya sangat bergetar Leon bergegas kearah kamar dan menemukan Ana yang sedang tertidur di kasur dengan muka sangat bengkak dan merah juga jemarinya yang biru dan bengkak Leon membangunkan Ana dengan kasar karena ia berfikir Ana pingsan. Ana bangun dan menghentikan tepukan tangan Leon di lengannya "Ada apa?" Tanya Ana tanpa mengerakan badannya "Kamu kenapa?" Tanya Leon khawatir "Tadi aku mabuk, tidak tahu apa yang terjadi" Kata Ana berbohong "Ada yang memukuli kamu sampai begini?" Teriak Leon "Jangan berlebihan" Kata Ana "Kasih tahu yang sebenarnya terjadi atau kau temukan orang itu tanpa kepala" Ancam Leon "Tidak ada yang memukul ku, dari dulu aku kalau mabuk suka menyakiti diri sendiri" Kata Ana bangun dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi Ana mengunci kamar mandi dam memangis di dalam nya. Hatinya masih sangat terluka melihat dan menyaksikan itu Ana kembali merasakan mual dan kembali memuntahkan cairan putih, ia berdiri di depan kaca dan memandangi dirinya "Sudah telat mens" Ana membelakan matanya dan berteriak sekencang mungkin. Wajahnya memerah saat ini karena ketakutan yang sangat amat Leom mendengar teriakan itu langsung lari ke arah pintu dan menggedor - gedornya "ANA!" Teriak leon dari luar "TAK APA AKU HANYA TERKEJUT MELIHAT MATA KU YANG HITAM" Leon menghela nafas lega dan kembali ke tempatnya semula Ana mengambil testpack di laci paling dalam kamarmandi dan mencobanya, ia berharap bahwa yang di pikirkannya meleset Ana mengambil hasil test tersebut dan melihat hasilnya yang menunjukan 2 garis biru tubuh Ana melemas seperti tidak ada tulang, ia bukanya tidak bersyukur tetapi ia bingung harus bagaimana sekarang Ia mebersihkan diri dan menggunakan piyama pink yang di sediakan oleh maid ia menghampiri Leon yang sedang duduk di kursi sambil menyiapkan beberapa obat untuk Ana "Kemari, akan ku obati" Kata Leon Leon mengoleskan obat dengan pelan dan lembut. Ana memerhatikan hal tersebut, Leon sangat perhatian "Kalau ada yang menyakiti mu bilang, tapi ini kamu bilang semua karena ulah mu, tidak mungkin aku memutuskan kepala mu kan" "Leon" "Ada apa? sakit?" "Aku hamil" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN