3. LYT

1712 Kata
Tinggal beberapa hari lagi Aksa berangkat ke Malaysia. Dan sebelum dia berangka, dia disibukkan dengan hari-harinya disini. Karena sebelum Aksa berangkat, dia harus sudah menyelesaikan segala tugas dan urusannya ini, termasuk dirinya yang resign dari rumah sakit dimana sekarang dirinya bekerja. Sekarang pun, dirinya akan berpamitan pada pihak rumah sakit, namun dia tidak menyangka kalau pihak rumah sakit tidak menerima surat resignnya. “ Maaf dokter Aksa, kami tidak bisa membiarkan anda keluar dari rumah sakit ini.” Ucap pemimpin rumah sakit. “ Ngga bisa begitu dong pak, saya kan sudah ajukan ini lama. Dan bapak juga setuju kan kalau saya mengambil S2. Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini pak, ini ngga adil dong.” Ucap Aksa yang ngga terima karena surat pengunduran dirinya di tolak beberapa hari sebelum dia berangkat. Namun dia justru heran, karena dia sedang kesal sedangkan yang lain tertawa mendengar bentakannya itu. “ Saya serius pak, kenapa sekarang bapak malah tertawa seperti ini. Apa bapak pikir saya ini main-main.” “ Anda benar-benar lucu dokter Aksa, maka dari itu kita disini tertawa.” “ Memang apanya yang lucu pak, saya kan ngga buat lelucon. Saya hanya mau resign dari rumah sakit ini untuk melanjutkan belajar saya.” Jawabnya. “ Tapi dari pihak rumah sakit tidak mengizinkan anda untuk resign dokter Aksa. Dari pihak rumah sakit hanya akan memberikan anda cuti belajar.” Jawab pemimpin rapat. “ Maksudnya.” Tanya Aksa yang masih belum paham. Kemudian pemimpin rumah sakit memberikan Aksa surat balasannya. Aksa membaca isi surat tersebut. Ternyata dirinya memang tidak di perbolehkan resign, namun dia dizinkan untuk cuti belajar selama dua tahun. Dan setelah itu, Aksa diperbolehkan lagi bekerja di rumah sakit ini. “ Apa ngga masalah kalau saya mendapat cuti selama ini pak.” “ Kita disini tidak ingin kehilangan dokter yang berpotensi seperti anda. Apalagi kita disini sudah seperti keluarga. Jadi saya masih sangat berharap untuk bisa terus bekerjasama dengan anda, dan rumah sakit ini masih membutuhkan anda. Rumah sakit ini kapanpun akan siap menunggu anda kembali. Raihlah cita-citamu dokter, dan kembalilah pada keluargamu kelak.” Ungkap pemipin rumah sakit. Aksa terharu mendengar permintaan dari semua rekan-rekannya yang ada di rumah sakit ini. “ Saya janji saya akan kembali kesini, karena disinilah saya banyak belajar dan memiliki banyak pengalaman serta rekan-rekan yang benar-benar luar biasa. Dan saya benar-benar berterima kasih, karena dari pihak rumah sakit mengizinkan saya cuti selama itu.” Balasnya. Kemudian Aksa pun berpamitan, dan setelah selesai dengan pekerjaannya Aksa mengajak semua rekannya untuk makan malam bersama, sebagai tanda terima kasihnya dan salam perpisahan untuk sementara waktu. Selesai acara, Aksa menyusul Yasmin yang terlihat diam saja. “ Yasmin.” Panggil Aksa. “ Hai.” “ Ngopi yuk, ngantuk nih.” “ Hmmm.” Jawabnya singkat. Mereka pun berjalan kearah taman, namun Aksa berbelok kekantin dulu untuk membeli kopi. Setelah itu, Aksa menyusul Yasmin di taman rumah sakit. “ Kamu  kok hari ini lebih banyak diam, kamu ngga seneng ya kalau aku dapat beasiswa ini.” “ Apaan sih, aku salah satu orang yang bahagia karena kamu berhasil dapat beasiswa ini. Tapi …” “ Tapi kenapa …” “ Tapi itu tandanya kamu akan pergi jauh sa, dan aku disini sama siapa.” Tanya Yasmin yang sedih karena sahabatnya akan meninggalkannya. “ Jangan bilang begitu dong Yas, disini kan kamu punya banyak teman selain aku. Ngga kaya aku, yang punya temannya Cuma kamu doang. Tenang aja, aku bakalan sering ngabari kamu.” “ Bohong, orang disini aja kamu jarang banget balas chat dariku. Apalagi kalau udah disana. Mungkin kamu ngabarinnya  waktu mau berangkat sama pulang aja.” “ Ya Allah, kenapa berpikiran sekejam itu sih Yas, aku ngga sejahat itu kali jadi sahabat kamu.” Balas Aksa yang tidak terima. “ Bercanda kali sa, tapi jujur aku memang sedih karena akan kehilangan sahabatku selama beberapa tahun. Tapi rasa sedihku ini masih bisa tertutup dengan rasa bahagiaku, akhirnya papa dan mama kamu mengizinkanmu meraih mimpimu itu. Aku disini akan selalu mendoakan yang terbaik dan semoga disana kamu akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.” “ Amin, makasih ya Yas. Salah satu yang membuatku berhasil pun pasti karena doa sahabatku yang solehah ini, yang baik, yang pengertian, yang bisa jadi teman curhatku kapanpun aku butuh.” Balasnya.  “ Mulai deh mujinya, ngga usah berlebihan begitu. Aku tahu kok kalau aku itu baik, pengertian dan hanya aku cewek yang bisa tahan sama bongkahan es kaya kamu ini.” Ledek Yasmin. Hal itu pun membuat mereka tertawa bersama, mengingat kenangan-kenangan yang pernah mereka jalani bersama. *** Aksa membawa rekan-rekan rumah sakitnya ke kafe milik Irsyad. Irsyad yang kedatangan rekan-rekan Aksa pun senang sekaligus sedih. Karena ini salah satu pesta perpisahan sahabatnya, yang juga tandanya dia akan di tinggalkan oleh Aksa. “ Ternyata uang kamu banyak juga ya, bisa nraktir orang sebanyak ini.” Ledek Irsyad pada Aksa. “ Apa kamu belum paham, kenapa aku ngajak mereka semua kesini.” Balas tanya Aksa. “ Jangan bilang kalau kamu mau….” Tebak Irsyad yang mengira Aksa akan berhutang untu traktiran ini “ Kan kamu tahu sendiri syad, kemana gajiku selama ini. Mana bisa aku bayar makanan sebanyak ini untuk mereka.” “ Ngga lucu sa, bercandamu ngga lucu. Kamu ngga kasihan apa sama pegawaiku disini yang rela lembur hanya untuk mengadakan pesta perpisahanmu dengan rekan-rekanmu, eh tahunya kamu mau ngutang, gimana aku bayar uang lembur mereka sa.” Ungkap Irsyad yang ketakutan. “ Iya … iya bercanda syad. Aku juga ngga bakalan kali ngadain acara beginian ngga modal.” Balasnya. “ Dasar ya, suka banget kamu bikin orang jantungan. Kalau kamu benaran ngga bayar bisa-bisa  kamu di gebugin orang sekafe ini.” “ Aku pasti nanti bakalan kangen banget sama kamu syad.” “ Makannya ngga usah ngambil beasiswa jauh-jauh kalau susah jauh dari aku. Eh, terus gimana sama Yasmin.” Tanya Irsyad. “ Memangnya kenapa sama Yasmin, kita baik-baik aja.” “ Kamu jangan pura-pura terus deh sa.” “ Pura-pura kenapa sih syad.” “ Masa kamu terus mau memungkiri tentang perasaan Yasmin ke kamu sih. Kasiha tahu, dia satu-satunya cewek luar biasa yang bisa deket sama kamu. Yang bisa tahan sama sikap kamu, pasti dia sedih banget deh kamu pergi.” “ Apaan sih syad, aku sama Yasmin hanya sahabat, dan sampai kapanpun akan terus seperti itu.” “ Iya … iya deh terserah kamu. Aku juga ngga bisa bayangin tuh tentang cewek yang akan mamamu jodohkan denganmu kelak setelah kamu pulang nanti. Apa iya dia bisa tahan sama kamu.” Ledek Irsyad. “ Ngga usah bahas itu deh syad, yang penting sekarang tuh aku udah diizinkan buat kuliah disana.” “ Tap tetap aja sa, kamu pun nanti pas pulang ngga bisa mengelak lagi. Karena kamu juga udah janji sama mereka.” Balasnya. “ Aku pun tahu aku udah janji sama mereka, tapi aku ngga mau hal itu membuat aku jadi ngga fokus nanti Syad.” Ujar Aksa. “ Iya juga sih, tapi kenapa kamu ngga kandidatin Yasmin aja sih sa, aku yakin papa mamamu pasti setuju tuh kalau kamu pulih Yasmin.” “ Gila ya kamu, pikiranmu memang lagi ngga bener ya. Udahlah aku mau gabung sama mereka aja, dari pada disini bisa-bisa aku ikutan jadi ngga waras kaya kamu.” Balas Aksa yang langsung bergabung dengan rekan-rekannya. *** Suara deru mobil Aksa pun memasuki pekarangan rumahnya. Hari ini dia pulang larut untuk menyelesaikan urusannya, dan akhirnya dia bisa menyelesaikan semuanya. Ketika Aksa masuk kedalam rumah, dia pikir semua orang rumah sudah terlelap. Tapi ternyata mamanya masih terjaga sambil menonton TV. Aksa pun langsung menghampiri mamanya. “ Assalamualaikum ma.” “ Waalaikumsalam.” “ Ma, ini udah jam dua belas. Kok mama belum tiduir sih.” Tanya Aksa. “ Mama belum bisa tidur sa.” “ Kenapa ma, apa yang mengganggu pikiran mama.” Tanya Aksa sambil bersandar di bahu mamanya. “ Mama sedih setiap memikirkan kamu akan pergi dari rumah ini sa, seperti dulu ketika kamu memutuskan untuk hidup mandiri. Kamu lebih memilih duniamu dibandingkan mama.” “ Ma, jangan bilang begitu dong ma, sampai kapanpun ngga ada yang bisa menggantikan posisi mama, bahkan pekerjaan Aksa pun ngga bisa menggantikan posisi mama di hati Aksa, mama dan keluarga ini segalanya buat Aksa.” Jawab Aksa. “ Tapi kalau kita segalanya buat kamu, kenapa kamu lebih suka dan meluangkan waktu dengan duniamu itu.” Tanya mamanya. “ Ma jangan bilang begitu, dimanapun Aksa berada Aksa selalu memikirkan mama, papa dan Arga. Karena kalian segalanya buat Aksa. Aksa sadar, kalau waktu Aksa memang banyak diluar dibandingkan di rumah. Aksa pun tahu, kalau sampai detik ini Aksa belum bisa buat papa sama mama, bahagia. Justru Aksa sering menyusahkan bahkan membuat mama sedih. Tapi percaya ma, hati Aksa ini untuk keluarga ini. Aksa melakukan semua yang Aksa kerjakan sekarang, karena Aksa sadar kalau Aksa tanpa membantu mereka Aksa bukan siapa-siapa ma. Dan berkat membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, Aksa merasa hidup Aksa lebih bermakna dan lebih berguna ma. Kalau bukan kita yang sadar untuk membantu mereka siapa lagi ma.” Jawab Aksa membuat mamanya terharu dan langsung memeluk putra sulungnya. “ Maaf ya, karena mama banyak mengeluh ke kamu. Mama hanya sedih karena mama harus berjauhan lagi dengan anak mama.” “ Mama ngga salah kok ma, justru Aksa yang merasa bersalah karena sering buat mama nangis.” “ Mama benar-benar bangga punya anak yang bisa berpikir seperti kamu nak. Mama benar-benar mama yang beruntung karena punya anak-anak yang hebat.” “ Jangan bilang begitu ma, Aksa ngga ada apa-apanya kalau ngga ada mama dan papa. Kalianlah yang selalu menguatkan Aksa, sampai Aksa bisa di titik ini.” Balasnya. “ Entah dari dulu mama ngga pernah khawatir tentang perilaku kamu yang jauh dari kita. Karena mama yakin dimana pun anak mama berada, dia ngga akan melakukan hal yang di luar batasannya.” “ Insyaallah ma, karena Aksa selalu yakin, ada Allah yang selalu mengingatkan Aksa kalau sampai Aksa terlampau jauh dalam melakukan suatu hal.” “ Mama, akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Aksa, termasuk jodoh Aksa.” “ Aksa juga yakin, kalau doa-doa mama akan terkabulkan. Karena salah satu doa yang akan di kabulkan adalah doa seorang ibu yang selalu tulus menyayangi anak-anaknya.” Balas Aksa yang kembali memeluk mamanya, karena mungkin setelah dia pergi nanti dia tidak akan mudah untuk bermanja-manja pada mamanya seperti ini. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN