Jam dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 23.15 menit. Mataku sudah terasa berat. Namun, jantungku malah berdegub tak keruan, mengingat tinggal beberapa puluh menit lagi tanggal akan berganti. Senin, rasanya hariku akan kiamat. Besok semua akan dimulai. Pertama kalinya kembali bekerja di sebuah tempat baru dan bersiap menghadapi kedatangan dua begundal j*****m itu. Rasanya aku belum siap. Ah, berat sekali. Apalagi harus menitipkan Adiva dan Raina di day-care. Aku tak sanggup. Di saat seperti ini, bukankah Irsyad dan Clara akan mudah menemukan anak-anak? Tak terbayangkan, saat sore sepulang dari mengajar, hanya perasaan merana yang meliputi ketika mendapati Adiva dan Raina tiada di penitipan. Ah, jangan sampai itu terjadi! Nyawa ini pasti telah terputus dari raga apabila dua b******n it

