2. LYT

2168 Kata
Setelah mengatakan keinginannya untuk meneruskan belajar ke luar negeri, orang tua Aksa mulai menantang keinginannya dengan mendiamkan Aksa. Ada perasaan bersalah karena membuat orang tuanya marah seperti ini, namun dia pun tidak ingin menyerah pada keinginannya itu. Kali ini dia sedang berusaha mencari cara untuk membuat orang tuanya mengizinkannya pergi. Penolakan dari orang tuanya membuat Aksa tidak bisa fokus pada pekerjaannya, karena awal masuk kuliahnya tidak lama lagi,sedangkan dia belum mendapatkan izin dari orang tuanya. “ Dokter Aksa.” “ Iya.” “ Bagaimana pendapat anda tentang penyakit yang sudah dijelaskan oleh dokter Yasmin.” Tanya salah satu dokter di ruangan yang sedang diadakan perundingan karena khasus salah satu penyakit. Aksa yang tidak mendengarkan dan lebih fokus pada pikirannya sendiri pun jadi bingung. “ Ya saya setuju dengan pendapat dokter Yasmin.” Jawabnya sambil menatap Yasmin. “ Ok kalau begitu. Rapat hari ini selesai.” Aksa langsung merasa lega setelah rapat ini selesai, dia benar-benar merasa bersalah karena tidak professional. “ Apa sih yang lagi di pikirkan sama dokter Aksa, sampai membuat dia yang biasanya sangat tertarik dengan pembicaraan ini aja ngga bisa fokus.” Ledek Yasmin. “ Maaf ya Yas, aku ngga fokus dengan pembicaraan ini. Eh malah aku iya … iya aja sama pendapatmu. Tapi aku yakin, kalau pendapatmu pasti benar.” Jawab Aksa yang percaya dengan sahabat dan rekannya ini. Ya Yasmin salah satu dokter yang dekat dengan Aksa, mereka dekat karena dulu satu kampus dan banyak hal yang sama-sama mereka sukai. Banyak yang menjodohkan Aksa dan Yasmin. Bahkan orang yang melihat kedekatan mereka pun akan mengira kalau mereka berdua adalah pasangan kekasih. Tapi tidak dengan keduanya, Aksa hanya menganggap Yasmin teman dan dia juga tidak memiliki perasaan lebih dari itu. “ Ya ampun, aku aja sebenarnya tadi masih butuh pendapatmu sa. Eh kamunya malah ngga fokus. Apa sih yang lagi kamu pikirkan.” Tanya Yasmin. “ Biasalah Yas.” “ Apa masalah beasiswamu itu.” Tebaknya. Aksa langsung mengangguk dan meletakkan kepalanya di meja, karena frustasi. “ Jadi om sama tante udah tahu.” Tebak Yasmin lagi. “ Aku harus menggunakan cara apalagi Yas, untuk membuat papa dan mamaku setuju dengan keinginanku ini.” Tanyanya. “ Mungkin dengan menikah.” Ledek Yasmin lagi, karena dia tahu Aksa selalu mengeluh dengan keinginan mamanya yang belum bisa dia kabulkan. “ Gila kamu ya Yas, nikah sama siapa sama kamu.” Jawab Aksa Hal itu membuat Yasmin yang sedang minum langsung tersedak. “ Uhuk… uhuk.” “ Bercandanya ngga lucu sa.” “ Sorry … sorry. Ya abisnya kamu ngomongnya juga aneh. Gimana aku mau nikah, aku aja ngga lagi deket sama siapa-siapa. Kan teman cewekku Cuma kamu.” Jawabnya. Yasmin langsung terlihat salah tingkah mendengar jawaban Aksa. “ Makannya jangan terlalu kaku kalau sama cewek sa. Kan jadi susah sendiri.” Balas Yasmin. “ Emangnya Cuma aku yang kaku sama cewek, kamu sendiri aja kaku sama cowok. Mana ada yang berani ngedekaetin.” “ Eh tunggu ya, siapa bilang ngga ada yang deketin aku.” Balasnya yang tidak terima. “ Oh iya aku lupa, kana da dokter Arman.” “ Ngga usah mulai deh sa.” “ Tapi kan bener Yas, kenapa ngga kamu terima aja tuh dokter Arman. Dia kan dokter hebat sama kaya kamu. Terus dia juga punya jabatan tinggi.” “ Stop sa.” “ Ok… ok.” Ucap Aksa yang menghentikan ucapannya karena Yasmin mulai kesal dengan arah pembicaraan ini.  “ Jadwalku udah selesai, aku mau pulang dulu, aku mau bujuk papa sama mama dulu, siapa tahu mereka akan berubah pikiran. Assalamualaikum.” “ Waalaikumsalam.” Balas Yasmin yang langsung menhela nafas ketika Aksa sudah keluar dari ruangan tersebut. “ Andai ucapanmu itu serius dan bukan candaan, mungkin aku sudah menjadi wanita paling bahagia sa.” Batinnya sambil memegangi dadanya yang terus berdegup kencang setiap bersanding dengan sahabat yang ia cintai itu. *** Hari ini Aksa memang sengaja pulang lebih awal dari biasanya. Karena hari ini di rumahnya sedang diadakan arisan keluarga. Biasanya Aksa paling malas kalau ada acara perkumpulan seperti ini, namun demi mencapai tujuannya. Dia akan melakukan apapun, mungkin dengan dia sering berada di rumah mama dan papanya akan setuju dengan dirinya. “ Assalamualaikum.” “ Waalaikumsalam.” “ Ngapain kamu bengong.” Tanya Aksa yang heran melihat Arga bengong di depannya. Arga seperti melihat hantu. “ Apa, Arga ngga lagi mimpi.” Tanyanya sambil menepuk pipinya sendiri. Aksa membantunya dengan menepuk pipinya sedikit keras. “ Apa ini masih mimpi.” “ Awww sakit kak, Aku aja ngga keras-keras kenapa kakak mapah nampar beneran.” “ Siapa suruh lebay begitu, liat kakak aja kaya liat hantu.” “ Ya abisnya jarang banget kakak pulang pas ada acara keluarga begini. Biasanya kakak lebih memilih di perkumpulan sosial kakak kalau ngga di kafe kak Irsyad.” “ Memangnya ngga boleh kalau kakak mau bantuin.” “ Ngga perlu, kalau niat bantuinnya karena ada pamrihnya.” Jawab mamanya dengan nada ketus, karena dia paham kalau anaknya ini ngga akan menyerah sampai keinginannya tercapai. “ Kok mama bilang begitu sih ma, Aksa pulang karena mau bantuin mama. Aksa tulus ma.” Balasnya dengan langsung memeluk mamanya dari belakang. “ Ngga perlu banyak alasan, kamu ngga bilang pun mama udah tahu. Dan jawaban mama masih sama.” Ucap mamanya yang langsung melepaskan diri dari Aksa. “ Udah kak nyerah aja, sekali-kali nurutin apa kata mama kenapa sih.” “ Diem aja kamu, kakak ngga akan neyrah. Dan kakak yakin mama sama papa pasti akhirnya akan mengizinkan kakak buat berangkat.” Jawabnya yang meninggalkan Arga untuk masuk ke kamarnya. Keluarga pun sudah banyak yang hadir, papa dan mama Aksa pun sudah sibuk menyabut saudara mereka. Aksa pun kali ini harus lebih banyak menguatkan mentalnya. Karena dia yakin akan banyak ucapan yang kurang nyaman untuk di dengarnya. “ Ga, kenapa kamu malah disini.” Tanya Aksa yang justru melihat adiknya masih ada di sofa atas, sambil bermain game. “ Males kak.” Jawabnya dengan santai. “ Kirain lagi bantuin, malahan main game. Katanya kamu anak yang baik, eh malah biarin papa mama nemuin saudara sendirian. Kalau anak baik tuh ngga begini caranya.” Ledek Aksa. “ Ada budhe Ingrid kak, Arga malas. Pasti nanti dia ngomong inilah, ngomong itulah. Bisa-bisa hati ini nanti terbakar karena mendengar ucapannya.” “ Lebay banget kamu ga, udah yuk turun.” Ajak Aksa yang langsung menarik Arga untuk turun bersamanta. Dia sebenarnya juga malas bertemu, terutama budhe yang Arga bicarakan tadi. “ Wah, dua pangerannya budhe akhirnya turun juga. Budhe kira Aksa ngga di rumah lagi. Abisnya setiap kita kerumah pasti Aksa ngga ada, pasti Aksa lagi sibuk ngurusin acara sosialnya ya.” Sindir budhe Ingrid. Aksa hanya membalas dengan senyuman, dia langsung mengajak ponakan kecil-kecilnya untuk bermain. “ Namanya juga dokter mba, ya sibuk sana sini ngurusin pasien.” Balas mamanya yang membela Aksa. “ Aldi juga dokter, tapi dia tetao kok bisa menyempatkan dirinya untuk berkumpul sama keluarga. Apalagi sekarang dia lagi nemempuh kuliah lagi. Aku sendiri aja ngga menyangka kalau Aldi sepandai itu sampai bisa mengambil S3. Jadi sa, jangan terlalu suka dengan dunia luar, bahaya kan sekarang banyak orang baik di depan eh, ternyata di belakang menusuk kita. Apalagi kalau kamu bertemu dengan orang-orang di jalanan seperti mereka.” Ucap budhe Ingrid yang membanggakan anaknya itu. Orang tua Aksa terlihat menahan emosi mereka karena ucapan budhe Inggrid terus membanggakan anaknya dan merendahkan anak-anak mereka. Aksa sebenarnya tidak mau ambil pusing ucapan itu, karena dia tahu memang sudah watak budhenya seperti itu. “ Iya budhe, makasih ya nasehatnya.” Balas Aksa dengan santai. “ Bagus sekali mba, Alhamdulillah Aksa juga kemarin baru dapat pengumuman untuk melanjutkan S2, sebenarnya dia ada dua beasiswa di Jerman sama di Malaysia, tapi karena Aksa anak yang memang sangat peduli dengan orang tuanya dan takut meninggalkan kita jauh-jauh, maka dia lebih memilih yang dekat. Dia akan melanjutkan S2nya di Malaysia. Dan sebentar lagi juga dia berangkat. Jadi sekalian aja, kita berkumpul disini untuk membuat syukuran atas di terimanya Aksa , semoga Aksa bisa menempuh pendidikannya dengan benar dan lancar, iya kan pa.” Ungkap mamanya. Papanya, Aksa dan Arga hanya bisa bengong mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut mamanya itu. Sedangkan mamanya pun tetap dengan agaya angkuhnya karena berhasil membalikkan kata-kata kakak iparnya itu. Ucapan selamat pun mulai di dengar dari seluruh keluarganya. Apalagi wajah mama Aksa terlihat lebih puas, karena berhasil mengalahkan kakak iparnya itu, sedangkan kakak iparnya terlihat malu sendiri. Setelah acara selesai dan saudara mereka pun sudah pulang, sekarang giliran Aksa yang menghampiri mamanya. Dia ingin mendengar langsung dari mamanya, kalau dia sudah merestui kepergian Aksa melanjutkan S2. “ Ma … mama serius kan ma sama ucapan mama ini. Mama ngga bisa menarik ulang ucapan mama. Karena Aksa tadi udah merekamnya ma, jadi ngga baik kalau sampai mama berubah pikiran lagi.” Ucap Aksa yang terus mengikuti kemanapun mamanya pergi. Sedangkan mamanya yang menyesal dengan menyombongkan putranya pun terus menghindar dari Aksa, dia tidak bersungguh-sungguh mengatakan itu. Dia hanya ingin semua orang tahu kalau anaknya pun hebat-hebat, tidak kalah dengan anak saudaranya. “ Ma … mama jawab dong ma. Mama jangan diam aja begini.” Ucapnya. Tanpa Aksa sangka sekarang mamanya berbalik memandangnya, dan mamanya langsung memukul Aksa dengan penampan. “ Siapa bilang mama setuju, mama tadi Cuma bercanda. Semua gara-gara kamu.” Ucap mamanya yang terus mengejar Aksa yang sedang menghindar dari pukulan mamanya. “ Ngga bisa begitu dong ma, kok semua  gara-gara Aksa. Kan mama sendiri yang bilang ke semua orang kalau Aksa akan mengambil kuliah S2. Mama ngga bisa dong ma, menarik lagi uacapan mamanya.” Ucap Aksa sambil berlari-lari karena mamanya belum menyerah mengejarnya. Sampai pada akhirnya penampan itu mengenai putranya, namun bukan Aksa melainkan Arga. “ Awwww, mama” Teriak Arga yang kesakitan. “ Astagfirullah.” Ucap mamanya yang menyesal. Papanya hanya menhela nafas melihat keluarganya ini yang terus berdebat. Mamanya pun langsung mengobati kening Arga yang memar akibat pukulan penampan itu. “ Kakak yang salah kenapa jadi Arga yang kena.” Rengeknya. Aksa hanya tertawa melihat adihnya yang malang itu. Namun tawanya langsung berhenti ketika mamanya melihat kearahnya. “ Ngga usah ketawa, ngga ada yang lucu.” “ Maaf ma, tapi ma Aksa hanya ngga mau mama melakukan dosa dengan mengingkari ucapan mama tadi.” Ucap Aksa yang kembali membahas masalahnya lagi. “ Lagian buat apa sih ma sampai bilang begitu. Kan kamu sekarang jadi susah sendiri untuk mengabulkan keinginan putramu ini.” Balas papanya. “ Abisnya mama kesel ma, sama kakakmu itu. Memangnya hanya puta dia apa yang hebat-hebat. Putra mama juga hebat-hebat. Bahkan lebih hebat dari mereka.” Ucap mamanya yang kesal ketika membayangkan kakak iparnya. “ Bener tuh pa, Arga juga kesel karena sering di ejek sama budhe Inggrid. Tapi tadi Arga seneng banget, wajah budhe Ingrrid langsung pucat ketika mendengar kakak dapat beasisiwa S2. Aku benar-benar puas pa, ma liat wajah budhe Inggrid tadi.” Ungkap Arga. “ Ngga boleh bicara seperti itu, ka;ian semua kan tahu watak budhe Inggrid itu gimana. Percuma kalau meladeni ucapannya, ngga aka nada selesainya. Lebih baik diam, walaupun sebenarnya papa juga kesal.” Balas papanya. “ Jadi gimana keputusannya ma, Aksa diperbolehkan kan ngambil S2nya.” Tanya Aksa. Mamanya langsung menatap papanya, meminta pendapat dari suaminya itu. Karena sebenarnya dia masih ngga rela membiarkan putra sulungnya pergi lagi. “ Papa akan ikut apa kata mama, jadi terserah mama aja.” Jawab papanya. “ Tuh ma, papa tinggal ikut kata mama. Jadi mama udah setuju kan kalau Aksa menerima beasiswa itu.” Ucapnya sambil menunggu jawaban dari mamanya yang masih diam. Sebelum menjawab, mamanya langsung menghela nafas panjang. “ Ok mama setuju namun ada syaratnya.” Ucap mamanya. “ Apa syaratnya ma, Aksa akan ikutin syarat yang mama berikan.” “ Bener kamu akan ikuti syarat dari mama, kamu ngga boleh bohong dan ingkari ya. Karena mama juga ngga mengingkari ucapan mama.” Tanya mamanya memastikan kalau Aksa akan menerima syarat darinya. “ Insyaallah ma, kalau mama sudah begitu baik mau melepaskan Aksa. Masa Aksa ngga bisa sih menuruti permintaan mama.” “ Ok, mama punya syarat setelah kamu pulang dari S2 kamu harus menikah.” Ucap mamanya. “ Apa menikah, tapi ma. Aksa kan disana fokus sama kuliah Aksa. Dan Aksa disana ngga ada niatan untuk mencari pendamping. Gimana Aksa mau menikah setelah lulus.” Jawabnya. “ Tinggal jawab aja setuju apa ngga sama syarat yang mama ajukan.” Tanya mamanya. “ Ya, bukannya Aksa ngga setuju ma, tapi kan ….” “ Jadi artinya kamu setuju dong.” Jawab mamanya. “ Bukan begitu ma, Aksa kan …” “ Untuk urusan wanita kamu tenang aja, mama yang akan carikan untukmu. Mama disana ngga menyuruh kamu buat nyari, mama juga ngga mau kamu dapat orang jauh. Gimana setuju apa ngga.” Jawab mamanya Aksa diam sejenak, dia benar-benar diabuat buntu oleh pilihan mamanya ini. Mau tidak mau dia harus menuruti syarat yang mamanya berikan ini. “ Ok Aksa setuju.” Jawabnya. Mamanya benar-benar bahagia karena akhirnya anaknya setuju dan mau untuk menikah. Apalagi mendengar Aksa setuju dengan pilihan mamanya kelak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN