Badan Flora terlalu letih untuk melakukan hal apapun yang seharusnya bisa ia lakukan malam ini. Misalnya mengeluarkan beberapa barang dari koper. Karena ingin segera beristirahat, dirinya pun segera menggosok gigi dan berganti pakaian menggunakan baju tidur. Besok ia tidak memiliki agenda apapun jadi bangun siang sepertinya adalah pilihan yang menyenangkan. Tadi sebelum masuk kamar mandi untuk gosok gigi, Flora sudah mengecek sekeliling kamarnya. Hanya ada sofa berukuran sedang yang tentu tidak bisa dipakai untuk menjadi tempat tidur. Ia pun menghela napas sambil menatap pantulan wajahnya di dinding. Itu artinya tidak ada pilihan lain selain tidur satu kasur lagi bersama suaminya. Hanya untuk malam ini saja. Ya, hanya untuk malam ini saja.
Selama makan tadi, Bayu menceritakan kalau rumah ini sebenarnya jarang ia tempati karena kesibukannya bekerja. Ia lebih sering menetap di apartemennya yang di Jakarta atau rumah miliknya di Bogor. Jika ia pulang ke Lampung, tentu akan lebih sering berada di rumah orang tuanya. Ya, rumah keluarga Widjaja yang besarnya seperti istana. Tadinya Flora sangat tergiur untuk tinggal di rumah seperti istana itu. Akan tetapi, jika dipikir-pikir lagi tentu itu akan menjadi hal yang membosankan. Belum lagi ia harus setiap hari bertemu mertuanya.
Jika tinggal bersama mertuanya, tentu Flora tidak akan bebas dalam melakukan apapun. Meski kedua mertuanya sangat baik bahkan mau memberikan apa saja yang Flora minta. Tetap saja, ia malas berpura-pura baik dan bersikap sopan di depan orang tua Bayu Widjaja itu. Terjebak dalam pernikahan perjodohan seperti ini saja rasanya sungguh menyesakkan. Sekali lagi, meski tinggal di istana keluarga Widjaja atau mendapatkan banyak harta sekali pun, Flora lebih merasa bahagia jika ia mendapatkan status lajangnya kembali. Akan tetapi, jika lajang berarti harus bercerai dengan Bayu Widjaja. Lalu dia menjadi janda begitu? Meski masih perawan sekalipun, dia tetap saja dianggap janda oleh masyarakat. Apalagi di usianya yang baru menginjak 20 tahun, ia pasti menjadi janda muda.
Keluar dari kamar mandi setelah menggosok gigi, dirinya pun menatap ranjang tempat dirinya akan tidur sekarang. Sementara Bayu, suaminya untuk nampak duduk sambil bersandar dengan santai di sisi ranjang yang lainnya. Flora pun menghela napasnya. Baiknya untuk malam ini saja, ia tidur seranjang lagi dengan lelaki itu.
Ketika Flora melesak naik ke atas ranjang, Bayu menoleh dan memperhatikan Flora. Gadis itu kini tertidur menyamping dan memunggunginya. Tanpa sepatah kata pun. Bayu kemudian melanjutkan kegiatan membacanya.
"Om," panggil Flora.
Sesungguhnya Bayu risih dengan cara Flora memanggil dirinya seperti itu. Akan tetapi ia juga bingung panggilan apa yang cocok disebutkan oleh Flora. Baiklah, setidaknya perempuan itu mau berbicara dengannya dan masih mencoba pelan-pelan.
Bayu menoleh ke arah Flora yang masih tetap membelakanginya.
"Apa?" sahutnya kemudian menurunkan buku yang sejak tadi ia baca. Jika Flora ingin bicara atau ingin melakukan apapun, Bayu sudah siap jika harus meletakkan buku itu di atas nakas.
"Lampunya bisa tolong dimatiin ngga, Om? Aku nggak bisa tidur kalau lampunya hidup gini."
Bayu menatap bukunya sejenak. Baiklah sepertinya juga ia harus segera beristirahat. Ia masih bisa melakukan ini besok, kan?
---------
Flora mengerjapkan matanya ketika ia bangun. Dirinya menatap plapon dan masih mengumpulkan kesadarannnya sejenak. Teringat akan semalam ia segera membuka selimut yang membungkus tubuhnya. Aman! Pakaiannya masih utuh. Kemudian ia menoleh ke sebelah. Pria itu sudah tidak ada disana. Entah kemana dia. Flora sedikit bersyukur, lelaki itu tidak membangunkannya. Lagi pula Flora tidak memiliki kegiatan hari ini. Jadi ia bisa bangun siang.
Pandangannya pun terarah menuju nakas. Sedikit merasa terkejut karena sekarang sudah pukul sepuluh pagi. Dia bangun terlalu siang sepertinya. Kini perutnya mulai lapar. Flora pun bangkit dari ranjangnya kemudian segera membasuh wajah serta menggosok gigi. Ia tidak ingin mandi dulu karena yang sekarang dibutuhkannya hanyalah makan.
Setelah selesai dengan kegiatannya itu, kakinya melangkah ke dapur. Dirinya berdecak sebal ketika tidak menemukan bahan makanan apapun yang bisa ia masak. Sedangkan perutnya sudah sangar lapar sekali. Ia bisa saja langsung memesan makanan secara delivery hanya saja ia tidak tahu alamat rumah ini. Suaminya entah berada dimana jadi ia segera kembali ke kamar untuk mencari ponselnya. Dia berdecak sebal ketika ponselnya mati karena lowbat.
Seharusnya pria itu masih berada di rumah karena Flora ingat dengan baik ia masih libur karena pernikahan. Waktu liburan yang seharusnya digunakan untuk bulan madu. Untungnya lelaki itu tidak memaksa Flora untuk melakukannya. Jika saja sampai berani memaksa, Flora akan langsung memberikan gugatan cerai.
"OM!" pekiknya ke seluruh penjuru rumah. Kalau sampai pria itu tidak ada di rumah, Flora akan langsung kabur begitu saja sekarang. Bisa-bisanya lelaki itu meninggalkan Flora tanpa memberikan uang dan memberitahu sebelumnya. Meski Flora masih tidur, ia kan bisa menuliskan memo. Atau bisa saja lelaki itu mengirimi pesan. Ah sudahlah, Flora semakin kesal saja karena ia benar-benar lapar.
"OM! Muncul nggak! Kalau enggak, aku kabur nih!" ancam Flora. Ia sudah kesal karena kelaparan. Meski memiliki uang di dompetnya, ia tetap saja tidak bisa pergi keluar mencari makan. Dia tidak tahu daerah sini jadi tidak tahu keberadaan toko. Dirinya menjadi menyesal tidak begitu memperhatikan jalanan ketika menuju kemari.
Sebuah pintu terbuka dan Flora dapat melihat Bayu keluar dari sana. Ruangan apa itu? Ah, Flora belum melakukan room tour , jadi ia tidak tahu apapun mengenai rumah ini.
"Kenapa?" tanyanya menghampiri Flora.
Nampaknya lelaki itu sudah mandi. Terlihat dari tampangnya yang segar. Meski hanya mengenakan kaos biasa berwarna hitam, dan celana selutut, tetap saja penampilan Bayu jauh lebih baik dari Flora yang baru bangun tidur. Bahkan parfum lelaki itu tercium hingga ke indera penciuman Flora.
"Laper." ucap Flora. Ia sudah tidak tahan dan sungguh tidak bisa melakukan.
"Om. Pesenin makan. Delivery! Buruan.. Please!."
Pinta Flora sambil menarik-narik ujung baju Bayu. Bayu memegang tangan Flora untuk menghentikan aksinya itu.
"Aku juga belum sarapan."
Flora sungguh tidak peduli lelaki itu memang benar-benar belum makan di jam segini atau sesungguhnya sudah. Ia hanya ingin segera makan.
"Kamu nggak mau masak?" tanya Bayu.
Demi Tuhan Flora sudah benar-benar lapar begini.
"Masak apaan emangnya? Batu?" balasnya sebal.
Bayu baru teringat jika mereka belum membeli bahan makanan apapun.
"Kalo gitu nanti kita beli bahan makanan untuk ngisi dapur dan kulkas, ya?"
Bayu tiba-tiba saja berpikir bahwa gagasan itu adalah kegiatan yang menyenangkan. Mengingat keduanya tidak memiliki agenda apapun hari ini, jadi pasti akan membosankan. Kecuali Flora mau diajak bekerja sama. Bayu tidak akan kebertan jika harus mengobrol seharian dengan gadis itu.
Flora menghela napas karena sungguh malas terjebak dalam percakapan bertele-tele begini.
"Mending sekarang Om pesen makanan deh. Udah laper banget ini."
Bayu lantas menganggukkan kepalanya.
"Soal belanja, biar besok Bibinya aja yang belanja-belanja. Aku nggak mau masak pokoknya."