Melihat ekspresi bahagiaku barusan—yang mungkin terlihat aneh—tak sengaja aku menangkap wajah Lian yang penuh dengan rasa heran. “Maaf Lian kalau membuatmu tidak nyaman.” Kebenaran posisi dudukku. Meneguk soda langsung dari kalengnya. Dingin dan menusuk. “Nggak apa-apa, Mbak.” Lian tersenyum sambil menggaruk kepalanya. “Mbak .... Apakah Mbak baik-baik saja dengan kondisi seperti ini?” Jantungku berdetak cepat. Rasanya grogi tak keruan. Bagaimana tidak, ternyata Lian menyimpan sebuah perhatian padaku. Aku bersyukur. Akhirnya anak muda itu menanyakan hal yang benar-benar sangat ingin kuceritakan padanya. “Tentu tidak, Lian. Semuanya pelik. Benar-benar sulit untuk kulewati.” Aku menghela napas dalam. Berusaha untuk kuat. Namun, tetap saja rasanya aku ingin menangis kencang. “Mas I

