12

1322 Kata

Suasana hening beberapa lama. Kami berdua terjebak dalam kecanggungan yang membuatku rasanya ingin kabur saja. Malu yang teramat sangat. Betapa bodohnya aku melakukan tindakan tadi tanpa berpikir terlebih dahulu. “Lian, aku minta maaf.” Akhirnya bibirku berhenti kelu. Meluncur juga kalimat itu. Lian masih terdiam. Wajahnya tampak bingung. Lelaki muda dengan rambut lurus yang dipotong rapi itu memainkan sendok di piring makannya. “Maaf juga, saya cuma kaget.” Lian mengangkat kepalanya. Wajahnya menyiratkan ketidaknyamanan. Ah, bodohnya aku. Pastilah Lian telah berpikir yang bukan-bukan. Dijamin, dia akan menjaga jarak karena tingkahku barusan. “Vana?!” Di saat pikiran ini kalut, tiba-tiba suara teriakan memanggil namaku muncul dari arah kasir restoran. Aku langsung menoleh ke sumber s

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN