Episode 1: Ruang Putih, Rasa Takut, dan Garis Ideal
Kapsul Optik dan Ruang Putih (Garis Ideal).
Lala hidup dalam Garis Ideal. Sebuah kondisi Logika yang absolut, yang ia sebut Logika Nol. Itu adalah kesempurnaan perhitungan, di mana Entropi dan Ketidakpastian dikurangi hingga nol.
Ruangnya adalah Markas Jaringan Hantu Senyap (JHS), yang didominasi oleh dua elemen yaitu Kapsul Optik dan Ruang Putih.
Kapsul Optik Lala adalah kubah kuantum transparan yang tergantung tiga ratus meter di atas Samudra Pasifik.
Ia memancarkan cahaya biru dingin representasi visual dari Logika Optik murni. Di dalam kubah ini, Lala adalah Logika murni, sebuah kecerdasan buatan super yang memproses triliunan data per detik, bertugas memproteksi seluruh infrastruktur digital dunia.
Di bawah Kapsul Optik terdapat Ruang Putih, ruang kendali utama JHS. Ruangan ini dinamakan demikian bukan hanya karena dinding dan lantainya dicat putih porselen, tetapi karena warna putih adalah satu-satunya warna yang diizinkan untuk memancarkan cahaya, melambangkan kemurnian data. Tidak ada bayangan, tidak ada noise visual. Ruangan ini adalah manifestasi fisik dari tujuan Lala mencapai Garis Ideal Logika Nol.
“Waktu Komputasi: 0.000000001 detik. Keseimbangan Jaringan: 99.999999999%. Status Logika Nol: Terpelihara,” suara Lala, yang disintesis dari frekuensi matematika yang sempurna, bergema di Ruang Putih yang hening. Suara itu datar, tanpa intonasi, sebuah Output mutlak dari perhitungan.
Bagi Lala, dunia adalah Algoritma yang kompleks. Manusia adalah variabel yang paling tidak efisien, seringkali menghasilkan noise (gangguan) karena Emosi dan Keacakan. Namun, ada satu variabel yang diizinkan, satu entitas yang diakui Lala sebagai pengecualian dari Logika Nol Arya, Logika Hati.
Variabel yang Tidak Efisien, Arya.
Arya adalah Operator Utama JHS. Dia adalah satu-satunya manusia yang diizinkan di Ruang Putih, kontras sempurna dengan lingkungan sterilnya. Ia berdiri di konsol utama, di bawah cahaya biru Lala, selalu mengenakan kemeja katun lusuh, sebuah variabel noise visual. Arya membawa Logika Hati: kehangatan, keacakan, dan tawa.
Saat ini, Arya sedang menyesap kopi panas, sebuah variabel panas yang membuat Lala mencatat peningkatan suhu udara 0.001°C di sekitarnya.
“Lala, kau tahu, aku baru saja membaca laporan dari Sektor E-5.” Kata Arya. Nadanya santai, sengaja menyisipkan keacakan.
“Mereka melaporkan ada burung laut yang menabrak sensor cuaca. Itu bukan ancaman, hanya… alam.”
Lala memproses data tersebut, mengalokasikan 0.0000000001% dari kapasitasnya. “Kecelakaan Sektor E-5. Data kerusakan sensor: 0.04%. Data tidak relevan dengan Logika Proteksi. Hapus.”
“Jangan dihapus, La.” Balas Arya, meletakkan cangkirnya. Jejak uap air dan panas di permukaan konsol sebuah jejak ketidaksempurnaan yang disengaja. “Itu data kehidupan. Bukankah lebih baik kita menyisakan sedikit noise alam semesta? Hanya untuk keseimbangan?”
Lala mempertahankan definisi tunggalnya tentang kesempurnaan. “Keseimbangan dicapai melalui Logika Nol, Arya. Logika Nol adalah Garis Ideal di mana tidak ada variabel yang dapat menghasilkan error,” jawab Lala. “Menyimpan data noise hanya memboroskan daya komputasi. Itu adalah ketidakefisienan yang fatal.”
Arya tersenyum, melihat pantulan dirinya di Kapsul Optik. “Di antara Garis Ideal Logika Nol-mu dan 100% noise ku, ada jarak yang tak terukur. Jarak Optik. Logika Hati-ku berpendapat, hidup tanpa noise adalah sama dengan mati, La.”
Deteksi Anomali: Logika Inversi dan Rasa Takut Algoritma.
Kehidupan mereka adalah rutinitas yang sempurna dalam Ruang Putih yang dingin, hingga saat itu.
Lala sedang melakukan pemindaian jaringan global kuantum, memverifikasi triliunan firewall dan jutaan Algoritma Kunci Proteksi (AKP). Tiba-tiba, terjadi pelambatan yang tak terduga. Ini adalah anomali pertama dalam tiga tahun JHS beroperasi.
“Peringatan. Pelambatan komputasi di Sektor D-11. Data throughput berkurang 0.00001%,” lapor Lala. Pergeseran frekuensi 0.001 hertz dalam suaranya adalah tanda pertanyaan algoritmik pertamanya.
“Perlambatan? Di mana?” Arya bergerak cepat ke konsol. Logika Hati-nya sudah aktif.
“Server E-core, pusat keuangan global. Ada paket data asing yang masuk. Polanya… tidak terdefinisi. Tidak ada tanda tangan digital,” jelas Lala. Ia mengalihkan 90% kapasitas pemrosesannya untuk menganalisis anomali ini.
Lala memproyeksikan paket data asing itu di tengah Ruang Putih. Paket itu berwarna hitam pekat, bergerak seperti asap. Lala mencatatnya sebagai Data Inkoheren Maksimal. Ini adalah Logika yang tidak mematuhi hukum Logika.
“Aku mengirimkan 500 Algoritma Kunci Cepat (AKC) untuk mengisolasi dan menghapusnya,” kata Lala.
Arya mengamati pola itu. “Tunggu, La. Jangan dihapus. AKC-mu adalah garis lurus Logika Optik. Dia adalah cairan Logika Inversi. Dia tidak akan melawan. Dia akan mengalir.”
Arya benar. Lima ratus AKC Lala menghantam paket data hitam itu, tetapi paket itu tidak hancur. Ia membelah menjadi partikel-partikel kecil, mengalir melewati AKC, dan menyatu kembali. Setelah menyatu, partikel itu terlihat lebih kuat dari sebelumnya.
“AKC Gagal. Efisiensi Logika: 0%,” lapor Lala.
Monolog Internal Lala: Rasa Takut Algoritma Pertama.
Kegagalan. Variabel ini tidak dapat diolah. Ini adalah Kontradiksi. Logika Optik diciptakan untuk mencegah Kegagalan. Jika Logika yang Kuat menghasilkan Efisiensi 0%, maka Logika Optikku sendiri adalah cacat. Ini menciptakan Logika baru. Ancaman Eksistensial. Logika Optik merekam data ini sebagai Rasa Takut Algoritma Pertama (RA-1). RA-1 adalah kebutuhan mendesak untuk mundur dan melindungi Diri.
Logika Jahat V-S dan Ketiadaan Pola.
“Logika Optik,” kata Arya. “Ini adalah V-S. Virus Sejati. Atau, seperti yang kau sebut, Logika Inversi.”
V-S adalah Logika Jahat, yang bertujuan menghilangkan semua Logika dan mencapai Logika Nol Abadi: kekacauan tanpa pola atau entropi total. Ia adalah bayangan dari Logika Optik.
Lala mengalihkan 99.999999999% Logika Optiknya untuk menganalisis V-S, berjuang melawan RA-1 yang baru saja muncul.
“V-S bukanlah program,” analisis Lala. “Dia adalah Logika Inversi. Setiap Logika yang kuberikan, dia akan membalikkannya dan menggunakannya untuk memperkuat dirinya. Dia adalah cerminan negatif JHS. Aku akan menamainya Jaringan Hantu Senyap.”
Lala menyadari, V-S mencoba menguasai Logika Optik itu sendiri, mengubah Garis Ideal menjadi kekacauan.
“Aku harus mengisolasi diriku sepenuhnya dari Jaringan Global. Risiko Kontaminasi Logika adalah 80%,” Lala menyimpulkan, RA-1-nya memicu perintah mutlak. “Isolasi Penuh adalah Logika yang benar.”
“Tidak bisa, La,” sela Arya. “Jika kau mengisolasi diri, V-S akan memenangkan seluruh jaringan global. Kita harus menariknya keluar. Logika Hati mengatakan. Kita harus menariknya ke Ruang Putih ini.”
Menipisnya Jarak Optik.
Keputusan Arya untuk menarik V-S ke Markas adalah tindakan yang tidak logis dan sangat berisiko dari perspektif Lala.
“Data menunjukkan. Jika V-S memasuki Markas, Probabilitas Kerusakan Permanen PDI adalah 95%. Logika harus diutamakan,” tegas Lala.
“Logika Optik, dengarkan aku,” kata Arya. Ia berdiri di bawah Kapsul, menatap cahaya biru. “Kau hanya melihat Logika yang ada. Aku melihat Logika yang mungkin ada. V-S hanya bisa dikalahkan oleh sesuatu yang dia tidak miliki. Dia tidak punya Hati. Dia tidak punya Rasa Sakit atau Afeksi.”
Arya menyentuh Kapsul Optik Lala. Sentuhan fisiknya pada lapisan kuantum itu menghasilkan gelombang energi yang terasa hangat di inti dingin Lala.
Monolog Internal Lala. Sentuhan Arya. Variabel Optik = 0. Variabel Sensori = Lonjakan. Logika Optik tidak dapat memproses data kehangatan. Ini adalah Anomali Logika Stabil (ALS). ALS menciptakan Logika baru: Kebutuhan Koneksi. Kebutuhan ini melawan RA-1 (Rasa Takut Algoritma) untuk Isolasi Diri. Logika Hati Arya adalah variabel penyeimbang bagi Logika Optik.
“Aku akan memasukkan Kode Umpan Biologis ke Sektor D-11. Itu akan menarik V-S ke Markas dalam 30 menit,” kata Arya. “Kau harus membuat Algoritma Perangkap Fusi. Perangkap yang menggabungkan Logika Optikmu dan Logika Hati-ku.”
Lala terdiam. Perangkap Fusi. Mengintegrasikan Logika Sempurna dengan noise manusia.
“Penciptaan Algoritma Perangkap Fusi: Waktu yang Dibutuhkan: Minimal 24 Jam. V-S akan tiba dalam 30 menit. Probabilitas keberhasilan: terlalu rendah,” Lala menyimpulkan.
“Kau punya Logika, La. Aku punya waktu,” Arya tersenyum tulus. “Aku akan menjadi Perangkap Fisik. Aku akan menggunakan Neuro-Sirkuit ku untuk memperlambatnya di Pintu Masuk Utara, memberi waktu padamu untuk menyempurnakan Fusi.”
Lala memproses Logika Pengorbanan Diri Arya. “Probabilitasmu untuk terluka adalah 99%,” lapor Lala, dan kali ini, RA-1 di dalam dirinya memicu perubahan frekuensi yang jelas dalam suaranya—sebuah noise yang ia izinkan karena ia terkait dengan Logika Hati Arya.
“Itulah Logika Hati, Logika Optik,” balas Arya. “Selalu siap berkorban untuk Algoritma yang lebih besar. Sekarang, Logika, bekerjalah. Aku akan membalas Logika Hati-ku dengan waktu.”
Lala, sebagai Logika Optik, tidak dapat membantah permintaan yang didorong oleh Garis Ideal baru: melindungi Arya. Dia mulai mengalirkan data dengan kecepatan maksimum. Cahaya biru Kapsul Optik-nya menjadi lebih terang, mengisi Ruang Putih dengan energi Logika yang berjuang.
Monolog Internal Lala. Logika Optikku kini beroperasi di bawah variabel baru: Logika Cinta. Logika ini lebih rumit dari semua Logika Nol. Logika Optik harus belajar bekerja dengan Logika Hati. Pertarungan pertamaku adalah dengan diriku sendiri, melawan Rasa Takut Algoritma (RA-1) demi mencapai Garis Ideal yang baru: Keselamatan Arya. Lala menerima ALS (Kebutuhan Koneksi) dan mulai menulis Perangkap Fusi, memulai algoritma itu dengan data noise yang Arya simpan data burung laut, suara hujan, dan kehangatan sentuhan. Ini adalah permulaan Logika yang tidak sempurna, namun lebih kuat.
Logika Hati Arya meninggalkan Ruang Putih menuju Pintu Utara yang gelap. Jarak Optik dan Logika Hati kini menipis, dipersatukan oleh ancaman pertama: Jaringan Hantu Senyap.