Enam

1295 Kata
        Tiga hari telah berlalu semenjak Boy memakan blue grass terakhir kali, dia masih belum sadarkan diri semenjak itu.         TAP TAP TAP! Suara langkah kaki yang keras dan tergesa-gesa, seorang wanita berjalan dengan tekanan tinggi sambil membawa ember kecil ditangannya. Dia memasuki kamar Boy lalu,         BYURRR Wanita ini yang tidak lain adalah ibu kontrakan mengguyur Boy yang tengah terlelap.         “Aaaahh!” Seketika Boy terbangun dengan keadaan seluruh badan dan kasurnya basah kuyup. “Ada apa ini?! Apa terjadi tsunami?!” Pekik Boy yang masih terkejut dan setengah linglung.         “Hey nak! Aku tahu kalau keadaanmu sedang tidak baik! Tapi kami sudah melewati tenggat waktu bayar kontrakan bulan ini! Mau sampai kapan kamu tidur ditempatku tanpa bayar uang sewa hah?!” Teriak Bu Kontrakan dengan mata melotot dan penuh emosi.         “Ah iyah bu, maaf saya akan bayar sekarang juga. Sekarang akan segera saya transfer bu.” Kata Boy, tangannya meraba-raba kasur mencari ponselnya. Untungnya dia sudah mendapatkan uang dari penukaran poin aplikasi The Superpower.         “Ini bu, sudah saya transfer ke nomer rekening ibu langsung.” Boy menunjukkan layar ponselnya yang berisi bukti transfer mobile banking sebesar delapan ratus ribu rupiah. Kontrakannya termasuk tempat yang paling murah didaerahnya.         “Nah gitu dong nak, seharusnya kamu transfer dari kemarin!” Kata Bu Kontrakan yang sebenarnya dia tidak menyangka kalau Boy mampu membayarnya, sebenarnya dia berencana mengusir anak ini sesegera mungkin. Namun dia harus memendam niatnya ini untuk sementara, lalu dia pun berlalu meninggalkan kamar Boy dengan meninggalkan rasa heran, Bu Kontrakan merasa ada sesuatu yang beda dengan anak remaja yang tinggal sendirian ini.          Boy masih dalam keadaan terkejut, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan sudah berapa lama dia tertidur semenjak dia memakan rumput biru itu.         “Hah?! Ini sudah tiga hari berlalu?! Beneran aku tidur selama itu? Sudah lama aku bisa tidur selama ini. Biasanya aku selalu bergadang karena pekerjaan dan ngerjain tugas sekolah dan tidur paling lama hanya satu atau dua jam saja. Sekarang malah bisa sampai tiga hari, mungkin tubuh ku meminta banyak istirahat sudah sejak lama dan baru terakumulasi sekarang ini.” Gumam Boy.         “Hmm... rasanya tubuh ku benar-benar menjadi ringan. Tapi kok ada yang aneh yah? Bagian perut ku kok malah terasa keras.” Boy mulai merasakan ada hal yang berbeda dengan tubuhnya, dia pun mencoba bangkit dari kasurnya dan menuju ke arah cermin.          Setelah melihat dirinya di cermin, Boy sangat terkejut karena lingkaran hitam di sekitar matanya sudah hilang, pipi tirusnya sudah berisi, bagian bahu dan punggungnya terlihat kokoh juga tegap, terlebih lagi bagian lengan menjadi cukup berotot dan perutnya menjadi six pack.        “Oh My God!? Kenapa tubuh ku jadi terlihat kuat dan macho begini? Apa ini efek dari blue grass yang aku makan sebelumnya? Dan lagi aku pulih sehari lebih cepat dari prediksi sebelumnya.” Gumam Boy sambil bergaya di depan cerminnya itu.         PING Dering notifikasi ponselnya terdengar.         Pemberitahuan! Ketahanan tubuh Anda telah ditingkatkan karena level Anda yang meningkat signifikan sebelumnya di tambah dengan efek blue grass semakin menyempurnakan kondisi tubuh Anda menjadi lebih baik.  Begitu isi pesan pemberitahuan dari aplikasi The Superpower.          “Oh ini bukan hanya karena efek blue grass, tapi karena aku naik empat level dengan cepat karena berhasil mengalahkan monster Frankenstein itu yah.”         “Karena kondisi ku sudah mulai membaik, sekarang aku sudah bisa kembali masuk sekolah dan mencegah rencana si Lucky yang masih nekad menjelajahi gedung apartemen yang ternyata sebuah dungeon yang berisikan banyak monster.” Gumam Boy sambil mempersiapkan diri untuk sekolah. ...  *DI SEKOLAH*          “Apa-apaan ini? Tubuh ku benar-benar terasa ringan, langkah kaki ku pun jadi semakin cepat dan aku mampu berjalan dengan tegap.” Boy merasakan perbedaan dengan kondisi diri yang sebelumnya, biasanya Boy berjalan dengan perasaan yang berat, muka lesu, jalannya membungkuk karena kurang tidur dan faktor kelelahan yang disebabkan banyaknya pekerjaan.          Boy berjalan di lorong sekolah, para siswa dan siswi sempat pangling dengan penampilan Boy saat ini. Dia memancarkan aura yang cerah, wajahnya yang bersih menunjukkan bahwa dia sebenarnya pemuda yang tampan, di tambah cara jalannya yang tegap seakan-akan memperlihatkan rasa percaya dirinya dan siap melangkah menghadapi rintangan apa pun didepannya.          Sampai satu ketika, Fian dan kelompoknya menghadang jalannya Boy yang mengarah menuju ruang kelasnya.          “Hei hei hei.. siapa ini? Aku pikir ada murid baru, ternyata kau Boy si pecundang hahaha.” Ejek Fian yang melihat perubahan drastis orang yang paling dibencinya ini. Dia merasa kedudukannya semakin terancam, karena sebelumnya dia kalah dalam nilai ujian sekarang melihat penampilan Boy yang semakin baik, maka kemungkinan besar dia akan mengambil banyak perhatian seisi sekolah.          “Hah! Kamu beberapa hari ini tidak masuk sekolah ternyata karena sedang perawatan diri yah? Apa kamu sekarang sudah menjadi b*****g yang mencoba mencuri perhatian banyak orang hah?!” Kata Agus mencoba mengejek Boy.          Tapi Boy tidak menanggapi mereka, dia hanya diam, walaupun masih ada rasa takut ketika berhadapan dengan orang-orang yang sering membulli-nya tapi sekarang Boy mampu berdiri tegap tanpa menunduk ketakutan dihadapan mereka. Seakan-akan ketahanan mentalnya pun ikut meningkat, tidak hanya fisiknya saja.          BUK! BUK! Fian memukul pipi Boy lalu berlanjut menghantam bagian perutnya.         Boy sempat tersungkur tapi…         “Ini aneh?! Aku tidak merasakan sakit. Biasanya aku akan kesakitan dan muntah darah kalau terkena pukukan seperti ini.” Gumam Boy yang terkejut karena bisa menahan rasa sakit dari serangan Fian yang memiliki tubuh yang lebih tinggi dari Boy.          “Hei! Kalian menghalangi jalan ku.” Ucap seorang siswi yang tengah berjalan di lorong sekolah, keberadaan siswi ini semakin membuat heboh orang-orang yang berkumpul di lorong ini.         “Hey Fian.. di dia..” Agus tergagap ketika melihat sosok siswi tersebut.         “Dia Livia kan?”         “Livia sudah kembali masuk sekolah?”          “Waah dia benar-benar cantik banget.”         “Aku sempat melihatnya dia di televisi.”         “Aslinya dia cantik banget.”         “Tapi kita juga harus berhati-hati, jangan sampai menyinggungnya.”          Kehadiran Livia telah menghebohkan seisi sekolah, dia merupakan sosok remaja yang sangat terkenal tidak hanya di sekolah, tapi juga secara nasional. Kecantikan dan keanggunannya akan membuat siapa pun yang melihatnya terpesona, tapi sayangnya dia bukanlah seorang artis, bintang iklan atau pun seorang super model.          Livia Andromeda nama lengkapnya, berusia 18 tahun kelas XII IPA 2. Gadis ini memiliki tubuh yang cukup tinggi, tepatnya 170 cm. Dengan tingginya dan kecantikannya ini cukup baginya menjadi seorang model, tapi dibalik kecantikannya dia memiliki kekuatan yang besar.          Yah, Livia Andromeda ini merupakan seorang atlet MMA (Mixed Martial Arts) yang baru saja meraih kejuaran One Pride MMA tingkat nasional. Sosoknya yang cantik, anggun dan menawan ini telah menarik perhatian seluruh penjuru negeri, karena tidak hanya cantik, gadis ini ternyata kuat dan pintar.         “Aku bilang kalian menghalangi jalan ku. Bisa kah kalian menghentikan pertengkaran anak-anak di sekolah.” Ucap Livia dengan nada yang tenang, namun auranya cukup mengintimidasi Fian dan kawan-kawannya yang menghalangi jalannya.         “Kalau kalian ini beneran cowok, bertarunglah di atas ring. Aku meragukan kejantanan kalian kalau beraninya main keroyokan dan menindas orang yang lebih lemah.” Sindir Livia dia berjalan dengan penuh rasa percaya diri melewati kelompok Fian dan kawan-kawannya.          “WOOOO!” Para siswa dan siswi bersorak melihat aksi keren Livia ini yang berjalan sambil menyindir geng Fian yang memang sering meresahkan para siswa di sekolah ini.          Boy memperhatikan Livia yang berjalan melaluinya dengan aura yang kuat dan mempesona. Baginya Livia bak dewi yang berada di dunia yang berbeda dengan dirinya.          Livia berjalan ke ruang guru untuk bertemu wali kelasnya, namun sambil berjalan dia bergumam dengan kesal, “Satu-satunya yang harus aku lakukan di sekolah ini adalah mendapatkan nilai tertinggi di sekolah. Tapi kenyataannya saat ini aku berada di peringkat ke 2, aku malah di apit oleh bocah suram dan preman sekolah.”          Yah karena peringkat pertama nilai tertinggi ujian sekolah di raih oleh Boy Bima Sakti, peringkat dua-nya oleh Livia Andromeda dan peringkat tiga oleh Fian Meteora.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN