Flashback POV'S Frisca Bandung, 2015.
Aku masih menunggu kabar dari Januar, mengotak atik ponselku semenjak tadi. Aku melihat arloji yang masih aku pakai ditangan ku, pukul 11 malam, gumamku. Khawatir, gelisah, dan gundah ahh semuanya tercampur aduk di benakku kali ini.
Takut dengan keadaan Januar, takut dia belum makan. belum tidur dan Januar kecapean karena aktivitasnya sekarang. Kemarin Januar memberi tahuku, katanya hari ini ia akan pergi ke Singapura, karena mengikuti beberapa perlombaan dan ia terpilih bersama 10 murid lain di sekolahnya. Sampai sekarang ia belum mengabari ku, tahu kan bagaimana rasanya digantungi? Baru aja sehari lost kontak sama dia, udah berasa beribu minggu ditempuh.
Beberapa menit mataku ini hampir tertutup, tapi dengan cepat aku membukanya lagi dan kembali mengecek ponselku. Kejadian itu sudah beberapa kali aku alami. Hingga waktu terus berlalu, kini aku kembali melihat arlojiku, sudah tengah malam gumamku.
"Januar ke mana sih? Nyebelin banget ihhh. mau memberi kabar. Tapi aku sms, wa gak dibalas. Apa sampe sesibuk ini ya?" Gerutuku Beberapa menit kembali berlalu, aku katanya kembali menahan rasa kantukku. Drtt...Drrtt. Ponsel ku bergetar, dengan cepat aku mengeceknya jujur kali ini mata ku pun tak terasa mengantuk lagi mungkin akhir dari penantian memang indah.
Tapi, sayang. Setelah aku lihat, Aurel yang meneleponku. Aurel Bff Fris, gue lihatin Januar sama cewek! Donna! Kata temannya Januar, si Janu minta nomor WA tuh anak. Sorry, gue memberi kalbar gak enak ke lu, malam malam gini lagi, Yakan di Indo sekarang tengah malam? Jangan bilang ke Janu gue yang kasih tau lo ya? Gue cuma gak mau lo sakit hati, nantinya Deggg.. Perasaan ku hancur saat itu juga. kuungkapkan, susah untuk ku susah untuk bayangkan bisakah Januar sekeji itu? Hubungan kami berjalan baik, selama 6 bulan selalu setia padanya, memperhatikannya, memedulikannya dan semua yang aku lakukan hanya pada Januar saja, perhatianku semuanya! Air mataku bergelinangan begitu derasnya, d**a ku sesak, ini menyakitkan untukku benar benar menyakitkan. Tak pernah aku merasa sesakit ini "Kenapa Janu? Kurang apa aku?" Lirihku pelan Kini aku tak bisa menahan nya lagi beban batin menyiksaku cepat aku membaringkan tubuhku di kasur kesayanganku, memeluk guling dengan begitu buasnya.
"Aaaaaaaaarrggghhhh!"Aku kencangnya, semuanya berteriak terlalu sekencang menyiksaku. 09.30 Aku terbangun dengan mataku yang sakit, aku bangun dan melihat diriku sendiri dicermin. "Memalukan" gerutuku
"Untuk apa aku selama ini setia padanya? Semua perjuanganku sia sia!" Teriakku Aku terduduk dengan nafas yang membara, mengontrol emosiku, dan pada akhirnya aku kembali menangis, menangisi semuanya lagi. Drttt..Drrttt ponselku berdering, aku segera mengambilnya.
"Hah? Januar" ujarku mengejeknya dengan senyuman meenyungging, melihatku dengan keadaanku yang seperti ini meski takkan Aku membiarkannya beberapa menit, hingga akhirnya ponselku berhenti berdering dan setelah itu, ponselku kembali berdering hingga beberapa kali ku lakukan itu.
Aku mengangkatnya kali ini. "Halo?" "Ya?" "Frisca, maaf aku baru bisa ngabarin kamu! Lagi apa kamu?" "Ya gak papa ko, baru bangun" "Ko suara kamu beda, lagi gak enak badan?"
"Enak ko"
"Aku mau ngomongin hal penting"
"Sepenting apa?" "Kenapa sih kamu jadi simpel kaya gini" "Engga ko, kamu udah makan?"
"Udah, Fris aku mau kita putus!"
"Fris kamu kok diam? Aku mutusin semua ini, karena ibu aku gak mengizinkan aku buat punya pacar, katanya aku harus fokus sekolah"
"Mama aku sama ko, tapi kenapa ya mesti aku yang bertahan?"
"Kamu gak terima Fris? Ya sudah, aku batalin aja ya! Kita gak jadi putus, kita masih pacaran ko"
"Kalo mau putu--" ucapan ku tergantung kala Januar tiba-tiba berbicara
"Frisca sayang, bentar dulu ya? Aku dipanggil pak Encep, i love you”
Tuttt...Tutt...Tuttt... Aku membantingkan ponselku, dengan semua amarah yang aku pendam semenjak tadi.
"Aku yakin, aku bakalan dapetin cinta yang sejati dari kamu, tapi itu semua butuh proses! Gak semudah membalikkan telapak tangan. Aku berani ngelakuin semuanya buat kamu Janu, sekalipun hati taruhannya" lirihku pelan aku kembali menangis Hari demi hari berganti, Aku lalui dengan senang hati. meski aku tahu ucapan Januar tempo hari membuatku sakit begitu dalamnya, aku berikan kasih sayang yang tulus padanya, cinta yang besar, dan belum terbalaskan.
"Januar ko balasnya lama ya?" Setelah beberapa lama aku menunggu balasan dari Januar, ponselku bergetar. Janu: Iya ade sayang, bawel banget ya kamu :*
Deeggggg.. Demi apa pun itu, ini benar benar sakit. aku yakin Januar salah kirim. Aku segera meneleponnya, secepatnya dengan tingkat gemetar ku yang tinggi. "Halo? Mau lu apasih?"
"Kenapa sayang? Ko kasar gitu?" "Gak usah lu so baik depan gue! Apaan maksud lu sms gue begituan? Tujuan sama siapa? Selingkuhan lo? Kalo kiranya lu gak sayang sama gue, ngomong dari dulu" ujarku dengan gemetaran "Sayang maafin, iya Janu mengaku itu salah kirim"
"Salah kirim sama siapa?"
"Dona, dia cuma adek kelas Janu ko sayang, clia itu mirip loh sama kamu"
"Buat apa selama ini aku menguati diri aku, cuma aku disini yang buat hubungan kita? Apa berjuang? Kalo senggaknya kamu mau terus begini, lancarin niat kamu dulu buat mutusin aku. Aku juga tau, dulu kamu mutusin bukan karena ibu kamu, tapi karena cewek baru itu! Selama ini aku pura pura kuat, dan pura pura lupai semuanya, buat membuat sosok kamu yang baru, sosok yang selalu setia sama aku. Tapi sudahlah, Tinggalin aku pliss, jangan ikat aku dengan semua akan berusaha lupai kamu berusaha hapus rasa cinta yang tulus ini" ujarku sambil menangis penderitaan ini, aku
"Maafin Januar Fris, tapi Januar gak mau kehilangan kamu. Januar terlalu berengsek! Udah jangan nangis lagi, beri kesempatan buat Januar sekali aja. Januar janji bakalan berubah dan akan hapus semua kontak cewek. Janu juga sayang sama kamu Fris, cuma Janu gak tau gimana caranya buat setia. Jujur hubungan LDRan ini membuat pengen cari yang baru, tapi aku cintanya Janu yang juga menangis aku memilih diam dan menenangkan diri. sama Frisca" ujarnya
"Udahlah, aku udah gak kuat Janu! Tinggalin aja aku. Plisss! Aku cape Janu, plissss" lirih ku bergemetar hebat "Jangan nangis sayang pliss, maaf maaf maaf! Aku janji gak akan ngelakuin hal bodoh kaya gini lagi, plisss sayang maafin aku"
"Dari dulu udah aku pendem bayangi aja kalo kamu jadi aku selama ini. Udah Janu, maaf Aku gak tahan, aku yang mengakhiri ini" ujar ku cepat dan masih menangis hebat rasa sakit ini,
"Fris?? Jangan gitu Fris, ma---- Tutt.. Tutt...Tutt... Aku mematikan ponselku cepat, membantingnya tanpa aku ingat hal apa pun lagi, sakit rasanya. "Januar, jika kamu emang cinta sejati ku. Aku yakin kamu akan kembali, aku masih mengharapkanmu, menantimu kembali, tolong jadi aku sekali saja" lirihku pelan Aku hempaskan tubuhku dengan kasar, pikiranku melayang jauh. Mengingat dia dulu yang selalu aku idamkan, namun semuanya berakhir buruk.
Sepulang sekolah aku menyandarkan tubuhku di sofa ruangan tamu, kembali mengotak atik ponselku, menyibukkan diri dengan bermain game. Jujur sudah mulai aku lupakan dirinya, terhapus sedikit dihatiku, meski hanya sedikit. Enggan untuk b******a lagi, karena masih banyak kenangan yang aku simpan bersama Januar jauh di dalam hatiku, intinya hanya dia yang bisa aku cintai sepenuhnya, hanya dia yang bisa membuat luka sedalam ini. Saat beberapa menit berlalu, ponselku bergetar membuat ku kaget.
"Nomor siapa ya? Kaya kenal deh" gerutuku Aku kebingungan untuk mengangkatnya, tapi karena penasaran aku pun mengangkatnya.
"Hmm halo?" Degggg, hati ku bergetar hebatnya. aku kenal betul dengan pemilik suara ini, bagaimana ini? "Frisca? Ini kamu kan? Gimana keadaan kamu?" hanya inginku memiliki kisah indah bersamanya, berbeda dengan dirinya. Aku masih terdiam, meratapi semuanya,
"Friscaa??? Assalamualaikum"
"Waalaikum salam" jawabku cepat
"Fris, apa kamu gak maafin aku?" Lirihnya pelan, entah kenapa suara nya itu seperti menyihir ku dengan hebatnya dan aku tak mampu mengelak lagi, aku masih memiliki perasaan padanya.
"Fris kamu masih disana kan?" Aku kembali terdiam, pikiranku kembali melayang mengingat semua luka yang telah ia ukir dihatiku. Merenungi tulus Supi mencintainya, tapi ia enggan untuk menyadari itu.
"Fris? Kamu pengen tau, selama tiga hari ini aku menghilang?" Aku masih terdiam, pasti semuanya akan kembali menyakitkan lagi untukku pikirku.
"Aku sakit Fris. lambungku kambuh dan aku bilang sempat gak sadarkan diri. Entah kamu mau ini drama atau apa pun, tapi itu bener Fris, aku seperti ini tanpa kamu" Deeggg.. Benarkah ini? Aku sempat mencubit tanganku keras keras, takut ini hanya mimpi saja untukku
"Demi apa pun, jujur Fris semenjak kamu ninggalin aku, sejak itu juga aku hapus semua kontak cewek, dan cuma ada kamu. Demi apa pun Fris"
"Bohong" jawabku cepat
"Aku serius Fris.. maafin aku plisss. Janu cepetan minum obat"
Suara seseorang mengagetkanku, nampak nya itu ibu Jamuar, karena suaranya yang sedikit cempreng.
"Fris bentar dulu ya? Nanti aku telepon lagi" Ujarnya cepat, Tuutt.. Tuttt.. Sambungan telepon dari Januar terputus, benarkah Januar sakit? Kalo memang iya, berarti aku dalam posisi salah. Ponselku tak lama bergetar. Aku segera mengecek kembali ponselku. "Nomor tak dikenal?" Gumamku pelan
....Fris, kalo lu emang sayang Januar, jagain dia, karena yang dia butuhkan cuma lu. dua hari yang lalu Januar masuk rumah sakit, dan lo pasti dia satu satunya anaknya, gue yakin ko lu pasti masih sayang sama Januar. Kalo emang gitu, plis lu mesti kembali lagi buat Januar, senggaknya buat Januar bertahan hidup, gue Xander.... tau kan kakak gue cuma punya Entah kenapa hati ku merasa tak enak, khawatir dengan Januar. Aku menatapi foto Januar yang baru ia kirim dari ku,
"OMG! ganteng banget ya kamu Janu" ujarku sambil terus menatap foto pacarku Sudah 2 bulan kami melanjutkan kembali hubunganku dengan Januar dan ya sekarang keadaan jauh lebih baik, Januar yang aku inginkan. Jujur aku sangat bahagia dengannya, hanya saja dia yang selalu bermasalah dengan Aurel teman yang sempat sebangku dengan ku waktu SMP di Jakarta.
Aurel sering memberitahuku, katanya Januar bicara seperti orang yang meledek dan sombong, padahal kan memang sikap Januar seperti itu pada setiap orang. cara Aku selalu memberitahu Januar agar mengubah sikap nya yang dingin, pada terdekatku dan benar, setelah lama Januar pun mengubah sikapnya, sesuai dengan apa yang aku inginkan, bahagia rasanya karena Januar yang sekarang. teman teman Tapi setelah lama berlalu Januar kembali berbeda, kini Januar sering chatan dengan Aurel, malah perhatian padanya. Jujur aku cemburu, tapi aku bingung harus bagaimana mengungkapkannya.
Takut Aurel tersindir dan takut Januar malah berbeda lagi padaku. Hingga lama berlalu, hari hari ku semakin memburuk, Januar semakin sweet chatan dengan Aurel. Membuatku kembali cemburu, bahkan menangis karena aku sudah tak kuat, aku menyatakan tersenyum padaku dan berkata itu artinya kamu benar benar cinta padaku.
Januar saat itu meyakinkanku, "Ingat, Kamu yang aku sayang, sekalipun aku ganjen pada cewek lain. Aku sepemuhnya milik kamu, dan hati aku semuanya padamu gak akan pernah berpaling pada siapa pun, kam tau kan hati itu gak bisa dibolhongi" Ucapan Januar itu menguatkan hati ku, yakin bahwa hanya aku yang dicintai Januar, dan semoga saja itu benar. Tapi kenapa sih lelaki itu gak peka? Gak tau aku cemburu? Iri? lihat dia chatan sama cewek lain? Sekalipun itu teman ku? Tapi aku akan menjalani kesetiaan, aku berjanji Januar.
Flashback off